Inspektur Vijay

inspektur vijay
Inspektur Vijay pusing bukan alang kepalang. Kepala Polisi Sektor New Delhi Selatan itu tidak pernah menyangka kalau kasus sepele yang masuk ke markasnya malam ini ternyata berubah menjadi horor yang mengancam karir dan keselamatan dirinya.

Dan semua itu bermula dari sebuah telepon.

Sebuah telepon yang masuk ke Markas Polisi mengabarkan telah terjadi keributan di Phojaa Sheeva, sebuah klub malam terkenal di New Delhi Selatan.

Segera Inspektur Vijay mengerahkan anggotanya menuju TKP. Dan tidak seperti yang digambarkan dalam film-film murahan, polisi datang tepat pada waktunya sebelum keributan semakin meluas.

Dari olah TKP diketahui biang keributan adalah sekelompok anak muda yang berkelahi gara-gara memperebutkan perempuan.

Tanpa banyak cerita, anak buah Inspektur Vijay menggelandang mereka semua ke Kantor Polisi untuk diperiksa dan dibuatkan BAP-nya.

Nah, mudah dan sepele bukan?!. Hampir setiap saat Inspektur Vijay menghadapi kasus-kasus seperti ini karena wilayah tugasnya memang cukup rawan.

Seperti mendung pekat yang menandakan akan datangnya topan badai, Inspektur Vijay masih belum sadar bahwa dia mulai memasuki pusaran badai.

Dan itu ditandai oleh datangnya telepon kedua.

Inspektur Vijay sedang asyik membaca majalah internal Markas Besar Kepolisian ketika telepon di atas mejanya berdering.

"Yaa... hallo...," ujar Inspektur Vijay.

"Selamat malam... Inspektur. Ini ada telepon yang menanyakan Inspektur," balas suara diseberang yang rupanya dari petugas Pos Jaga Kantor Polisi.

"Ada yang mencari saya?. Siapa?," tanya Inspektur Vijay keheranan.

"Namanya Tuan Thakur Chandorri, Inspektur... ," jawab petugas Pos Jaga.

"Dia mengaku anggota parlemen," lanjut petugas itu lagi.

"Anggota parlemen?, Tuan Thakur Chandorri?. Jangan-jangan... Tuan Thakur Chandorri yang menjadi Ketua Parlemen dari Partai Konggres?. Tuan Thakur yang sangat berkuasa, sampai-sampai Perdana Mentri sekalipun tunduk kepada dia?. Tuan Thakur yang 'itu'...?," tanya Inspektur Vijay semakin keheranan.

Sepertinya begitu, Inspektur," jawab si petugas.

"Cepat sambungkan!," perintah Inspektur Vijay.

Masih dengan rasa heran yang kian membuncah, Inpektur Vijay menerima telepon dari orang yang mengaku bernama Tuan Thakur Chandorri itu.

"Markas Besar Kepolisian Sektor New Delhi Selatan. Ada yang bisa kami bantu?," ujar Inspektur Vijay begitu teleponnya terhubung.

"Inspektur Vijay?," balas satu suara berat dan dalam bertanya.

"Yaa, benar... saya sendiri," jawab Inspektur Vijay.

"Saya Thakur Chandorri. Ketua Parlemen dari Partai Konggres India. Baru saja saya mendengar khabar bahwa anak buah Anda telah menangkap dan menahan anak saya," kata Tuan Thakur.

"Maaf, Tuan Thakur, saya belum mengetahui soal anak tuan. Laporannya belum sampai ke meja saya. Kalau boleh saya tahu, siapa nama anak tuan?," jelas Inspektur Vijay sambil bertanya.

"Namanya Vikram Chandorri," jawab Tuan Thakur.

Inspektur Vijay cepat memerintahkan anak buahnya mengantar BAP kasus Phooja Sheva ke mejanya. Begitu laporan itu datang, dia langsung memeriksa daftar nama para pelaku keributan. Dan ternyata dalam daftar tersebut tercantum nama Vikram Chandorri!.

"Sepertinya... nama anak Anda ada di dalam daftar pelaku keributan di klub malam Phojaa Sheeva, Tuan...," ujar Inspektur Vijay hati-hati karena bagaimanapun dia sedang menghadapi Tuan Thakur, orang yang disebut-sebut mampu menentukan hitam-putihnya dunia politik di India.

"Saya tidak perduli dengan daftar!," sergah Tuan Thakur berang. "Saya ingin Anda... Inpektur... melepaskan anak saya sekarang juga dari tahanan!!."

"Ahh... itu agak rumit, Tuan Thakur," jawab Inspektur Vijay masih dengan nada berhati-hati. "Kasus Phojaa Sheeva ini bukan cuma keributan biasa, tapi juga disertai perusakan fasilitas pribadi. Fihak Phojaa Sheeva yang menjadikan ini sebagai delik aduan."

"Inspektur...," suara Tuan Thakur yang berat dan dalam kini terasa mengancam. "Anda tidak usah menguliahi saya dengan basa-basi hukum. Perintah saya jelas dan tegas. Keluarkan anak saya dari tahanan sekarang juga. Masalah dengan Phojaa Sheeva itu urusan saya. Anda jangan membantah saya, Inspektur... atau saya pastikan besok lusa Anda sudah berada di Khasmir!."

Inspektur Vijay menelan ludah mendengar ancaman Tuan Thakur yang akan memindahkannya ke Khasmir.

"B-Baik, tuan... malam ini juga anak tuan akan kami keluarkan dari tahanan," ujar Inspektur Vijay dengan nada suara bergetar.

"Bagus!."

Hanya itu tanggapan Tuan Thakur dan telepon pun terputus.

Inspektur Vijay mengelap peluh dingin yang tiba-tiba membasahi keningnya begitu mendengar ancaman Tuan Thakur yang akan memindahkannya ke Khasmir jika ia berani menolak perintahnya.

Bagi semua polisi, pindah tugas ke Khasmir berarti memasuki neraka dunia. Karena negara bagian itu adalah wilayah paling berbahaya di India akibat adanya Gerilyawan Pembebasan Khasmir yang menyulut perang untuk memisahkan diri dari India.

Pokoknya bertugas di Khasmir sama saja menyetorkan setengah nyawa secara gratis!. Tidak ada polisi yang mau, baik sukarela ataupun terpaksa, bertugas di Khasmir. Begitupun halnya dengan Inspektur Vijay.

Inspektur Vijay lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengeluarkan Vikram dari tahanan.

Namun tak lama berselang, dia mendapat laporan bahwa Vikram menolak keluar dari tahanan!.

"Demi Dewa Syiwa!. Apa sih... maunya?. Ayahnya sudah merepotkan aku. Sekarang keparat kecil itupun mau merepotkan aku!!," teriak Inspektur Vijay pada petugas yang melaporkan penolakan Vikram keluar dari tahanan.

"Tuan Vikram ingin teman-temannya juga dibebaskan dari tahanan, Inspektur... kalau tidak bisa, dia tidak mau keluar dari sel. Oh, yaa... tuan Vikram juga menyebut-nyebut soal Khasmir. Apa maksudnya, Inspektur?," jelas si petugas sambil bertanya.

"Aku tidak perduli!. Kalau itu maunya... keluarkan mereka semua!. Kalau perlu seret dan lempar mereka semua ke jalanan!!," bentak Inspektur Vijay.

Si petugaspun cepat terbirit-birit keluar untuk melaksanakan perintah Inspektur Vijay.

Inspektur Vijay lalu terduduk di kursinya. Sembari mengurut-urut keningnya, dia berfikir keras tentang laporan macam apa yang harus dia buat tentang kasus keributan dan perusakan di klub malam Phojaa Sheeva ini, sementara pelaku utamanya terpaksa dia lepaskan.

Saat itulah telepon diatas mejanya kembali berbunyi.

"Hallo... Inspektur, ada orang yang menanyakan Inspektur. Namanya Tuan Raaj Mangheshkar," ujar petugas Pos Jaga saat Inspektur Vijay mengangkat teleponnya.

"Siapa?, Tuan Raaj Mangeshkar, katamu...?," tanya Inspektur Vijay.

"Benar, Inspektur... Tuan Raaj Mangeshkar. Katanya dia ketua di parlemen," jawab si petugas.

"Sambungkan aku dengan dia!," perintah Inspektur Vijay.

Dahi Inspektur Vijay berkerut mendengar nama Raaj Mangeshkar. Sepengetahuan dia (kalau memang benar itu orangnya), Tuan Raaj Mangeshkar adalah Ketua Umum Jannatiyya Bharathi Party, partai oposisi utama di parlemen, musuh bebuyutan Tuan Thakur dari partai Konggres yang tengah berkuasa!.

Dengan hati bertanya-tanya, Inspektur Vijay menerima telepon dari Tuan Raaj.

"Markas Besar Kepolisian Sektor New Delhi Selatan. Ada yang bisa kami bantu?."

"Inspektur Vijay?," terdengar sebuah suara yang lemah lembut dari seberang sana bertanya.

"Yaa... benar. Saya sendiri," jawab Inspektur Vijay.

"Saya Raaj Mangeshkar. Saya ketua parlemen, ketua Jannatiyya Bharathi Party. Inspektur tahu siapa saya?," kembali suara dari seberang tersebut bertanya.

"Tentu, Tuan Raaj," jawab Inspektur Vijay.

Tentu saja Inspektur Vijay tahu siapa Tuan Raaj Mangeshkar ini.

Meskipun berpenampilan halus, semua orang tahu, Tuan Raaj adalah orang yang keras dan berkuasa. Semua orang mengenal Tuan Raaj, yang dijuluki singa parlemen, yang pidato-pidatonya yang berisi kritikan terhadap pemerintah Federal sangatlah tajam dan lugas.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa persaingan antara Tuan Thakur dengan Tuan Raaj sangatlah panas dan sengit!. Bahkan pernah dalam satu sidang, saking panasnya perdebatan antara mereka, Tuan Raaj sampai melempar sepatunya ke arah Tuan Thakur!.

"Bagus Inspektur!. Kalau begitu saya minta bantuan Anda, Inspektur. Baru saja saya mendapat info bahwa Anda telah menjebloskan anak saya, Sonam Mangeshkar, kedalam sel tahanan, betul begitu... Inspektur?!," kata Tuan Raaj.

Inspektur Vijay melirik BAP kasus perkelahian dan perusakan klub malam Phooja Sheeva yang tebentang dihadapannya. Tengkuknya terasa dingin oleh perasaan Deja Vu ketika melihat nama Sonam Mangeshkar tercantum dalam daftar tersangka pelaku.

"Benar, Tuan Raaj. Putra Anda ada dalam tahanan karena terlibat perkelahian dan perusakan di klub malam Phooja Sheeva," jawab Inspektur Vijay.

"Kalau begitu, saya minta bantuan Anda, Inspektur... tolong lepaskan anak saya sekarang juga," kata Tuan Raaj.

"Ahh... itu sulit Tuan. Kasus yang melibatkan putra Tuan berdasarkan laporan dari pengelola Phooja Sheeva. Lagipula BAP kasus ini sudah lengkap, Tuan Raaj," jawab Inspektur Vijay sambil menyeka keningnya yang mendadak mengeluarkan peluh dingin akibat perasaan Deja Vu yang semakin kuat.

"Saya tidak mau tahu, Inspektur... yang jelas, saya ingin anak saya keluar dari tahanan sekarang juga!," suara Tuan Raaj yang tadinya lemah lembut mulai mengeras.

"T-Tapi... tapi, tuan... prose...," Inspektur Vijay tergagap.

"Tidak ada tapi-tapian, Inspektur...," potong Tuan Raaj yang nada suaranya sudah naik satu oktaf.

"Perintah saya jelas dan tegas, Inspektur... lepaskan anak saya sekarang juga. Tanpa syarat, tanpa tapi-tapian. Kalau Anda belum tahu, Inspektur, atasan Anda, Tuan Manooj Dajendra, Kepala Kepolisian Federal, adalah teman main golf saya. Kebetulan besok kami akan main golf bersama. Mudah bagi saya untuk membisikkan sesuatu tentang situasi krisis di Khasmir dan siapa orang yang tepat dikirim kesana untuk membereskannya."

Demi Dewa Manna!. Ada apa dengan peruntunganku malam ini. Tadi Tuan Thakur, kini Tuan Raaj ikut mengancamku dengan urusan Khasmir?!, rutuk Inspektur Vijay dalam hati. Namun dengan perasaan tak berdaya dia terpaksa meluluskan keinginan Tuan Raaj demi kelangsungan karir dan keselamatan nyawanya.

"Baiklah, Tuan Raaj... kalau itu permintaan tuan. Saya akan keluarkan anak tuan dari tahanan."

"Terima kasih, Inspektur... hutang budi ini tidak akan saya lupakan," kata Tuan Raaj.

Kekesalan Inspektur Vijay agak sedikit terobati dengan ucapan terima kasih dari Tuan Raaj.

"Suatu saat nanti aku pasti akan menagih hutang budi ini," gumam Inspektur Vijay dalam hati.

Inspektur Vijay lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengeluarkan Sonam Mangeshkar dari sel tahanan.

Namun beberapa saat kemudian seorang anggotanya datang melapor bahwa Sonam menolak keluar dari sel tahanan!.

"Kenapa?, kenapa dia tidak mau keluar, haaahhh...?!," bentak Inspektur Vijay.

"Tuan Sonam berkata dia tidak mau keluar kalau teman-temannya tidak ikut dikeluarkan juga. Ohh... yaa, Inspektur, Tuan Sonam juga menyebut-nyebut soal Khasmir. Saya tidak mengerti apa maksudnya?," terang si petugas.

"Kau tidak perlu mengerti!!. Keparat...!, keparat...! keparat...!," maki Inspektur Vijay yang lalu melempar tempat pena ke dinding hingga pecah berantakan karena saking jengkelnya.

"Keluarkan babi-babi itu dari tahanan dan lemparkan kejalanan!. Semoga Dewa Kala mencekik leher mereka semua!!," teriak Inspektur Vijay kepada anak buahnya yang langsung lari terbirit-birit melaksanakan perintahnya.

Inspektur Vijay terduduk lelah sambil mengurut-urut keningnya akibat rasa pusing yang kian menggigit. Dia benar-benar bingung seperti apa laporan yang harus dibuatnya terkait kasus Phooja Sheeva ini.

Saat itulah telepon diatas mejanya kembali berdering.

Dengan tatapan penuh horor, sejenak Inspektur Vijay membiarkan telepon itu terus berdering. Namun setelah menguatkan hatinya, diapun mengangkat telepon itu.

"Yaa....," kata Inspektur Vijay singkat.

"Maaf, Inspektur....," balas suara petugas Pos Jaga hati-hati (dia sudah mendengar tentang amukan Inspektur Vijay barusan).

"Ada lagi yang menanyakan Inspektur."

"Siapa?," tanya Inspektur Vijay.

"Kali ini seorang nyonya, Inspektur... namanya, Nyonya Mena Shuvari," jawab si petugas.

Entah untuk yang keberapa kalinya, kembali Inspektur Vijay mengeluh dalam hati.

Nyonya Mena Shuvari adalah Jaksa Agung India yang amat terkenal karena keberanian dan ketegasannya, sehingga dia dijuluki "Wanita Baja Dari Uttar Pradesh". Tidak ada satupun kriminal di negara ini yang tidak gemetar mendengar namanya.

"Markas Besar Kepolisian Sektor New Delhi Selatan. Ada yang bisa kami bantu?," kata Inspektur Vijay.

Tangannya membalik-balik berkas BAP kasus Phooja Sheva mencari keterkaitan kasus itu dengan nama Shuvari. Dan matanya membelalak ketika melihat nama Ayeesha Shuvari tercantum dalam berkas itu. Tengkuknya pun kembali dirayapi rasa dingin.

"Inspektur Vijay?," tanya satu suara serak dari seberang sana (kalangan Pers menjuluki suara serak Nyonya Mena Shuvari ini seperti teriakan burung pemakan bangkai).

"Yaa, saya sendiri," jawab Inspektur Vijay.

"Inspektur... saya Mena Shuvari. Jaksa Agung India. Baru saja saya mendapat kabar bahwa Anda telah menahan putri bungsu saya, Ayeesha Shuvari. Saya tidak perlu berbasa-basi lagi. Saya minta Anda, Inspektur... untuk mengeluarkan putri saya dari tahanan sekarang juga. Karena menurut pandangan hukum saya, putri saya itu sesungguhnya tidak layak berada dalam tahanan, karena dia hanya saksi korban dalam peristiwa ini. Dengan menahan dia dalam tahanan, Anda telah melakukan kesalahan, Inspektur..."

Inspektur Vijay menelan ludah. Dia sudah membayangkan konsekwensi macam apa yang akan dihadapinya jika membuat Nyonya di seberang teleponnya itu marah. Meskipun di dalam berkas BAP kasus Phooja Sheva ini, disebutkan bahwa justru Ayeesha Shuvari inilah yang menjadi biang pemicu keributan antara kelompok Vikram melawan Kelompok Sonam.

"T-Tapi... tapi... Nyonya... putri Anda justru... yang...," ujar Inspektur Vijay tergagap.

"Tidak ada tapi-tapian, Inspektur. Perintah saya tegas. Keluarkan putri saya dari tahanan sekarang juga, atau... saya dengar di Khasmir tengah ada lowongan Kepala Polisi karena Kepala Polisi sebelumnya dibunuh gerilyawan. Jika Anda ingin menggantikan jabatannya, saya bisa merekomendasikannya kepada Fareed Khan, Mentri Dalam Negeri. Seperti yang Anda tahu, Inspektur... kami bersahabat baik sekali," kata Nyonya Mena Shuvari setengah mengancam.

Sesungguhnya Inspektur Vijay sudah amat muak terhadap omongan tentang Khasmir yang selalu diancamkan kepadanya sepanjang malam ini. Namun dia sendiri mengetahui dengan pasti bahwa walau menjengkelkan, bagaimanapun mereka semua mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk melaksanakan ancaman mereka kepada dirinya yang hanya seorang aparat kepolisian rendahan.

"Baiklah, nyonya... jika itu yang Anda kehendaki," ujar Inspektur Vijay yang mendadak merasa sangat lelah sekali.

"Bagus, Inspektur!," kata Nyonya Mena Shuvari. "Dan ada satu lagi permintaan saya kepada Anda, Inspektur... Saya dengar pelaku keributan dan perusakan adalah sekelompok anak muda yang dipimpin oleh Vikram Chandorri dan Sonam Mangeshkar. Benar begitu Inspektur?."

"Benar, nyonya," jawab inspektur Vijay yang tidak dapat menduga kemana arah pembicaraan Nyonya Mena Shuvari ini.

"Saya minta Anda terus menahan mereka dan membuatkan BAP-nya. Lalu bila sudah lengkap, Anda serahkan kepada saya besok pagi di kantor saya. Kemudian dalam BAP tersebut posisi anak saya hanya sebagai saksi korban. Faham Inspektur?!," kata Nyonya Mena Shuvari.

Inspektur Vijay benar-benar bingung mendengar perkatan Nyonya Mena Shuvari yang memintanya tetap menahan Vikram dan Sonam, padahal baru saja dia membebaskan mereka.

"Tapi... tapi... nyonya... saya baru saja membebaskan Vikram dan Sonam," ujar Inspektur Vijay.

"Apa?!. Kenapa?!," tanya Nyonya Mena Shuvari gusar.

"Ayah-ayah mereka yang memaksa dan mengancam saya untuk membebaskan Vikram dan Sonam," jawab Inspektur VIjay.

"Ayah-ayah mereka?. Apakah itu adalah Tuan Thakur dan Tuan Raaj?!."

"Benar, nyonya."

"Hmmm... begitu. Ini tidak boleh dibiarkan. Ini namanya intervensi terhadap petugas hukum. Mereka tidak berhak melakukan itu!," sergah Nyonya Mena Shuvari keras.

"Kamu sendiri memaksa untuk membebaskan putrimu, apa itu bukan intervensi juga namanya?," rutuk Inspektur Vijay namun hanya di dalam hati.

"Kenapa?. Kenapa Anda membebaskan putra mereka, Inspektur?. Anda petugas hukum. Seharusnya Anda tidak boleh takut terhadap ancaman!. Memangnya apa ancaman Tuan Thakur dan Tuan Raaj kepada Anda, Inspektur?," tanya Nyonya Mena Shuvari penasaran.

"Tuan Thakur dan Tuan Raaj mengancam akan memindahkan saya ke Khasmir, nyonya..." jawab Inspektur Vijay.

"Oh...!."

Suasana di telepon mendadak sunyi.

Inspektur Vijay sungguh sangat menikmati saat-saat yang teramat langka ini, dimana seorang Nyonya Mena Shuvari yang pada masa aktifnya terkenal ganas di ruang sidang pengadilan justru kehabisan kata-kata.

Setelah hampir satu menit terdiam, baru terdengar lagi suara Nyonya Mena Shuvari.

"Ehmmm... Baiklah Inspektur. Lupakan apa yang pernah saya katakan malam ini. Anda cukup membebaskan putri saya saja. Itu saja sudah cukup," kata Nyonya Mena Shuvari.

"Baik, nyonya...," jawab Inspektur Vijay.

Maka untuk yang ketiga kalinya malam ini, Inspektur Vijay memerintahkan anak buahnya untuk mengeluarkan tahanan dari ruang selnya. Untung saja kali ini tidak ada masalah yang terjadi. Dengan tertib Ayeesha Shuvari dan teman-temannya keluar dari ruang tahanan. Bagaimanapun Inspektur Vijay sudah belajar dari dua pengalaman sebelumnya.

Dengan suara dengusan, Inspektur Vijay mencampakkan berkas BAP kasus Phooja Sheva ke tempat sampah. Kasus ini bagi dia bukan lagi merupakan urusannya, tapi sudah menjadi urusan petinggi-petinggi sialan itu!.

Inspektur Vijay mengambil sebatang cerutu dari laci mejanya lalu membakarnya. Sambil menikmati dan menghembuskan asapnya, diapun meluruskan punggungnya ke sandaran kursi.

Namun, baru saja dia menikmati saat-saat sakral menikmati cerutunya, tiba-tiba Inspektur Vijay dikejutkan oleh suara gaduh yang disusul oleh suara kaca pecah.

Dengan tergesa-gesa Inspektur Vijay bangkit dari kursinya dan membuka pintu ruang kerjanya. Diluar ruangan dia melihat anak buahnya berserabutan berlari menuju keluar Kantor Polisi.

Segera saja dia menggamit salah seorang diantara mereka.

"Ada apa?, apa yang terjadi?!," tanya Inspektur Vijay.

"Ada keributan, Inspektur!," jawab anak buahnya.

"Keributan?, disini?, di Kantor Polisi?!," tanya Inspektur Vijay seakan tidak percaya.

"Benar, Inspektur... Disini. Di Kantor Polisi," kata anak buahnya.

"Bajingan!!," maki Inspektur Vijay. "Siapa orang tolol yang berani-beraninya membuat keributan di Kantor Polisi, Haaahhhh...?!!."

"Vikram Chandorri dan teman-temannya melawan Sonam Mangeshkar dan teman-temannya, Inspektur!," jawab anak buahnya itu.

"Apaaa...?!," teriak Inspektur VIjay.

Sesaat kemudian Inspektur Vijay melihat Vikram dan Sonam serta teman-temannya di gelandang oleh belasan polisi menuju ruang pemeriksaan. Kemudian seorang anak buah Inspektur Vijay datang melapor.

"Lapor, Inspektur!. Telah terjadi keributan di halaman antara kelompok Vikram melawan kelompok Sonam yang menyebabkan kerusakan di bagian depan kantor."

"Kenapa?. Apa sebab mereka berkelahi lagi?," tanya inspektur Vijay.

"Rupanya, biarpun sudah di bebaskan dari tahanan. Vikram dan Sonam beserta kelompoknya tidak langsung pulang tetapi bergerombol di luar halaman kantor. Begitu Inspektur membebaskan Ayeesha Shuvari dan teman-temannya, kelompok Vikram dan Sonam langsung merubungi mereka. Entah apa yang terjadi, tahu-tahu situasinya sudah berkembang menjadi keributan dan perkelahian!," lapor anak buah Inspektur Vijay.

"Begitu," komentar Inspektur Vijay.

"Lantas seberapa besar kerusakan yang mereka perbuat kali ini?," lanjut Inspektur Vijay bertanya.

"Lebih baik Inspektur sendiri yang melihatnya," jawab si petugas.

Bergegas Inspektur Vijay keluar untuk melihat kerusakan yang terjadi dan dia menjadi teramat sangat marah saat menyaksikan jendela-jendela kaca Kantor Polisi yang pecah berserakan diantara reruntuhan pot-pot bunga di halaman kantor yang juga pecah berantakan akibat perkelahian.

"Kurang ajar!!," kembali Inspektur Vijay berteriak memaki habis-habisan.

"Demi dewi Durga!!. Kali ini tiada ampun lagi. Masukkan mereka semua kedalam sel sekarang juga!. Memangnya mereka fikir mereka siapa?, haahh...?!. Masukkan mereka semua ke dalam sel sekarang juga!!."

"Siap, Inspektur!. Laksanakan!!," ujar petugas yang mendampinginya.

Dengan nafas memburu Inspektur Vijay memasuki ruang kantornya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kursi. Selama beberapa menit dia berkonsentrasi memilah dan memilih tindakan apa yang harus diambilnya serta apa konsekwensinya akibat perkembangan situasi yang tidak terduga ini.

Semula dia merasa agak lega kasus yang dihadapinya malam ini yang melibatkan anak-anak pejabat tinggi tersebut selesai begitu saja. Tetapi perkelahian di depan kantornya baru saja sungguh sangat mengusik harga dirinya sebagai seorang polisi. Belum lagi kerusakan yang terjadi akibat perkelahian tersebut.

Bagaimanapun satu tindakan tegas harus diambil dan diputuskan. Kalau tidak, dia akan menjadi bahan tertawaan koleganya di Markas Besar Kepolisian nanti.

"Persetan dengan Khasmir!!. Jika aku harus mati disana, demi Dewi Kali, aku bersumpah akan menghantui keparat-keparat itu selamanya!!," geram Inspektur Vijay sambil menggeretakkan giginya.

Dan saat itulah, telepon di atas mejanya berbunyi...

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar