
Setelah menyuruh Desmita duduk di kursi makan, ibu itu menghilang ke balik pintu dapur. Desmita melihat di ruang itu sudah ada seorang gadis remaja berusia kira-kira 15 tahunan yang tengah berbaring asyik menonton tipi.
Ketika Desmita dan ibu tadi masuk, gadis remaja itu menoleh dengn pandangan ingin tahu. Desmita berdecak kagum begitu melihat wajah gadis remaja itu. Kakaknya ganteng, wajar adiknya manis - fikir Desmita.
Dari arah dapur sayup-sayup ada yang berbicara. Dari nada suaranya seperti suara Angga dan ibunya. Beruntung Desmita sudah kursus bahasa jawa sama kak Reina, mahasiswi yang kost di rumah ibunya, sehingga dia mengerti sebagian besar isi pembicaraan mereka yang intinya Angga menceritakan kenapa mereka berdua bisa pulang dalam keadaan basah dan kotor. Karena pintu dapur yang hanya setengah terbuka, Desmita cuma mendengar sepotong-sepotong pembicaraan Angga dan ibunya.
"N'dodos... sarang tawon... kabur... wong wedhok... empange mbah roto... nyebur...," dan seterusnya contoh potongan pembicaraan yang bisa ditangkapnya.
Saat tengah asyik menguping omongan Angga dan ibunya, Desmita dikagetkan oleh sebuah colekan di bahunya. Begitu menoleh dia melihat gadis remaja yang tadi masih berbaring di depan tipi, sekarang sudah duduk di hadapannya.
"Mbak kenapa ?," tanyanya dengan raut wajah heran bercampur takjub.
Alih-alih menjawab, Desmita balik bertanya, "Kamu adiknya Angga, yaa...?."
"Iyaa... aku adik mas Angga. Namaku Anna. Mbak siapa ?," jawabnya sambil tersenyum memperlihatkan dekik kecil menghiasi kedua sudut bibir yang kian menambah manis penampilannya.
"Aku Desmita. Biasa dipanggil Mita," jawab Desmita.
"Oooo... trus... mbak Mita, kenapa bisa lepek dan kotor begini ?," tanya Anna lagi.
"Haahhh... panjang ceritanya, dek...," jawab Desmita.
"Panjang gimana, mbak ?. Aku nggak ngerti ?," kata Anna penasaran.
"Pokoknya panjang. Aku saja nggak ngerti, apalagi kamu. Mending tanya saja langsung sama masmu," jawab Desmita.
"Masmu itu memang sembrono, sak karepe dhewe. Mosok ndodos pelepah sawit bisa kena sarang tawon ?, yaaa... karuan diuber, laaa...," sahut ibu Angga yang baru keluar dari dapur.
"Mbak Mita ini lagi kenang sial saja, ketemu masmu yang lagi dikejar-kejar tawon. Yaaa... karuan de'e diuber-uber juga," lanjut ibu Angga.
"Lhaaa... diuber tawon, yooo... musti kabur. Tapi kok... mbak Mita bisa jadi lepek lan luluran tanah ?," tanya Anna yg masih belum mengerti.
"Itu gara-gara masmu sontoloyo !. Ngajak wong wehok kaburne neng empange mbah roto, lantas nyebur nang jero'e !."
Mendengar penuturan ibunya, Annapun tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahaha... nyebur nang empange mbah roto ?. Hahahahahaha... karuan ae basah kuyup koyo ngene. Opo meneh, niku empang tempat aduse bebek-bebek peliharaan mbah roto. Ora kebayang ambune. Opo meneh...," ujar Anna yang tiba-tiba memutus tawa dan ucapannya seakan teringat sesuatu.
Sama seperti Anna, ibu Anggapun yang semula ikut tersenyum-senyum lucu seperti teringat sesuatu dan mendadak menghentikan senyumnya.
Melihat reaksi mereka berdua, timbul setitik perasaan heran bercampur curiga dalam hati Desmita. Namun baru saja dia ingin menanyakan hal itu, ibu Angga langsung berkata kepada Anna.
"Yoo, wis... sekarang kamu pinjamkan pakaianmu yang kira-kira muat sama mbak Mita ini, buat ganti pakaiannya yang lepek. "
Anna lalu memandangi Desmita dan bergumam, " Hmmm... kelihatannya ukuran badan kita podho gede'e. Tapi mbak sedikit lebih tinggi. Hmmm... hmmm... yoo, wis... pake itu saja !."
Anna kemudian masuk ke kamarnya dan keluar kembali dengan membawa T-shirt serta celana training.
"Ini mbak, baju sama celananya. Ini juga aku pinjamkan BH, mungkin ukurannya kekecilan. Yaahhh... masih lumayan kekecilan. Ketimbang ngawer-ngawer. Qikqikqikqik...," kata Anna sambil terkikik.
"Makasih, dek...," balas Desmita dan mengambil baju kaus serta celana training pinjaman dari Anna.
Ibu Angga kemudian melongokkan kepalanya kebalik pintu dapur dan berteriak,
"Angga !. Kowe aduse wis rampung... durung ?!."
"Sampun, bu'e...!," jawab Angga.
Lalu dari balik pintu dapur keluarlah Angga hanya dengan memakai handuk dan bertelanjang dada.
Meskipun Desmita sudah sering melihat laki-laki bertelanjang dada, namun menyaksikan Angga yang keluar dari dapur hanya dengan mengenakan handuk tak pelak membuat mukanya jadi merah karena malu. Diapun memalingkan wajahnya dengan hati berdebar-debar.
"Ohh, my god... gagah sekali dia. Kekar dan atletis. Dada bidang dan perutnya.... duuuhhh... perutnya.... kotak-kotak, bok...!," bisik Desmita dalam hati.
Melihat Desmita tampak jengah, ibu Anggapun mengomeli putranya.
"Cah gendheng !, ngapain kamu keluar cuma pake handuk, padahal disini ada anak prawan !."
"Lhaaa... aku musti pake apa bu'e ?. Jenenge ae habis adus, karuan cuma pake handuk. Lagian kalo mau ke kamar aku, khan... musti lewat sini !," balas Angga.
"Sudah... sudah... sana masuk kamar kamu !. Dasar cah gendheng. Bikin malu wong tua saja," ujar ibu Angga mengusir putranya. Kemudian dia menoleh kearah Desmita.
"Yoo, wis... nduk. Kamar mandi bisa kamu pakai sekarang. Nanti kalau sudah selesai, pakaianmu yang kotor ditaruh saja di kamar mandi, biar nanti bisa ibu cuci."
"Baik, bu..." kata Desmita.
Wong wedhok : Perempuan.
Dodos : Alat untuk memanen tandan kelapa sawit berupa tongkat panjang yang ujungnya dipasangi pisau atau sabit tajam.
Ndodos : Memanen buah kelapa sawit dengan dodos.
Sak karepe dhewe : Seenaknya saja.
Karuan : Tentu saja.
De'e : Dia.
Koyo ngene : Seperti ini.
Opo meneh : Apa lagi.
Ambu : Bau.
Podho gede'e : Sama besarnya, sama ukurannya.
Yoo, wis... : Yaa, sudah....
Kowe aduse wis rampung durung ?:Kamu mandinya sudah selesai belum ?.
Sampun : Sudah.
Jenenge ae : Namanya saja.
Dodos : Alat untuk memanen tandan kelapa sawit berupa tongkat panjang yang ujungnya dipasangi pisau atau sabit tajam.
Ndodos : Memanen buah kelapa sawit dengan dodos.
Sak karepe dhewe : Seenaknya saja.
Karuan : Tentu saja.
De'e : Dia.
Koyo ngene : Seperti ini.
Opo meneh : Apa lagi.
Ambu : Bau.
Podho gede'e : Sama besarnya, sama ukurannya.
Yoo, wis... : Yaa, sudah....
Kowe aduse wis rampung durung ?:Kamu mandinya sudah selesai belum ?.
Sampun : Sudah.
Jenenge ae : Namanya saja.
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.