Langit masih gelap. Yang ada hanya keheningan malam. Semua makhluk Allah tertidur dalam pulasnya.
Hampir tidak ada yang mendengar panggilan cinta dari Allah. Saat itu Azzam sedang bersujud kepada Rabb semesta alam dalam khusyuknya.
Ia bersujud bersama pepohonan, bebatuan, sungai, lautan, langit, bulan, matahari dan bintang serta alam yang tiada henti bermunajat.
Sejatinya jika mata hati dan telinga jiwa manusia dibuka mereka mendengar bahwa alam ini selalu berdzikir kepada Allah swt. Namun saking karena terlalu banyaknya dosa manusia, mereka tidak bisa mendengar dzikir alam itu.
Mereka merasa nyaman dengan kehidupan dunia. Seakan tidak akan bertemu dengan Allah dan tidak dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak di akhirat.
"Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi".1
Itulah yang membedakan antara orang yang beriman-betul-betul beriman kepada Allah dengan orang yang imannya tidak sungguh-sungguh. Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam diawali dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan.
Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman
Keimanan dalam ajaran Islam tidak sama dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman. Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hamba-Nya yang mempunyai akhlak terpuji.
Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqamah. Sebagai umat islam sesungguhnya kita telah memilki suri tauladan untuk dicontoh atau diikuti yaitu nabi Muhammad saw.
Ia adalah sebaik-baik manusia yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana akhlak rasulullah, maka ia menjawab bahwa akhlak rasulullah adalah Al-Quran. Artinya rasulullah merupakan manusia yang menggambarkan akhlak seperti yang tertera di dalam Al-Quran. Adapun sikap 'percaya' didapatkan setelah memahami apa yang disampaikan oleh mu'min mubaligh serta visi konsep kehidupan yang dibawakan.
Percaya dalam Al-Qur'an selalu dalam konteks sesuatu yang ghaib, atau yang belum terrealisasi, ini artinya sifat orang yang beriman dalam tingkat paling rendah adalah mempercayai perjuangan para pembawa risalah dalam merealisasikan kondisi ideal bagi umat manusia yang dalam Qur'an disebut dengan 'surga', serta meninggalkan kondisi buruk yang diamsalkan dengan 'neraka'.
Dalam tingkat selanjutnya orang yang beriman ikut serta dalam misi penegakkan Dinul Islam. Ada perbedaan definisi yang mendasar antara orang Mukmin dengan orang Muslim. Orang Mukmin adalah orang yang selalu menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Sementara orang Muslim, adalah sebutan bagi mereka yang beragam islam namun belum tentu selalu menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Jadi, setiap Mukmin pasti Muslim. Tetapi setiap Muslim belum tentu Mukmin. Semua tergantung kepada kadar keimanan dan ketaqwaan yang bersangkutan.
***
Azzam saat itu tampak khusyuk dalam sujud panjangnya. Matanya berkabut dan pipinya banjir dengan oleh air mata istighfar. Sehabis shalat Tahajud, Azzam membaca dzikir panjang. Sebagaimana kebiasaannya waktu nyantri dulu.
Citra yang saat itu terlelap di dalam kamarnya tiba-tiba terbangun. Ia tampak terusik dengan suara dzikir yang dilantunkan Azzam. Hatinya merasa tidak begitu senang. Ah, itulah tabiat orang kaya harta namun miskin iman.
Mereka biasanya tidak senang jika mendengar kumandang lafadz-lafadz suci Allah. Seperti yang dirasakan oleh Citra. Lantunan dzikir itu seakan menusuk-nusuk telinganya. Tidurnya merasa terganggu. Oleh karenanya ia pun lantas bangkit dari ranjangnya.
Dengan hanya mengenakan baju tidur ia keluar dari kamarnya. Ia yakin bahwa orang yang lagi berzikir dengan suara kersas itu adalah ustadz yang diperkejakan ayahnya sebagai guru privat ngaji. Dengan perasaan dongkol ia menggumam,
"Dasar !!. Ngaji keras-keras !. Apa nggak tahu kalau hari masih malam."
Sungguh miris, memang. Sebagai orang yang mengaku beragama islam, ia tidak dapat membedakan antara mengaji dengan berdzikir. Ketika ia menguakkan pintu, tampak ayahnya juga sedang berjalan menuju kamarnya Joko dengan langkahnya yang berat.
"Kamu tahu siapa yang berisik malam-malam begini ?," tanya pak Ilham kepada Citra dengan nada yang sama tidak senangnya.
"Itu, yah... ustadz privat ngaji ayah," Sahut Citra yang meski kelihatan masih mengantuk. Kedua matanya membelalak kesal.
Pak Ilham mengangguk dan berkata,
"Begitu. Sebentar ayah mau kesana, mau menegur dia," ujar pak Ilham sambil melanjutkan langkahnya. Sementara Citra kembali masuk ke dalam kamarnya.
1. QS An-Nisa : 79
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar
Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)