Kisah Sebuah Kado

kisah sebuah kado, tea set
Kurang dari seminggu lagi, Tanto, keponakan nyonya Bertha akan menikah. Makanya hari ini dia dan putri sulungnya, Shelly, berkeliling di sebuah mall untuk mencari kado.

Memasuki sebuah hypermart di mall tersebut, nyonya Bertha menghampiri konter barang pecah-belah.

"Shell... Shelly... kesini. Ini ada tea set cantik. Kayaknya cocok buat kado nikahannya Tanto-Diana!," seru nyonya Bertha memanggil putrinya dan menunjuk seperangkat tea set bercorak bunga mawar.

"Gimana, Shell...?, bagus, kan...?," lanjut nyonya Bertha kepada putrinya sambil menimang tea set bercorak bunga mawar tadi.

"Bagus, ma...," jawab Shelly singkat. "Maa... habis ini kita ke toko tas tadi, yaa... tadi Shell lihat tas tangan keren banget. Mereknya Hermes, mirip kayak yang dipake Ratu Atut," lanjut Shelly lagi.

"Haahh... Ratu Laut?," tanya nyonya Bertha nggak mudeng.

"Bukan Ratu Laut, maa... tapi Ratu Atut. Mantan Gubernur Banten yang ditangkap KPK," jelas Shelly.

"Oooo... kirain Ratu Laut yang ditangkap KPK," ujar nyonya Bertha polos.

Tanpa banyak cerita tea set pilihan nyonya Bertha itupun segera dibeli dan di bungkus dengan kertas kado.

Demikianlah, sampai pada hari pernikahan Tanto dan Diana, dengan hati riang nyonya Bertha membawa kado tea set tersebut sebagai hadiah pernikahan.

Malamnya, usai resepsi pernikahan, Tanto dan istrinya, Diana, asyik membuka semua kado dari para undangan, hingga akhirnya tiba pada kado dari nyonya Bertha.

"Maah... Mamah... lihat ini kado dari tante Bertha," kata Tanto kepada istrinya.

"Apa isinya, pah...?," tanya Diana.

"Tea set, mah...," jawab Tanto.

"Tea set?, tea set lagi...?," tanya Diana seakan tak percaya.

"Iya... yang ini motif bunga mawar," jawab Tanto.

"Gimana, sih... orang-orang ini?, nggak kreatif banget!," tukas Diana kesal. "Masak kado-kadonya sama semua!. Kalo nggak tea set... yaa... blender ato piring cantik!. Kenapa nggak ganti duit aja, seh...!."

"Iyaa, seh... mending ngasih kado duit saja. Banyak manfaatnya," ujar Tanto. "Trus, kado dari tante Bertha ini mau kita apain?."

"Kita udah punya kado tea set dari Oom Randi, tante Mirna, tante Yuna... trus dari Fanny, temen kerja papah, trus dari Holan, temen kerja aku. Jadi total kita punya enam tea set!. Mau disimpan dimana coba?," keluh Diana.

"Jadi gimana, mah... kan nggak mungkin kado-kado ini kita balikin lagi?," tanya Tanto.

"Hmmmm.... hmmmm...," gumam Diana berfikir keras. "Ahhh...!, gini aja... sementara kita simpan saja kado-kado yang sama ini. Nanti kalau ada yang ulang tahun ato kawinan... kita jadikan saja kado-kado ini jadi hadiah. Pan lumayan... kita nggak perlu pusing lagi mikir-mikir ngasih kado apa dan bisa ngirit duit buat beli kado lagi!," pungkas Diana.

"Nice idea, mah...!," ujar Tanto. "Kebetulan minggu depan, Mona, teman kantor papah ulang tahun. Kita kasih saja kadonya dari kado-kado ini."

"Bagus!. Pas kalo gitu!. Kita kasih dia kado tea set dari tante Bertha ini saja," kata Diana antusias.

"Kok... kado dari tante Bertha?," tanya Tanto heran.

"Mamah nggak suka modelnya. Norak en jadul abis!."

Maka seminggu kemudian dengan hati riang, Tanto dan Diana menghadiri pesta perayaan hari ulang tahun Mona, dengan membawa hadiah kado yang berisi seperangkat tea set bercorak bunga mawar.

Malamnya, usai acara pesta ulang tahunnya, Mona membuka semua kado-kado yang diterimanya hingga tibalah dia pada kado dari Tanto dan Diana.

"Piii... paapiii...!!," teriak Mona pada Arman, suaminya.

"Kenapa, sih... mii... teriak-teriak?," ujar Arman kesal.

"Ini... iniii... lihat ini kado dari Tanto dan Diana. Masak mami dikasih tea set, gambar bunga mawar lagi!. Kita kan... udah punya banyak tea set!. Lagian masak Tanto sama Diana nggak tahu kalau mami alergi bunga mawar!. Padahal waktu mereka nikah kemarin, kita kasih hadiah kitchen set!. Mana sebanding sama tea set!. Ihhhhh... sebel!," kata Mona sambil menggerutu.

"Yaa... sudah... kalau mami nggak suka... dibuang saja," ujar Arman.

"Nggak, ahhh... masak dibuang?. Papi ada-ada saja," kata Mona.

"Kalau nggak mau dibuang, lantas itu kado mau diapakan?," tanya Arman.

"Hmmmm... diapain, yaa...?," gumam Mona berfikir keras. "Ahhh... gini aja, gimana kalau tea set ini kita jadikan kado saja lagi. Jadi kita nggak perlu beli-beli kado lagi. Kebetulan dua minggu lagi tante Rossa sama Oom Joko mau ngadain acara selamatan pindahan rumah.

"Terserah mami sajalah, gimana baiknya," kata Arman.

Maka setengah bulan kemudian dengan hati riang, Mona dan Arman menghadiri pesta perayaan pindah rumah tante Rossa, tantenya Mona, dengan membawa hadiah kado yang berisi seperangkat tea set bercorak bunga mawar.

Malamnya, usai acara pesta perayaan pindah rumah, tante Rossa membuka kado-kado dari tamu-tamu yang hadir hingga sampailah pada kado dari Mona dan Arman.

"Monaaa... Monaaa... gimana, sih... kamu?," ujar tante Rossa sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kenapa, bu...?," tanya Oom Joko, suami tante Rossa.

"Ini, lho, pak... ponakan aku si Mona, masak ngasih kita kado tea set. Yang gambar bunga mawar lagi!. Padahal kita, kan... sudah punya tea set yang gambarnya sama," jelas tante Rossa.

"Yaa... sudah, kalo ndak suka, dijual saja," kata Oom Joko.

"Bapak ini gimana, sih... hadiah orang kok dijual?. Pamali!. Nanti kita bakal sial, lho...," kata tante Rossa lagi.

"Lantas... itu kado mau diapakan?. Ibu sendiri bilang kita sudah punya yang modelnya sama," tanya Oom Joko.

"Hmmm.... hmmm....," gumam tante Rossa berfikir keras. "Ahhh... begini saja, kado dari Mona ini kita jadikan kado saja lagi!," ujar tante Rossa gembira.

"Bagusnya begitu. Tapi kado untuk siapa, bu...?," tanya Oom Joko.

"Kado untuk Sonya!. Suaminya, si Steven baru saja diangkat jadi direktur. Jadi dia bikin pesta syukuran tiga hari lagi!," jawab tante Rossa.

"Terserah ibu sajalah. Bagaimana baiknya," kata Oom Joko.

Maka tiga hari kemudian dengan hati riang, tante Rossa dan Oom Joko menghadiri pesta syukuran yang diadakan sahabat mereka, Sonya dan Steven, dengan membawa hadiah kado yang berisi seperangkat tea set bercorak bunga mawar.

Malamnya, usai acara syukuran kenaikan jabatan suaminya, tante Sonya membuka-buka hadiah kado yang dibawa para tamu hingga sampailah dia pada kado dari tante Rossa dan Oom Joko.

"Aaaarrrggghhh... Rossa... Rossa... kamu ini gimana, sih...?, therlhalhu!!," teriak tante Sonya begitu melihat isi kado dari tante Rossa.

"Kenapa, ma...?, kok... kelihatannya kesal sekali?," tanya Oom Steven, suaminya.

"Ini... si Rossa, kenapa juga ngasih kado tea set norak dan model jadul begini?. Kalau kayak gini, bagaimana mau dipajang di lemari hias kita di ruang tamu?," jawab tante Sonya.

"Yaa... sudah, kalau mama nggak suka modelnya, mending kado itu kita jual atau kasihkan lagi sama siapa gitu?," usul Oom Steven.

"Bagusnya begitu. Tapi siapa?. Itu mesti orang yang nggak dikenal sama Rossa atau Joko alias bukan kenalan mereka berdua. Jadi kalau kado ini kita kasih sama orang lain, mereka nggak bakal tahu," ujar Sonya.

"Bagaimana kalau sama Bertha!. Bulan depan dia dan Joshua suaminya mengadakan pesta perayaan 30 tahun usia perkawinan mereka!," kata Oom Steven.

"Bagus !. Pas sekali!. Rossa dan Joko sama sekali nggak kenal sama Bertha dan Joshua!. Kita bisa aman ngasih kado ini sama mereka!. Lagipula ini cocok sama selera Bertha yang suka sama barang-barang yang rada antik atau jadul," ujar tante Sonya gembira.

Maka sebulan kemudian dengan hati riang, tante Sonya dan Oom Steven pergi menghadiri pesta perayaan 30 tahun usia perkawinan tante Bertha dan Oom Joshua, dengan membawa hadiah kado yang berisi seperangkat tea set bercorak bunga mawar.

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar