"Kamu maunya di mana ?," Bagus malah balik bertanya sambil mengunyah pelan nasi pecelnya.
"Ehmm.... kalau aku maunya kita foto pre wedding di Yunani, Italia atau Spanyol, Aku sudah pernah kesana dan pemandangannya benar-benar eksotis," jawab Citra.
"Bagus juga. Tapi lebih baik kita foto pre wedding di Swiss. Pemandangannnya lebih cantik atau ke Perancis juga bisa,." ujar Bagus menaggapi.
'Ah, dua tempat itu sudah sering kami kunjungi," balas Citra
"Kalau begitu, bagaimana kalau ke Jerman ?," tanya Bagus lagi.
"Jerman, yaaa...?. Itu tempat kuliah ayah dulu. Disana juga banyak pemandangan yang cantik. Kota-kotanya juga cantik. Okelah," jawab Citra.
Mereka saat itu sedang membahas soal foto pre wedding menjelang hari pernikahan. Tapi sebelum acara pernikahan dilangsungkan, rencananya terlebih dulu diadakan acara pertunangan yang akan diadakan secara besar-besaran.
"Oh, ya... setelah nikah nanti, kita honeymoon dimana, say ?," lanjut Citra.
"Bagaimana kalau di China ?," jawab Bagus.
"China ?. Itu, kan... negara komunis. Nanti urusannya ribet lagi. Lebih baik ke Jepang saja," bantah Citra.
"Itu dulu, China zamannya Mao Zedong. China sekarang sudah lebih terbuka. Apalagi kalau kita kesana pakai visa turis, justru dipermudah coz itu, kan devisa masuk buat mereka," jelas Bagus.
"Jepang itu terlalu komersil dan artifisial. Apa-apanya serba mahal dan sudah di set sedemikian rupa. Hampir bisa dibilang nggak ada yang asli atau alami lagi, Beda dengan China yang masih banyak tempat-tempat eksotis dan masih asli, lembah Gui Lin, pegunungan Hua San atau Kun Lun, atau Tibet misalnya. Lagipula di Jepang nggak ada Tembok China, satu-satunya bangunan buatan manusia yang bisa dilihat dari Bulan !," terang Bagus panjang lebar.
"Ohhh, yaaa... nanti kita ke Tembok Besar China ?."
'Yups. Kita akan foto-foto di Tembok Besar China."
"Oke, aku setuju. Kamu betul-betul romantis banget, say."
Bagus Sengaja menyinggung Tembok Besar China, bangunan maha raksasa yang pernah dibuat oleh manusia kepada Citra yang memang tergila-gila kepada arsitertur kolosal untuk memuluskan usulannya. Dan seperti terkaannya, Citra langsug setuju.
Kemudian sepasang kekasih itu saling tertawa dan berpelukan di kantin. Ya, meski di situ banyak para mahasiswa dan mahasiswi. Mereka tidak perduli. Bagi para mahasiswa dan mahasiswi itupun pameran adegan kemesraan Citra dan Bagus itu sudah biasa mereka saksikan dan banyak pula yang menyimpan rasa iri hati dan dengki..
Hati keduanya memang lagi senang-senangnya. Betapa tidak,besok sore adalah hari yang begitu spesial buat mereka yaitu hari pertunangan. Kemudian dua bulan setelahnya adalah hari pernikahan. Dan setelah itu Citra akan menyandang gelar sebagai Nyonya Citra Bagus Kusron Aji. Amboi. Sementara di langit nan biru, burung-burung menyanyi kan lagu cinta yang begitu memabukkan. Lalu angin berembus pelan.
***
Pada saat yang bersamaan, Ketika Citra dan Bagus merasakan kebahagiaan luar biasa dalam menyongsong pernikahan mereka, Azzam sedang berbicara dengan pak Ilham di di ruang kerjanya.
"Berapa tahun kamu nyantri di Kudus,?" tanya Pak Ilham sambil memandang wajah Azzam.
"Alhamdulillah enam tahun, Pak," jawab Azzam.
"Kata Joko kamu hafal Qur'an 30 juz, benar ?," tanya pak Ilham lagi.
"Alhamdulillah. Benar, pak," Ujar Azzam mantap.
Arsitek dan developer tajir itu manggut-manggut. Diam-diam dalam hati a merasa kalah dengan anak muda yang duduk di depannya ini.
"Usiamu sekarang berapa ?," lanjut pak Ilham.
Sejenak Azzam terdiam. Kenapa developer itu nanya umurnya. Tapi ia anggap itu pertanyaan yang biasa saja. Anggap saja ia sedang wawancara melamar pekerjaan.
"Saya 30 tahun, pak," jawabnya dengan jujur.
Memang usianya 30 tahun. Tapi wajahnya masih tampak unyu-unyu atau yang lebih dikenal dengan istilah baby face. Banyak orang yang menyangka usianya baru belasan tahun. Kata mereka Azzam itu awet muda. Alhamdulillah, demikian Azzam menjawab banyak orang yang mendoakan dirinya awet muda.
"Jadi begini," lanjut pak Ilham. 'Saya meminta kamu untuk mengajari saya untuk mengaji Al-Quran dalam bahasa Arab. Karena selama ini saya tidak tahu tentang huruf Hijaiyah."
Mendengar perkataan pak Ilham Azzam jadi tidak habis pikir, bagaimana orang ini bisa naik haji, dua kali lagi !. Padahal tidak bisa membaca Al-Quran ?, Bapak dan ibunya saja yang fasih mengaji Al-Quran saja samasekali belum pernah naik haji. Mbahnya yang hafal 30 juz dan tidak pernah absen membaca Al-Quran juga tidak pernah menginjakkan kakinya di Tanah Suci Makkah
Ah... ia lupa !. Bukankah sekarang jamannya komputer yang serba canggih. Dunia seakan dilipat-lipat. Mengirim surat saja cukup pakai email. Masalahnya kalau pakai jasa Pos, seperti dulu,surat paling cepat baru sampai tiga hari. Apalagi kalau suratnya dikirim ke daerah terpencil, bisa berminggu-minggu baru sampai.
Ditambah dengan kehadiran mesin pencari di internet yang bernama Google. Ya, Google telah di-Tuhankan oleh keledai-keledai bodoh yang men-Tuhankannya.
Orang yang ngaku pintar dan beragama namun sejatinya hanyalah seekor keledai yang nurut dan tunduk-patuh pada sang Tuhan Google. Mencari apa makna Islam, cukup bertanya kepada Tuhan Google
Orang yang ngaku pintar dan beragama namun sejatinya hanyalah seekor keledai yang nurut dan tunduk-patuh pada Tuhan Google. Mencari apa makna Islam, cukup bertanya kepada Tuhan Google, Tuhan baru masyarakat modern, yang lebih terkenal ketimbang Tuhan-tuhan agama samawi.
Baca kitab kuning tidak perlu lagi dengan kertas yang tebal. Karena kitab kuning sekarang mudah didapat dengan cara di-download lalu dibaca di laptop. Mendengarkan suara murattal Syaikh Saad Al Ghamidi atau Syaikh Abdurrahman As Sudais, juga cukup di download.
Mencari kamus bahasa Arab cukup melakukan pencarian di otaknya Tuhan Google. Dan dalam sekejap langsung dikasih wahyu. Memang mudah,efesien, dan murah bukan ?. Teknologi dijadikan Tuhan 'tandingan'. Sementara Tuhan yang asli dikesampingkan.
Hal ini juga terjadi pada kaum Wahabi salafi yang menghalakan ilmu tanpa guru melalui buku-buku terjemahan yang sudah dimanipulasi isi kandungannya dan dari Tuhan google tanpa sanadz atau rantaian guru dari periwayat hingga bersambung kepada Rasulullas saw, maka ilmu tanpa guru atau sanadz gurunya mereka itu syetan... Na'udzu billah tsumma na'udzubillah.
"Jadi saya ingin kamu mengajar saya supaya bisa ngaji Al Qur'an," sambung pak Ilham menyentak perenungan Azzam.
"Oh itu mudah, pak. Bapak hanya perlu menghafal huruf hijaiyyah. Setelah itu bapak sudah bisa baca Al qur'an," kata Azzam.
"Hmmm, begitu, ya..."gumam pak Ilham manggut-manggut.
"Jadi kapan Bapak mulai belajar mengaji ?," lanjut Azzam bertanya.
"Kalau saya tidak sibuk kerja atau kalau nggak ada pertandingan sepak bola, moto Gp, Formula One atau bulu tangkis. kamu bisa mengajar saya. Kapan tepatnya saya ada waktu, nanti saya kasih tahu," sahut pak Ilham yang sukses membuat Azzam terbengong-bengong. "Mau belajar ngaji, kok... mesti pakai kalau segala," pikirnya masygul.
"Oh iya. Ini surat Mou-nya. Silakan dibaca dan diteliti dulu. Jika sudah mengerti dan setuju dengan isinya baru diteken," kata pak Ilham sambil menyodorkan dua lembar kertas yang sudah terketik rapi.
Memang orang kaya itu aneh-aneh. Lucu. Semua mesti memakai surat kontrak atau Mou. Menikah ada kontraknya. Kayak artis ibu kota. Mengajar ngaji ada kontraknya. Pacaran ada kontraknya. Dan tentunya semua didasarkan dengan honor atau gaji. dan itu artinya uang, uang dan uang !.
Ini yang sering membuat seorang muballigh menjadi gila uang dan menjurus kepada hidup hubbud duniya: Cinta kepada dunia. Azzam sampai berpikir, bagaimana seandainya Tuhan mentakdirkan dirinya menjadi menantu Pak Ilham meski hal itu mustahil menjadi kenyataan ?.
Seketika ingatannya melayang gadis jutek namun teramat cantik, yang kemarin menegurnya. Apabila Tuhan mentakdirkan gadis jutek itu menjadi istrinya, apakah nasibnya akan tergantung pada selembar kertas Mou ?. Ia bermunajat kepada Allah semoga tidak berlama-lama mengajar di rumah ini.
"Bagaimana ?," pertanyaan Pak Ilham mengagetkan dirinya.
Seketika Azzam tersadar dari lamunannya.
"Bagaimana maksudnya apa, pak ?," tanya Azzam.
"Maksudnya, honormu mengajari saya privat ngaji dalam sebulan itu 8 juta. Gimana?. Kamu setuju atau masih kurang ?," ujar pak Ilham menjelaskan
"Ndak sampai segitu pun nggak apa-apa, pak.. Niat saya mengajari bapak ngaji hanya karena ibadah. Bapak bisa membaca Al-Quran saja saya sudah senang, Hitung-hitung untuk tabungan amal saya di akhirat kelak," jawab Azzam.
Pak Ilham malah ketawa keras.
"Hahahaha. Panjenengan itu lucu,.Kalau sampeyan hanya ngajar ngaji saja tanpa dimintai honor, sampeyan mau makan apa ?. Nah, seumpamanya sampeyan mau menikah,modalnya darimana ?. Ngajar saja nggak mau dibayar. Lhaa... kalau nggak ada modal, Yaa... nggak bakal nikah-nikah. Hahahaha..."
Azzam faham dengan siapa ia berdebat saat ini. Yaitu tak lain dengan orang yang sudah berhaji namun tidak punya pengetahuan ilmu agama. Jadi ia malas mau melanjutkan debat. Toh hanya buang-buang waktu saja. ementara ini lebih baik ia diam dan mengiyakan saja perkataan calon muridnya itu.
"Inggih, pak," Azzam mengangguk.
Tentu kita tidak suka dibenci oleh atasan atau orang yang lebih berjaya dari kita, karena tidak profesional melakukan pekerjaan dan tidak punya ilmu yang kompeten dalam bidang kita.
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar
Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)