Ada sebuah pepatah dari nagri bule di barat sana yang berbunyi: "Love is Blind".
Karena ini pepatah dari nagri bule, tentu mesti bin harus ditranslate dulu.
Naaaahh. menurut titah dari Kangmas Raden Tumenggung Kyai Google Translate Joyoroyo (yang mutu terjemahannya kadang lebih mirip bahasa alien), Love is blind itu berarti: Cinta itu buta (Ups!, kali ini si Kangmas Raden lagi waras rupanya).
Ini bukanlah berarti bahwa si Cinta menderita penyakit Katarak level akut, lho... makanya jadi buta begitu (kalau iya, kasihan dunks, si Rangga).
Cinta itu buta adalah sejenis bahasa metafora yang dengan cerdas menggambarkan terkadang betapa tidak masuk akalnya alasan-alasan yang mendasari seseorang jatuh cinta.
Ada juga istilah lainnya yang juga dengan tepat menggambarkan absurdnya Cinta. Itu adalah seperti yang dinyanyikan oleh biduan remaje dari negeri jiran, Aghnez Nakberkahwin dalam lagunya "Tak Ade Logik".
Blind and Out of Logic. Itulah Cinta.
Dan itu jualah yang dilakoni oleh tokoh utama kita kali ini. Tono dan Tini.
Tono adalah anak orang kaya. Bapaknya pejabat merangkap pengusaha. Ibunya ketua pekaka. Rumahnya bak istana. Mobilnya ada lima. Pembantunya juga lima. Rekening Banknya berjuta-juta. Kemana-mana pakai Kawasaki Ninja. Namun sayang disayang, muka dan body nya mirip gorila.
Tapi Gorila yang kaya raya.
Sedangkan Tini berasal dari keluarga sederhana. Bapaknya guru esemka. Ibunya i-er-te biasa. Rumahnya masih sewa. Saudaranya ada lima. Motornya ada dua. Dan paling nggak suka dibilang keluarga du'afa (yaa, iyalaahh... du'afa kok, punya motor dua?).
Meskipun berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Tini punya modal cetar membahana!.
Wajah cantik dan body semlohay.
Raisa sama Raline Shah saja kalah.
Mungkin itu (mungkin juga bukan) yang membuat Tono jatuh cinta kepada Tini.
Padahal kalau dilihat-lihat baik dari depan, dari belakang, maupun dari samping, kalau Tono dan Tini lagi jalan bareng, maka orang yang menengoknya seketika teringat kepada film kartun Disney yang berjudul "Beauty and The Gorilla".
Sebagian orang terheran-heran, sebagian bingung, sebagian lagi mengurut dada dan sebagian besar langsung muntah-muntah kejang (padahal nggak minum kopi campur sianida).
Dan seperti yang telah disebut diatas (kalau lupa, nggak usah malu-malu, scroll lagi aja keatas). Harta kekayaan bisa membuat perbedaan besar. Orang Medan bilang: "Hepeng atur negara do!".
Mungkin faktor hepeng inilah (mungkin juga bukan) yang membuat Tini setuju menjadi pacar Tono.
Tapi lupakan sajalah dulu soal Ashbabun Nuzul kisah cinta Tono dan Tini. Serahkan saja urusan itu kepada Komnas HAM. Toh, mereka memang paling suka ikut campur mengurus urusan yang tidak penting diurus.
Mari kita kembali ke laaap.... top! (izin pakai quotenya, yaa... mas Tukul).
Suatu hari di malam minggu yang cerah, Tono dan Tini duduk berduaan di bawah pohon Kamboja dalam Komplek Pemakaman Umum Kelurahan Sukamendesah.
Mungkin ada yang merasa aneh, ini orang berdua, kok bisa-bisanya kencan di kuburan?, di bawah pohon Kamboja lagi?. Apa nggak ada tempat lain?.
Jangan su'udzon dulu... jangan piktor dulu... jangan bertingkah macam gerombolan kadal gurun yang suka merasa paling suci... merasa paling benar... merasa paling berhak menghakimi... semua ada penjelasannya n' sebenarnya simpel saja, kok...
Begini ceritanya:
Tadinya Tono dan Tini pacaran di Taman Kota. Itu adalah sebuah lokasi yang kalau siang dijadikan tempat kongkow-kongkow warga karena tempatnya memang nyaman dan sejuk sebab banyaknya pohon-pohon rimbun menaungi. Pagi dan sore hari Taman Kota itu diramaikan oleh aktivitas warga seperti lari mengelilingi taman, senam aerobik, jalan-jalan santai atau hanya sekedar duduk-duduk di bawah pepohonanan sambil menyaksikan keriangan anak-anak yang bermain-main di rerumputan.
Tapi begitu malam hari tiba, Taman Kota itu berubah menjadi tempat kencan favorit anak-anak muda karena suasana tempatnya yang remang-remang. Bukannya nggak ada lampu penerangan, tapi bola lampunya secara misterius sering menghilang tanpa jejak. Begitu diganti, hilang lagi!. Diganti lagi, hilang lagi!. Begitu seterusnya.
Sehingga bukan hal yang aneh bila kita menyaksikan banyak pasangan kencan yang duduk di bawah pohon dan hanya kelihatan siluetnya saja. Karena gelapnya, sering ada bayangan yang dari jauh kita kira cuma satu orang, ehhh... begitu di dekati tahunya berdua!. Sering ada rumpun bunga yang suka goyang-goyang sendiri, padahal nggak ada angin. Begitu di dekati tahunya ada kucing teruk nak berkahwin!.
"Meooong... meooong," begitu kata si kucing betina sambil merapikan roknya.
Nah, seperti kebanyakan anak-anak muda umumnya, malam itu, Tono dan Tini juga pacaran disana. Duduk berduaan diatas rerumputan di pojokkan yang agak gelap. Ngobrol ngalor-ngidul, ngetan-ngulon, ngarep-ngisor, pokoknya mesra abiss!.
Satu-satunya gangguan mungkin cuma datang dari tukang rokok atau tukang teh botol atau tukang kacang goreng yang gigih menawarkan jualannya.
Sebenarnya, sehh... itu bukan gangguan yang berarti. Tapi nggak enak aja rasanya ngeliat si tukang rokok atau si tukang teh botol atau si tukang kacang goreng yang nongkrong di depan kita dan nggak mau pergi biarpun sudah kita bilang nggak mau beli jualannya. Diusir juga nggak mau pergi. Benar-benar super sekali! (Mario Teguh Mode On).
Terpaksalah kita beli juga jualannya. biar dia-dia orang cepat pergi. Tapi sialnya, harga dagangan mereka ngegetok abiss. Rokok yang di warung yang biasanya cuma 18 ribu, ditagih 25 ribu. Teh botol yang biasanya cuma 5 ribu, dibikin 10 ribu. Kacang goreng yang rasanya keasinan dan sudah lembek, diminta 5 ribu!. Benar-benar super sekali!!.
Tapi sudahlah. Ini Cerpen lagi bercerita tentang Tono dan Tini. Bukan mau cerita tentang pengalaman pribadi.
Jadi, ketika Tono dan Tini sedang mesra-mesranya kencan, tiba-tiba hape Tono yang merk nya Samsung Galaxy S7 Edge (beli cash, nggak pake inden) berbunyi.
"Hallo....," kata Tono kepada si penelepon di seberang sana.
".........."
"Lagi di Taman Kota," jawab Tono.
".........."
"Sama cewek gue, dunks..., Lu sendiri lagi dimana?," jawab Tono sambil balik bertanya.
".........."
"Makanya lu kesini aja. Ntar kita jalan bareng," kata Tono.
".........."
"Haaahh... yang bener?," tanya Tono takjub.
".........."
"Anjrit!. Kagak bisa!. Gue juga mesti dapet!. Enak aja, lu doang yang bisa," ujar Tono.
".........."
"Kagak bisa!. Lu blom menang, bro... perjanjiannya, kan... kalo dalam waktu 1x24 jam gue nggak dapet barang yang sama, baru dihitung kalah," kata Tono membantah.
".........."
"Iyaa... iyaa... liat aja nanti. Biar gimana juga caranya, gue pasti dapet. Liat aja besok, gue bakal liatin BB nya ama lu," ujar Tono berapi-api. (BB: Barang Bukti —pen)
".........."
"Okeeee... met hepi-hepi aja, bro," kata Tono sambil memutuskan pembicaraan via hapenya.
"Itu tadi dari siapa, bang?, tanya Tini penasaran.
"Dari Juned," jawab Tono singkat sementara jarinya sibuk menyentuh-nyentuh layar hape Samsung Galaxy S7 Edge nya (sekali lagi, beli cash dan nggak pake inden).
Bibir Tono yang memang sudah lebar menyunggingkan senyum yang semakin lebaaarrr... saat layar hapenya menampilkan sebuah aplikasi yang sedang dalam proses loading. Beberapa detk kemudian dari loudspeaker hape Tono terdengar nada pembuka tanda sebuah aplikasi telah ready on. Dan aplikasi itu adalah....
(Jangan malu-malu, silahkan klik halaman selanjutnya — pen)
Karena ini pepatah dari nagri bule, tentu mesti bin harus ditranslate dulu.
Naaaahh. menurut titah dari Kangmas Raden Tumenggung Kyai Google Translate Joyoroyo (yang mutu terjemahannya kadang lebih mirip bahasa alien), Love is blind itu berarti: Cinta itu buta (Ups!, kali ini si Kangmas Raden lagi waras rupanya).
Ini bukanlah berarti bahwa si Cinta menderita penyakit Katarak level akut, lho... makanya jadi buta begitu (kalau iya, kasihan dunks, si Rangga).
Cinta itu buta adalah sejenis bahasa metafora yang dengan cerdas menggambarkan terkadang betapa tidak masuk akalnya alasan-alasan yang mendasari seseorang jatuh cinta.
Ada juga istilah lainnya yang juga dengan tepat menggambarkan absurdnya Cinta. Itu adalah seperti yang dinyanyikan oleh biduan remaje dari negeri jiran, Aghnez Nakberkahwin dalam lagunya "Tak Ade Logik".
Blind and Out of Logic. Itulah Cinta.
Dan itu jualah yang dilakoni oleh tokoh utama kita kali ini. Tono dan Tini.
Sebenarnya saya ingin mencari nama yang lebih bagus untuk tokoh utama dalam cerpen ini. Tapi berhubung draft Cerpen ini dibuat waktu tanggal tua dimana kuota internet tinggal sisa-sisa, maka saya tidak bisa browsing artikel tentang "Nama-nama Cantik untuk Bayi Anda dan Artinya". Oleh karenanya saya pakai saja nama-nama yang terlintas di benak saya saat itu. Kebetulan nama yang langsung terlintas adalah nama Tono dan Tini. Harap maklum. — pen
Tono adalah anak orang kaya. Bapaknya pejabat merangkap pengusaha. Ibunya ketua pekaka. Rumahnya bak istana. Mobilnya ada lima. Pembantunya juga lima. Rekening Banknya berjuta-juta. Kemana-mana pakai Kawasaki Ninja. Namun sayang disayang, muka dan body nya mirip gorila.
Tapi Gorila yang kaya raya.
Sedangkan Tini berasal dari keluarga sederhana. Bapaknya guru esemka. Ibunya i-er-te biasa. Rumahnya masih sewa. Saudaranya ada lima. Motornya ada dua. Dan paling nggak suka dibilang keluarga du'afa (yaa, iyalaahh... du'afa kok, punya motor dua?).
Meskipun berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Tini punya modal cetar membahana!.
Wajah cantik dan body semlohay.
Raisa sama Raline Shah saja kalah.
Mungkin itu (mungkin juga bukan) yang membuat Tono jatuh cinta kepada Tini.
Padahal kalau dilihat-lihat baik dari depan, dari belakang, maupun dari samping, kalau Tono dan Tini lagi jalan bareng, maka orang yang menengoknya seketika teringat kepada film kartun Disney yang berjudul "Beauty and The Gorilla".
Sebagian orang terheran-heran, sebagian bingung, sebagian lagi mengurut dada dan sebagian besar langsung muntah-muntah kejang (padahal nggak minum kopi campur sianida).
Dan seperti yang telah disebut diatas (kalau lupa, nggak usah malu-malu, scroll lagi aja keatas). Harta kekayaan bisa membuat perbedaan besar. Orang Medan bilang: "Hepeng atur negara do!".
Mungkin faktor hepeng inilah (mungkin juga bukan) yang membuat Tini setuju menjadi pacar Tono.
Tapi lupakan sajalah dulu soal Ashbabun Nuzul kisah cinta Tono dan Tini. Serahkan saja urusan itu kepada Komnas HAM. Toh, mereka memang paling suka ikut campur mengurus urusan yang tidak penting diurus.
Mari kita kembali ke laaap.... top! (izin pakai quotenya, yaa... mas Tukul).
***
Suatu hari di malam minggu yang cerah, Tono dan Tini duduk berduaan di bawah pohon Kamboja dalam Komplek Pemakaman Umum Kelurahan Sukamendesah.
Mungkin ada yang merasa aneh, ini orang berdua, kok bisa-bisanya kencan di kuburan?, di bawah pohon Kamboja lagi?. Apa nggak ada tempat lain?.
Jangan su'udzon dulu... jangan piktor dulu... jangan bertingkah macam gerombolan kadal gurun yang suka merasa paling suci... merasa paling benar... merasa paling berhak menghakimi... semua ada penjelasannya n' sebenarnya simpel saja, kok...
Begini ceritanya:
Tadinya Tono dan Tini pacaran di Taman Kota. Itu adalah sebuah lokasi yang kalau siang dijadikan tempat kongkow-kongkow warga karena tempatnya memang nyaman dan sejuk sebab banyaknya pohon-pohon rimbun menaungi. Pagi dan sore hari Taman Kota itu diramaikan oleh aktivitas warga seperti lari mengelilingi taman, senam aerobik, jalan-jalan santai atau hanya sekedar duduk-duduk di bawah pepohonanan sambil menyaksikan keriangan anak-anak yang bermain-main di rerumputan.
Tapi begitu malam hari tiba, Taman Kota itu berubah menjadi tempat kencan favorit anak-anak muda karena suasana tempatnya yang remang-remang. Bukannya nggak ada lampu penerangan, tapi bola lampunya secara misterius sering menghilang tanpa jejak. Begitu diganti, hilang lagi!. Diganti lagi, hilang lagi!. Begitu seterusnya.
Sehingga bukan hal yang aneh bila kita menyaksikan banyak pasangan kencan yang duduk di bawah pohon dan hanya kelihatan siluetnya saja. Karena gelapnya, sering ada bayangan yang dari jauh kita kira cuma satu orang, ehhh... begitu di dekati tahunya berdua!. Sering ada rumpun bunga yang suka goyang-goyang sendiri, padahal nggak ada angin. Begitu di dekati tahunya ada kucing teruk nak berkahwin!.
"Meooong... meooong," begitu kata si kucing betina sambil merapikan roknya.
Nah, seperti kebanyakan anak-anak muda umumnya, malam itu, Tono dan Tini juga pacaran disana. Duduk berduaan diatas rerumputan di pojokkan yang agak gelap. Ngobrol ngalor-ngidul, ngetan-ngulon, ngarep-ngisor, pokoknya mesra abiss!.
Satu-satunya gangguan mungkin cuma datang dari tukang rokok atau tukang teh botol atau tukang kacang goreng yang gigih menawarkan jualannya.
Sebenarnya, sehh... itu bukan gangguan yang berarti. Tapi nggak enak aja rasanya ngeliat si tukang rokok atau si tukang teh botol atau si tukang kacang goreng yang nongkrong di depan kita dan nggak mau pergi biarpun sudah kita bilang nggak mau beli jualannya. Diusir juga nggak mau pergi. Benar-benar super sekali! (Mario Teguh Mode On).
Terpaksalah kita beli juga jualannya. biar dia-dia orang cepat pergi. Tapi sialnya, harga dagangan mereka ngegetok abiss. Rokok yang di warung yang biasanya cuma 18 ribu, ditagih 25 ribu. Teh botol yang biasanya cuma 5 ribu, dibikin 10 ribu. Kacang goreng yang rasanya keasinan dan sudah lembek, diminta 5 ribu!. Benar-benar super sekali!!.
Tapi sudahlah. Ini Cerpen lagi bercerita tentang Tono dan Tini. Bukan mau cerita tentang pengalaman pribadi.
Jadi, ketika Tono dan Tini sedang mesra-mesranya kencan, tiba-tiba hape Tono yang merk nya Samsung Galaxy S7 Edge (beli cash, nggak pake inden) berbunyi.
"Hallo....," kata Tono kepada si penelepon di seberang sana.
Mohon maaf, pembaca. Berhubung Tono tidak mengaktifkan mode loudspeakernya, maka kita cuma bisa membaca pembicaraan satu arah saja. Harap maklum, yaa... — pen
".........."
"Lagi di Taman Kota," jawab Tono.
".........."
"Sama cewek gue, dunks..., Lu sendiri lagi dimana?," jawab Tono sambil balik bertanya.
".........."
"Makanya lu kesini aja. Ntar kita jalan bareng," kata Tono.
".........."
"Haaahh... yang bener?," tanya Tono takjub.
".........."
"Anjrit!. Kagak bisa!. Gue juga mesti dapet!. Enak aja, lu doang yang bisa," ujar Tono.
".........."
"Kagak bisa!. Lu blom menang, bro... perjanjiannya, kan... kalo dalam waktu 1x24 jam gue nggak dapet barang yang sama, baru dihitung kalah," kata Tono membantah.
".........."
"Iyaa... iyaa... liat aja nanti. Biar gimana juga caranya, gue pasti dapet. Liat aja besok, gue bakal liatin BB nya ama lu," ujar Tono berapi-api. (BB: Barang Bukti —pen)
".........."
"Okeeee... met hepi-hepi aja, bro," kata Tono sambil memutuskan pembicaraan via hapenya.
"Itu tadi dari siapa, bang?, tanya Tini penasaran.
Seperti Anda semua, pembaca, Tini juga tidak tahu siapa dan apa saja yang dikatakan orang yang menelepon Tono. Makanya dia bertanya begitu. No Offense. — pen
"Dari Juned," jawab Tono singkat sementara jarinya sibuk menyentuh-nyentuh layar hape Samsung Galaxy S7 Edge nya (sekali lagi, beli cash dan nggak pake inden).
Bibir Tono yang memang sudah lebar menyunggingkan senyum yang semakin lebaaarrr... saat layar hapenya menampilkan sebuah aplikasi yang sedang dalam proses loading. Beberapa detk kemudian dari loudspeaker hape Tono terdengar nada pembuka tanda sebuah aplikasi telah ready on. Dan aplikasi itu adalah....
(Jangan malu-malu, silahkan klik halaman selanjutnya — pen)
Pokémon GO !
Pokémon GO adalah sebuah game berbasis telepon pintar yang dikembangkan oleh Niantic, sebuah perusahaan sempalan milik Google, yang tersedia untuk perangkat iOS dan Android.
Versi Beta permainan ini mulai diluncurkan pada bulan Juli 2016. Game canggih ini memungkinkan pemainnya untuk menangkap, melatih maupun mempertarungkan setiap karakter Pokémon yang berhasil ditangkap di setiap tempat dalam dunia nyata.
Pemain Pokémon Go harus berjalan-jalan di lingkungan sekitar agar karakter di dalam permainan bergerak. Jenis Pokémon yang ditangkap biasanya berada di tempat-tempat sesuai dengan jenis Pokémon tersebut: misalnya, Pokémon jenis air biasanya akan ditemui di tempat-tempat yang dekat dengan air seperti di sungai, kolam, dan sebagainya. Pemain juga dapat melakukan pertarungan dengan pemain lain dan memilih tim sendiri untuk menguasai daerah tertentu.
Pemain dapat merasakan sensasi menangkap Pokémon seperti di dunia nyata dengan adanya teknologi realitas tertambah (augmented reality) yang menggunakan kamera telepon pintar, selain telepon pintar, para pemain juga harus memiliki sensor giroskop agar dapat menggunakan teknologi tersebut.
Game Pokemon Go memang dari jenis yang paling canggih saat ini. Namun, banyak juga yang berhenti berburu Pokemon karena tidak terlalu paham apa yang harus dilakukan saat bermain game ini. Sebagai panduan, ini dia 15 istilah umum di Pokemon Go yang wajib Anda ketahui.
PokeBall
PokeBall adalah sebuah bola yang digunakan untuk menangkap dan menyimpan Pokemon. Untuk menangkap satu Pokemon, biasanya kita menggunakan 1 PokeBall. Akan tetapi, bisa juga membutuhkan lebih dari 5 PokeBall apabila lemparan terus meleset atau Pokemon termasuk liar sehingga sering kabur dari PokeBall.
Pokestop
Coba tengok peta Pokemon Anda, pasti banyak tanda-tanda berwarna biru, bukan?. Itu adalah Pokestop, di mana kita bisa mendapat eggs, pokeball, revive, potion, dan lainnya.
Pokestop di dunia Pokemon di dunia nyatanya bisa berupa apapun, mulai dari mural, patung, masjid, gereja, dan area lainnya.
Apabila Pokestop berwarna biru, artinya Anda belum mengambil barang apapun dari situ. Klik Pokestop dan putarlah. Setelah mendapat barang, Pokestop akan berubah menjadi warna ungu. Artinya Anda harus menunggu 5 menit sampai bisa mengambil barang lainnya dari sana lagi.
Pokedex
Saat sedang bermain Pokemon Go, kita bisa melihat opsi Pokedex. Itu adalah opsi yang berisi daftar Pokemon Go yang sudah berhasil kita tangkap. Di sana, kita bisa mengetahui jenis Pokemon kita dan ini akan membantu untuk mengetahui kekuatan dan lawan terbaik ketika kita sedang battle di gym.
Misalnya, bahwa Doduo itu termasuk tipe Flying Pokemon. Nah, untuk tipe Flying ini, maka akan sangat baik bila digunakan untuk melawan Pokemon tipe Grass, Fighting, dan Bug.
Daftar tipe Pokemon dan kekuatannya ini perlu Anda ketahui untuk mengalahkan Pokemon lain di gym.
Gym
Ya, ada gym di game Pokemon Go ini. Perlu diketahui, game ini bukan semata tentang berburu jenis Pokemon, Justru yang paling seru adalah berupaya melawan para "penguasa" gym dan mengalahkan mereka sehingga kita menjadi pemilik atau bahkan "Lead" di gym tersebut.
Gym ini bisa kita lihat di peta Pokemon yang berbentuk tower tinggi, lebih besar dari Pokestop. Biasanya di atasnya akan berwarna biru, merah, atau kuning. Itu menunjukkan team Pokemon mana yang menguasai gym tersebut. Merah untuk tim Valor, biru untuk tim Mystic, dan kuning untuk tim Instinct.
Lure Module
Lure Module akan terlihat dari daun-daun beterbangan warna ungu. Bila Anda melihat ini di peta Pokemon, tak ada salahnya mendekat.
Pasalnya, modul ini membuat Pokemon-Pokemon berkumpul di sekitarnya dan Anda lebih berpotensi mendapatkan Pokemon selama 30 menit ke depan.
Lure module ini hanya bisa diaktifkan di Pokestop, maka tak heran apabila Pokestop biasanya dipenuhi pemain Pokemon di jam-jam tertentu. Siapapun yang memasang, Anda bisa ikut berpartisipasi di sekitarnya untuk mendapat lebih banyak Pokemon.
Incense
Ini adalah asap berwarna ungu. Fungsinya mirip Lure Module, yaitu membuat Pokemon mendekat. Bedanya Incense dengan Lure Module adalah Incense tak bisa dibagi ke banyak orang dan tak harus dilakukan di Pokestop.
Artinya, Anda bisa menyalakan item ini di manapun berada dan hanya Anda yang berpotensi mendapat Pokemon lebih banyak. Item ini juga berlangsung selama 30 menit.
CP (Combat Power)
Saat mendapakan Pokemon, Anda bisa melihat CP di atas Pokemon tersebut. Semakin besar CP, nya maka smakin besar juga kekuatannya. Saat battle di gym, angka CP ini akan sangat menentukan.
Power Up & Evolve
Untuk menambah CP Pokemon (Power Up), Anda bisa menggunakan Candy dan Stardust. Kedua benda ini bisa didapat ketika Anda menangkap Pokemon.
Namun, cara paling jitu untuk menambah Combat Power Pokemon adalah dengan berevolusi (Evolve). Untuk berevolusi Anda harus memenuhi jumlah candy yang diperlukan. Untuk menambah jumlah candy Pokemon tertentu, Anda juga bisa mentransfer dari Pokemon jenis yang sama.
Cara transfer adalah tekan salah satu Pokemon yang akan ditransfer, lalu gulir hingga ke bagian bawah, ada opsi “Transfer”. Klik dan Anda akan mendapatkan Candy.
Battle dan Train
Saat mendatangi sebuah gym, Anda bisa bertarung di sana. Apabila gym itu dimiliki oleh tim yang sama dengan Anda (dilihat dari warna biru, merah, kuning), maka otomatis Anda akan melakukan "Train".
Sebaliknya bila timnya berbeda, Anda akan melakukan battle. Pilih Pokemon terkuat dan yang jenisnya bisa mengalahkan Pokemon yang ada di gym tersebut.
Bila Anda bisa mengalahkan Pokemon yang menguasai gym hingga menurunkan angka reputasi gym itu, maka gym tersebut bisa Anda rebut.
Eggs
Dari Pokestop kita bisa mendapatkan telur. Lalu, untuk apa telur di game Pokemon Go ?. Masing-masing telur memiliki catatan berapa km di bawahnya (2 km, 5 km, 10 km). Angka itu menunjukkan sejauh apa Anda harus berjalan hingga telur tersebut menetas. Telur ini bisa didapat dari Pokestop dan bisa dimasukan inkubator untuk ditetaskan.
Namun meski jaraknya berkilo-kilo meter, bukan berarti Anda harus berjalan sekaligus, Menetaskan telur ini bisa dicicil alias dilakukan berhari-hari. Secara otomatis, jarak jalan kita akan terhitung dengan sendirinya selama aplikasi game Pokemon Go terbuka.
Pokemon Circle
Setiap Pokemon yang akan ditangkap memiliki warna lingkaran sendiri: Hijau , kuning, dan merah yang terlihat ditengah-tengah. Itu menunjukkan seberapa liar Pokemon Anda. Hijau adalah yang paling mudah ditangkap.
Razz Berry
Razz berry ini semacam makanan untuk membuat Pokemon liar menjadi lebih jinak. Jadi ketika mendapatkan Pokemon yang sulit ditangkap, beri razz berry terlebih dahulu dan dia akan lebih mudah ditangkap.
Potion & Revive
Usai Pokemon bertempur, ia akan kehabisan tenaga atau bahkan mati. Gunakan Revive untuk mengaktifkan kembali Pokemon yang mati.
Bila Revive digunakan untuk Pokemon yang mati, Potion digunakan untuk memulihkan lagi HP Pokemon usai bertarung. Sehingga, staminanya kembali penuh.
Credit to details : wikipedia, tabloidnova.com, deponsel.com, int.
Pokémon GO adalah sebuah game berbasis telepon pintar yang dikembangkan oleh Niantic, sebuah perusahaan sempalan milik Google, yang tersedia untuk perangkat iOS dan Android.
Versi Beta permainan ini mulai diluncurkan pada bulan Juli 2016. Game canggih ini memungkinkan pemainnya untuk menangkap, melatih maupun mempertarungkan setiap karakter Pokémon yang berhasil ditangkap di setiap tempat dalam dunia nyata.
Pemain Pokémon Go harus berjalan-jalan di lingkungan sekitar agar karakter di dalam permainan bergerak. Jenis Pokémon yang ditangkap biasanya berada di tempat-tempat sesuai dengan jenis Pokémon tersebut: misalnya, Pokémon jenis air biasanya akan ditemui di tempat-tempat yang dekat dengan air seperti di sungai, kolam, dan sebagainya. Pemain juga dapat melakukan pertarungan dengan pemain lain dan memilih tim sendiri untuk menguasai daerah tertentu.
Pemain dapat merasakan sensasi menangkap Pokémon seperti di dunia nyata dengan adanya teknologi realitas tertambah (augmented reality) yang menggunakan kamera telepon pintar, selain telepon pintar, para pemain juga harus memiliki sensor giroskop agar dapat menggunakan teknologi tersebut.
Game Pokemon Go memang dari jenis yang paling canggih saat ini. Namun, banyak juga yang berhenti berburu Pokemon karena tidak terlalu paham apa yang harus dilakukan saat bermain game ini. Sebagai panduan, ini dia 15 istilah umum di Pokemon Go yang wajib Anda ketahui.
PokeBall
PokeBall |
PokeBall adalah sebuah bola yang digunakan untuk menangkap dan menyimpan Pokemon. Untuk menangkap satu Pokemon, biasanya kita menggunakan 1 PokeBall. Akan tetapi, bisa juga membutuhkan lebih dari 5 PokeBall apabila lemparan terus meleset atau Pokemon termasuk liar sehingga sering kabur dari PokeBall.
Pokestop
Pokestop |
Coba tengok peta Pokemon Anda, pasti banyak tanda-tanda berwarna biru, bukan?. Itu adalah Pokestop, di mana kita bisa mendapat eggs, pokeball, revive, potion, dan lainnya.
Pokestop di dunia Pokemon di dunia nyatanya bisa berupa apapun, mulai dari mural, patung, masjid, gereja, dan area lainnya.
Apabila Pokestop berwarna biru, artinya Anda belum mengambil barang apapun dari situ. Klik Pokestop dan putarlah. Setelah mendapat barang, Pokestop akan berubah menjadi warna ungu. Artinya Anda harus menunggu 5 menit sampai bisa mengambil barang lainnya dari sana lagi.
Pokedex
Pokedex |
Saat sedang bermain Pokemon Go, kita bisa melihat opsi Pokedex. Itu adalah opsi yang berisi daftar Pokemon Go yang sudah berhasil kita tangkap. Di sana, kita bisa mengetahui jenis Pokemon kita dan ini akan membantu untuk mengetahui kekuatan dan lawan terbaik ketika kita sedang battle di gym.
Misalnya, bahwa Doduo itu termasuk tipe Flying Pokemon. Nah, untuk tipe Flying ini, maka akan sangat baik bila digunakan untuk melawan Pokemon tipe Grass, Fighting, dan Bug.
Daftar tipe Pokemon dan kekuatannya ini perlu Anda ketahui untuk mengalahkan Pokemon lain di gym.
Gym
Gym |
Ya, ada gym di game Pokemon Go ini. Perlu diketahui, game ini bukan semata tentang berburu jenis Pokemon, Justru yang paling seru adalah berupaya melawan para "penguasa" gym dan mengalahkan mereka sehingga kita menjadi pemilik atau bahkan "Lead" di gym tersebut.
Gym ini bisa kita lihat di peta Pokemon yang berbentuk tower tinggi, lebih besar dari Pokestop. Biasanya di atasnya akan berwarna biru, merah, atau kuning. Itu menunjukkan team Pokemon mana yang menguasai gym tersebut. Merah untuk tim Valor, biru untuk tim Mystic, dan kuning untuk tim Instinct.
Lure Module
Lure Module |
Lure Module akan terlihat dari daun-daun beterbangan warna ungu. Bila Anda melihat ini di peta Pokemon, tak ada salahnya mendekat.
Pasalnya, modul ini membuat Pokemon-Pokemon berkumpul di sekitarnya dan Anda lebih berpotensi mendapatkan Pokemon selama 30 menit ke depan.
Lure module ini hanya bisa diaktifkan di Pokestop, maka tak heran apabila Pokestop biasanya dipenuhi pemain Pokemon di jam-jam tertentu. Siapapun yang memasang, Anda bisa ikut berpartisipasi di sekitarnya untuk mendapat lebih banyak Pokemon.
Incense
Incence |
Ini adalah asap berwarna ungu. Fungsinya mirip Lure Module, yaitu membuat Pokemon mendekat. Bedanya Incense dengan Lure Module adalah Incense tak bisa dibagi ke banyak orang dan tak harus dilakukan di Pokestop.
Artinya, Anda bisa menyalakan item ini di manapun berada dan hanya Anda yang berpotensi mendapat Pokemon lebih banyak. Item ini juga berlangsung selama 30 menit.
CP (Combat Power)
Combat Power |
Saat mendapakan Pokemon, Anda bisa melihat CP di atas Pokemon tersebut. Semakin besar CP, nya maka smakin besar juga kekuatannya. Saat battle di gym, angka CP ini akan sangat menentukan.
Power Up & Evolve
Power Up and Evolve |
Untuk menambah CP Pokemon (Power Up), Anda bisa menggunakan Candy dan Stardust. Kedua benda ini bisa didapat ketika Anda menangkap Pokemon.
Namun, cara paling jitu untuk menambah Combat Power Pokemon adalah dengan berevolusi (Evolve). Untuk berevolusi Anda harus memenuhi jumlah candy yang diperlukan. Untuk menambah jumlah candy Pokemon tertentu, Anda juga bisa mentransfer dari Pokemon jenis yang sama.
Cara transfer adalah tekan salah satu Pokemon yang akan ditransfer, lalu gulir hingga ke bagian bawah, ada opsi “Transfer”. Klik dan Anda akan mendapatkan Candy.
Battle dan Train
Battle and Train |
Saat mendatangi sebuah gym, Anda bisa bertarung di sana. Apabila gym itu dimiliki oleh tim yang sama dengan Anda (dilihat dari warna biru, merah, kuning), maka otomatis Anda akan melakukan "Train".
Sebaliknya bila timnya berbeda, Anda akan melakukan battle. Pilih Pokemon terkuat dan yang jenisnya bisa mengalahkan Pokemon yang ada di gym tersebut.
Bila Anda bisa mengalahkan Pokemon yang menguasai gym hingga menurunkan angka reputasi gym itu, maka gym tersebut bisa Anda rebut.
Eggs
Eggs |
Dari Pokestop kita bisa mendapatkan telur. Lalu, untuk apa telur di game Pokemon Go ?. Masing-masing telur memiliki catatan berapa km di bawahnya (2 km, 5 km, 10 km). Angka itu menunjukkan sejauh apa Anda harus berjalan hingga telur tersebut menetas. Telur ini bisa didapat dari Pokestop dan bisa dimasukan inkubator untuk ditetaskan.
Namun meski jaraknya berkilo-kilo meter, bukan berarti Anda harus berjalan sekaligus, Menetaskan telur ini bisa dicicil alias dilakukan berhari-hari. Secara otomatis, jarak jalan kita akan terhitung dengan sendirinya selama aplikasi game Pokemon Go terbuka.
Pokemon Circle
Pokemon Circle |
Setiap Pokemon yang akan ditangkap memiliki warna lingkaran sendiri: Hijau , kuning, dan merah yang terlihat ditengah-tengah. Itu menunjukkan seberapa liar Pokemon Anda. Hijau adalah yang paling mudah ditangkap.
Razz Berry
Razz Berry |
Razz berry ini semacam makanan untuk membuat Pokemon liar menjadi lebih jinak. Jadi ketika mendapatkan Pokemon yang sulit ditangkap, beri razz berry terlebih dahulu dan dia akan lebih mudah ditangkap.
Potion & Revive
Potion and Revolve |
Usai Pokemon bertempur, ia akan kehabisan tenaga atau bahkan mati. Gunakan Revive untuk mengaktifkan kembali Pokemon yang mati.
Bila Revive digunakan untuk Pokemon yang mati, Potion digunakan untuk memulihkan lagi HP Pokemon usai bertarung. Sehingga, staminanya kembali penuh.
Credit to details : wikipedia, tabloidnova.com, deponsel.com, int.
***
"Tadi itu dari si Juned," kata Tono menjelaskan. Matanya terpaku ke layar hape yang sedang loading lokasi dia saat itu.
"Kita berdua taruhan siapapun yang paling duluan menangkap Pikachu, maka lawannya dalam waktu 1x24 jam harus dapat Pikachu juga atau yang selevel."
"Kalau nggak, maka dia kalah. Yang kalah harus nraktir yang menang sepuas-puasnya. Yang menang juga boleh ngajak teman."
"Abang tahu lagak si Juned itu. Bisa-bisa dia bawa orang satu kampung buat di traktir. Bisa bangkrut awak. Makanya sekarang, biar gimanapun caranya abang mesti bisa nangkap Pikachu juga!," jelas Tono panjang lebar.
"Pikachu itu siapa, bang?, Teman abang?, Cowok apa cewek?. Trus, apa salah dia sampai mesti ditangkap segala?," tanya Tini lugu (Oneng Mode On !!).
Tono menoleh memandang kearah Tini dengan perasaan pedih. Jiwanya merintih mendengar pertanyaan kekasihnya itu. "Duuuhh, Tuhan.. apa salah dan dosaku?, sampai-sampai punya cewek cantik tapi, kok... Oneng begini?," ujarnya dalam hati.
"Pikachu itu nama monster yang paling terkenal dan paling dicari dalam game yang lagi abang mainin ini. Monster ini juga yang paling susah ditangkap," kata Tono mencoba menjelaskan dengan sabar.
"Monster?. Abang punya teman monster?. Ihhhh... serem banget!," kata Tini, masih dalam Oneng Mode On.
"Adooohhh!!. Tapeee, dehhh...," kata Tono sambil nepok jidat.
Tadinya dia ingin menjelaskan panjang lebar tentang game terkenal yang sedang menjadi trend dan tengah dimainkannya saat ini, tapi perhatiannya teralih saat layar hape menunjukkan tanda ada seekor Poke Monster berada di dekatnya. Dia segera mengarahkan kamera hapenya kearah yang ditujukkan game itu. Matanya tertumbuk pada sebuah bangunan kecil empat pintu yang pada dindingnya tertulis:
Di teras WC Umum yang tergambar pada layar hapenya, tampaklah animasi monster berbentuk seekor kura-kura imut berkuit biru. Dia memperlihatkan gambar monster itu kepada Tini.
"Ini Squirtle. Monster air. Pantas saja ada di WC Umum. Sebenarnya abang sudah punya banyak monster jenis ini. Tapi lumayanlah, buat nambah-nambah koleksi," terang Tono kepada Tini sambil melemparkan PokeBall ke arah si monster.
Beberapa detik kemudian si monter biru itupun berubah jadi cahaya menyilaukan dan menghilang, terperangkap dalam PokeBall.
Tono lalu menyentuh-nyentuh layar hapenya. Selanjutnya dia memperlihatkan kepada Tini animasi Pokemon berbentuk seekor kelinci imut berwarna kuning cerah.
"Ini yang namanya Pikachu. Ini monster yang katanya ditangkap Juned tadi dan sekarang abang juga harus nangkap monster ini, biar skornya seri," ujar Tono.
"Ooo... ini yang namanya Pikachu. Adek kira itu nama selingkuhan abang," kata Tini masih dalam Oneng Mode On yang belum selesai-selesai.
Tono melotot dan berkata menirukan quote terkenal yang diucapkan olen Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok:
"Selingkuhan?. Selingkuhan nenek lu!."
Dibentak begitu, Tini jadi manyun. Bibirnya maju 15 senti yang membuat Tono ingin menamparnya (pakai bibir juga, dunks... masak pakai kayu gelondongan ?).
"Adek, kan... cu... cuma... na... nanya, hiks... bu... bukan... mau... nu... nuduh... hiks..., ko... kok... malah di... di... ben... bentak, hiks...." kata Tini sambil mulai terisak.
Khawatir pacarnya jadi lebay trus nangis Bombay, Tono segera menenangkan Tini.
"Nggak... nggak, abang nggak lagi bentak adek, kok... Tapi lagi niru omongannya Ahok, keren, kan?!," kata Tono.
"Ahok?. Siapa itu?. Nama monster juga?," tanya Tini sambil menghapus sisa air matanya.
Tono tersenyum kecut. "Dooohh... kok, jadi salah faham gini?," pikirnya.
"Ahok itu nama panggilan Gubernur DKI Jakarta yang sekarang menjabat. Dia itu Gubernur Jakarta paling keren yang pernah ada, selain pak Ali Sadikin en Jokowi, pastinya. Iya, dia itu monster. Dia monster buat orang-orang yang nggak benar. Dia juga galak, tapi galaknya sama PNS yang malas dan suka pungli, misalnya atau sama begal-begal APBD di gedung Dewan atau sama penduduk yang suka nyerobot tanah negara atau...."
Tono terdiam saat melihat raut wajah Tini yang memandangnya dengan tatapan mata kosong ketika dia mencoba meluruskan kesalah fahaman tentang sosok Gubernur DKI Jakarta yang fenomenal itu.
"Kita pergi dari sini, yukk... kayaknya disini nggak ada Pokemon lagi," kata Tono sembari bangkit dari tempat duduknya. Matanya terfokus pada layar hape. namun tampaknya tidak ada satupun tanda-tanda adanya kehadiran Pokemon lain selain Squirtle yang sudah ditangkapnya tadi.
Merekapun beranjak menuju tempat parkir kendaraan bermotor dimana motor Kawasaki Ninja milik Tono terparkir. Setelah membayar ongkos parkir kepada tukang parkir liar yang berjaga disana, Tono menyerahkan hapenya kepada Tini dan berkata:
"Ini hape abang adek pegang. Sementara kita jalan, lihat ke layarnya, trus kalau ada tanda-tanda ada monsternya, kasih tahu abang. Ngerti, kan?."
Tini mengangguk dan mulai memfokuskan perhatiannya ke layar hape Tono.
Maka dimulailah perburuan Pokemon malam itu, menggantikan acara kencan di Taman Kota dengan Tono sebagai pemburu dan Tini sebagai navigatornya.
Namun seperti yang sering terjadi dalam kehidupan ini dimana teori tidak sama hasilnya dengan praktek. Hal itulah yang dialami oleh Tono dan Tini dalam perburuan mereka. Dengan lebih dari 150 jenis Pokemon yang bisa diburu dan ditangkap, secara teori seharusnya Tono dan Tini mudah saja mendapatkannya. Tapi pada prakteknya justru meleset jauh.
Setelah satu jam lebih berputar-putar menelusuri jalan, mereka hanya berhasil menangkap satu Pokemon type Bug yang bernama Caterpie. Pokemon berbentuk ulat berwarna kehijauan ini bukanlah favorit para Trainer karena daya tempurnya yang rendah. Selebihnya mereka hanya menemui beberapa Pokestop.
Tono mulai merasa gelisah karena malam semakin larut namun belum juga menemukan Pikachu atau Pokemon yang selevel dengannya. Ia juga mulai merasa lelah membawa motor Kawasaki Ninjanya yang berat itu berjalan perlahan-lahan, ditambah beban Tini yang membonceng dibelakang. Sementara mata Tini juga mulai berkunang-kunang karena dari tadi terus-terusan memelototi layar hape Tono.
Dalam suasana yang nyaris membuat putus asa itu, tiba-tiba Tini berteriak memberi tahu Tono bahwa ada seekor Pokemon yang muncul di layar hape. Tono segera menghentikan motornya dan melihat Pokemon jenis apa yang kali ini mereka temukan. Senyumnya merekah lebar dan raut kelegaan terpancar dari wajahnya ketika ia mengenali Pokemon apa yang tergambar di layar hapenya itu.
"Asyik!. Hebat, dek!!.Kita nggak jadi kalah!. Hahahahaha..." seru Tono sambil tertawa gembira.
"Memangnya ini monster apa, bang?," tanya Tini.
"Pokemon ini namanya 'Mew'. Ini monster type Psychic. Dia Pokemon yang paling dicari-cari karena kemampuan sihirnya yang hebat, kayak yang di Harry Potter itu, loh...," ujar Tono menjelaskan tentang Pokemon cute berbentuk seekor kucing berwarna pink kepada Tini.
"Trus, kalau abang dapat yang ini, abang nggak jadi kalah sama bang Juned?," tanya Tini.
"Iyaa, nggak jadi kalah. Sebab Pokemon Mew ini selevel sama Pikachu. Perjanjiannya begitu, siapa yang dapat Pikachu, maka lawannya mesti dapat Pikachu juga atau Pokemon yang selevel," jelas Tono.
Tono kemudian mengarahkan kamera hapenya ke tempat dimana kata Tini dia melihat Pokemon itu. Dan matanya tertumbuk pada sebuah bangunan perkantoran megah tiga tingkat yang diatas beranda depannya terpampang sebuah Billboard bertuliskan:
Memandang ke teras kantor Bank itu, Tono melihat si 'Mew' duduk manis seakan menantang Tono untuk menangkapnya. Segera saja Tono melempar PokeBall kearah sang monster. Namun sialnya, si Mew dengan lincah menghindari lemparan PokeBall. Matanya berkedip-kedip seakan mentertawakan usaha Tono untuk menangkapnya.
Tiga kali melempar Pokeball dan gagal, Tono jadi penasaran. Ia menduga kegagalan itu disebabkan jaraknya dengan Pokemon cute itu terlalu jauh. Oleh karenanya ia pun beranjak untuk mendekati Mew. Namun sayang, ketika hendak memasuki halaman Bank, ia lihat pagar gedung itu terkunci.
Bak seorang pencuri yang berniat membongkar rumah korbannya, Tono celingak-celinguk memperhatikan keadaan sekitar. Dilihatnya pos Sekuriti dalam keadaan kosong, hanya ada sebuah televisi dalam keadaan menyala, sedangkan Sekuritinya tidak ada seorangpun yang menampakkan batang hidungnya.
Ketika Tono hendak memanjat pagar halaman Bank, Tini menahannya.
"Bang, jangan, bang... jangan manjat pagar. Nanti ditangkap Satpam," ujar Tini cemas.
"Sudaah, jangan khawatir. Baru juga Satpam, siapa takut!," balas Tono sambil melompat ke balik pagar.
Dengan cepat ia mendekati teras Bank dan melempar Pokeball kearah sang Pokemon penyihir. Pokeball itupun berputar-putar diatas Mew dan detik berikutnya terpancar cahaya meyilaukan dan ia pun lenyap, menghilang kedalam Pokeball.
Mulut Tono yang memang sudah lebar itu melepaskan tawa yang teramat lebaaaarr menyelamati atas keberhasilannya menangkap Pokemon terkenal yang paling dicari-cari oleh Pokemon Trainer setelah Pikachu dan monster terkuat lainnya yang bernama Dragonite, Pokemon type Naga yang memiliki daya tempur super.
Tapi baru saja ia berbalik hendak melompat keluar dari halaman Bank, tiba-tiba dari arah belakangnya terdengar suara bentakan keras.
"Hei!!. Siapa kamu?!. Kenapa masuk-masuk kesini, haahh..?!."
Tono berbalik dan tampaklah seorang Sekuriti bertampang galak sedang berjalan ke arahnya dengan roman murka. Begitu tiba di hadapannya, Sekuriti itu bertanya kembali dengan suara keras sambil berkacak pinggang,
"Siapa kamu?!. Ngapain masuk-masuk kesini...?!. Apa tidak lihat pagar dikunci...?!. Kamu mau rampok, yaa...?!. Kamu mau maling, yaa...?!," berondong Sekuriti bertampang galak itu.
"Bapak nggak perlu tahu siapa saya," jawab Tono dengan dingin. "Saya masuk kesini cuma mau menangkap Pokemon," lanjutnya. Matanya melirik keluar pagar kearah Tini yang memandangnya dengan rupa ketakutan.
"Mau nangkap Pokemon?. Siapa itu Pokemon?. Pasti anggota gerombolan kamu, yaa...?!. Ayo ikut ke pos!!," sergah Sekuriti yang dari bet namanya tertulis "Agus Prihatin".
"Ngapain ke pos?. Malas!. Saya mau pulang," jawab Tono enteng.
"Mau pulang!!. Enak saja!!. Nggak ada pulang-pulang!!. Kamu harus dinterogasi dulu!!. Kalau perlu panggil Polisi!!," kata Sekuriti itu semakin galak.
"Ada apa, gus?. Kok, ribut-ribut?. Suaramu itu sampai ke seberang jalan, lho...," tegur sebuah suara lainnya yang datang memasuki pagar yang kini sudah tidak terkunci.
Sekuriti bernama Agus Prihatin itu berbalik dan langsung mengambil sikap siaga terhadap orang yang baru datang itu.
"Siap, dan!!. Lapor!. Saya baru saja menangkap orang yang menerobos pagar halaman kita!," kata Agus Prihatin melapor.
Sekuriti yang baru datang dan ternyata adalah komandan dari Agus Prihatin, melihat kearah Tono dan setelah itu malah tertawa terkekeh.
"Hohohoho... ini, tho... orang yang kamu tangkap, gus?," ujar sang komandan.
"Ada apa mas Tono?. kok, masuk nggak bilang-bilang?. Kalau mas ngomong sama Sekuriti atau mas telepon saya, pasti ta' bukakan," katanya kepada Tono.
"Maaf, pak. tadi saya mau permisi tapi di pos nggak ada orangnya," jawab Tono.
"Nggak ada orang?!," ujar sang komandan terkejut. Ia lalu menoleh kearah Agus yang seketika berubah pucat. "Hmmm... ini harus dimasukkan ke dalam Buku Jurnal besok pagi, faham, gus?," perimtah sang komandan kepada Agus dengan nada suara mengandung kekesalan.
"Siap, dan!. Dilaksanakan!!," jawab Agus dengan wajah semakin pucat.
"Tadi saya dengar mas Tono nyebut-nyebut Pokemon. Memangnya mas lagi berburu Pokemon, yaa?," tanya sang komandan.
"Benar, pak," jawab Tono.
"Trus, disini ada Pokemonnya?."
"Ada, pak."
"Pokemon apa?."
"Mew, pak. Pokemon type Psychyc."
"Ck... ck... ck... mujur sekali nasib, mas Tono. Sekalinya berburu kemari langsung dapat Mew. Saya saja yang hampir tiap hari piket disini nggak tahu ada dia," kata sang komandan berdecak kagum.
Selanjutnya sang komandan mengeluarkan hapenya dan setelah layarnya dielus sana-dielus sini, dia menunjukkannya kepada Tono.
"Lihat ini, mas... Pokedex saya, baru bisa ngumpulin Pokemon yang biasa-biasa saja. Nggak ada yang kelas super macam Pikachu, Mew, Dragonite, Charmander atau MewTwo."
"Kalau mau dapat Pokemon yang hebat, kelas super... yaa, mesti rajin berburu, pak," ujar Tono.
"Saya mana ada waktu khusus untuk berburu Pokemon, mas...," kata sang komandan masygul. "Ohh, yaa... itu siapa, mas?," tanyanya sambil melihat ke arah Tini yang masih berdiri di balik pagar.
"Oh, itu pacar saya, pak," jawab Tono.
"Gus, coba kamu buka pagar biar mbak yang di luar itu bisa masuk," perintah sang komandan kepada Agus Prihatin.
"Siap, dan!," jawab Agus dan ia segera membuka pintu pagar lebar-lebar.
Tini pun masuk ke halaman Bank dan bergabung dengan Tono.
"Siapa nama pacarnya, mas?," tanya sang komandan kepada Tono. Matanya tampak agak membelalak melihat penampakan Tini. Di sebelahnya Agus Prihatin diam-diam menelan ludah.
"Tini, pak," jawab Tono. Sementara Tini mengangguk sopan.
"Hahahahaha... cocok sekali nama mas sama mbak. Tono dan Tini, Benar-benar matching. Pintar sekali pengarang Cerpen ini mencari nama," kata sang komandan memuji Tono dan Tini dan juga tidak lupa sekalian memuji pengarang Cerpen ini.
Setelah berbincang-bincang beberapa saat lamanya dengan sang komandan tentang tips dan trik berburu Pokemon, Tono dan Tini pun berpamitan hendak pulang.
Sepeninggal Tono dan Tini, Agus Prihatin bertanya kepada komandannya.
"Itu tadi siapa, dan?. Bapak, kok... hormat sekali sama dia?."
"Ini pelajaran buat kamu, gus...," ujar sang komandan menasehati. "Kamu jangan asal saja memandang remeh orang. Mentang-mentang badan kamu besar, suara kamu keras. Tampang kamu seram. Kerja kamu Sekuriti Bank. Tapi apa itu Pokemon saja nggak tahu. Beuuhhh...!."
"Itu tadi Tono. Dia dan keluarganya nasabah VVIP di Bank kita. Bapaknya teman main golf pak Direktur. Mudahan-mudahan urusan kamu bentak-bentak dia tadi nggak jadi panjang. Sebab kalau tidak, siap-siap saja kamu harus nyari kerja di tempat lain," lanjut sang komandan.
Untuk kedua kalinya malam itu, Agus kembali menelan ludah, tapi kali ini ludahnya terasa pahit.
"Tapi nggak nyangka, yaa... pintar juga si Tono itu nyari pacar. Atau ini cuma pintar-pintarnya pengarang Cerpen ini saja mengatur plot," komentar sang komandan.
"Tapi, dan... Kalau melihat mereka jalan bareng tadi, kok... saya jadi seperti melihat Gorila jalan di samping artis Dangdut Goyang Dumang," kata Agus.
Sang komandan menoleh kearah Agus Prihatin dan berkata sambil terkekeh-kekeh, "Hehehehehe... sama, gus. Saya juga melihatnya begitu. Memanglah pengarang Cerpen ini. Hehehehehe..."
"Sebenarnya masalahnya cuma duit saja, gus..." lanjut sang komandan. "Kalau kamu banyak duit, maka apa saja bisa kamu dapatkan. Harta, Tahta, Wanita. Kalau kamu banyak duit, cewek secantik dan segeboy apapun bisa kamu dapatkan. Biarpun penampilan kamu mirip Gorila. Seperti kata orang Medan punya: Hepeng atur negara, do!."
"Kita berdua taruhan siapapun yang paling duluan menangkap Pikachu, maka lawannya dalam waktu 1x24 jam harus dapat Pikachu juga atau yang selevel."
"Kalau nggak, maka dia kalah. Yang kalah harus nraktir yang menang sepuas-puasnya. Yang menang juga boleh ngajak teman."
"Abang tahu lagak si Juned itu. Bisa-bisa dia bawa orang satu kampung buat di traktir. Bisa bangkrut awak. Makanya sekarang, biar gimanapun caranya abang mesti bisa nangkap Pikachu juga!," jelas Tono panjang lebar.
"Pikachu itu siapa, bang?, Teman abang?, Cowok apa cewek?. Trus, apa salah dia sampai mesti ditangkap segala?," tanya Tini lugu (Oneng Mode On !!).
Tono menoleh memandang kearah Tini dengan perasaan pedih. Jiwanya merintih mendengar pertanyaan kekasihnya itu. "Duuuhh, Tuhan.. apa salah dan dosaku?, sampai-sampai punya cewek cantik tapi, kok... Oneng begini?," ujarnya dalam hati.
"Pikachu itu nama monster yang paling terkenal dan paling dicari dalam game yang lagi abang mainin ini. Monster ini juga yang paling susah ditangkap," kata Tono mencoba menjelaskan dengan sabar.
"Monster?. Abang punya teman monster?. Ihhhh... serem banget!," kata Tini, masih dalam Oneng Mode On.
"Adooohhh!!. Tapeee, dehhh...," kata Tono sambil nepok jidat.
Tadinya dia ingin menjelaskan panjang lebar tentang game terkenal yang sedang menjadi trend dan tengah dimainkannya saat ini, tapi perhatiannya teralih saat layar hape menunjukkan tanda ada seekor Poke Monster berada di dekatnya. Dia segera mengarahkan kamera hapenya kearah yang ditujukkan game itu. Matanya tertumbuk pada sebuah bangunan kecil empat pintu yang pada dindingnya tertulis:
Di teras WC Umum yang tergambar pada layar hapenya, tampaklah animasi monster berbentuk seekor kura-kura imut berkuit biru. Dia memperlihatkan gambar monster itu kepada Tini.
"Ini Squirtle. Monster air. Pantas saja ada di WC Umum. Sebenarnya abang sudah punya banyak monster jenis ini. Tapi lumayanlah, buat nambah-nambah koleksi," terang Tono kepada Tini sambil melemparkan PokeBall ke arah si monster.
Beberapa detik kemudian si monter biru itupun berubah jadi cahaya menyilaukan dan menghilang, terperangkap dalam PokeBall.
Tono lalu menyentuh-nyentuh layar hapenya. Selanjutnya dia memperlihatkan kepada Tini animasi Pokemon berbentuk seekor kelinci imut berwarna kuning cerah.
"Ini yang namanya Pikachu. Ini monster yang katanya ditangkap Juned tadi dan sekarang abang juga harus nangkap monster ini, biar skornya seri," ujar Tono.
"Ooo... ini yang namanya Pikachu. Adek kira itu nama selingkuhan abang," kata Tini masih dalam Oneng Mode On yang belum selesai-selesai.
Tono melotot dan berkata menirukan quote terkenal yang diucapkan olen Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok:
"Selingkuhan?. Selingkuhan nenek lu!."
Dibentak begitu, Tini jadi manyun. Bibirnya maju 15 senti yang membuat Tono ingin menamparnya (pakai bibir juga, dunks... masak pakai kayu gelondongan ?).
"Adek, kan... cu... cuma... na... nanya, hiks... bu... bukan... mau... nu... nuduh... hiks..., ko... kok... malah di... di... ben... bentak, hiks...." kata Tini sambil mulai terisak.
Khawatir pacarnya jadi lebay trus nangis Bombay, Tono segera menenangkan Tini.
"Nggak... nggak, abang nggak lagi bentak adek, kok... Tapi lagi niru omongannya Ahok, keren, kan?!," kata Tono.
"Ahok?. Siapa itu?. Nama monster juga?," tanya Tini sambil menghapus sisa air matanya.
Tono tersenyum kecut. "Dooohh... kok, jadi salah faham gini?," pikirnya.
"Ahok itu nama panggilan Gubernur DKI Jakarta yang sekarang menjabat. Dia itu Gubernur Jakarta paling keren yang pernah ada, selain pak Ali Sadikin en Jokowi, pastinya. Iya, dia itu monster. Dia monster buat orang-orang yang nggak benar. Dia juga galak, tapi galaknya sama PNS yang malas dan suka pungli, misalnya atau sama begal-begal APBD di gedung Dewan atau sama penduduk yang suka nyerobot tanah negara atau...."
Tono terdiam saat melihat raut wajah Tini yang memandangnya dengan tatapan mata kosong ketika dia mencoba meluruskan kesalah fahaman tentang sosok Gubernur DKI Jakarta yang fenomenal itu.
"Kita pergi dari sini, yukk... kayaknya disini nggak ada Pokemon lagi," kata Tono sembari bangkit dari tempat duduknya. Matanya terfokus pada layar hape. namun tampaknya tidak ada satupun tanda-tanda adanya kehadiran Pokemon lain selain Squirtle yang sudah ditangkapnya tadi.
Merekapun beranjak menuju tempat parkir kendaraan bermotor dimana motor Kawasaki Ninja milik Tono terparkir. Setelah membayar ongkos parkir kepada tukang parkir liar yang berjaga disana, Tono menyerahkan hapenya kepada Tini dan berkata:
"Ini hape abang adek pegang. Sementara kita jalan, lihat ke layarnya, trus kalau ada tanda-tanda ada monsternya, kasih tahu abang. Ngerti, kan?."
Tini mengangguk dan mulai memfokuskan perhatiannya ke layar hape Tono.
***
Maka dimulailah perburuan Pokemon malam itu, menggantikan acara kencan di Taman Kota dengan Tono sebagai pemburu dan Tini sebagai navigatornya.
Namun seperti yang sering terjadi dalam kehidupan ini dimana teori tidak sama hasilnya dengan praktek. Hal itulah yang dialami oleh Tono dan Tini dalam perburuan mereka. Dengan lebih dari 150 jenis Pokemon yang bisa diburu dan ditangkap, secara teori seharusnya Tono dan Tini mudah saja mendapatkannya. Tapi pada prakteknya justru meleset jauh.
Setelah satu jam lebih berputar-putar menelusuri jalan, mereka hanya berhasil menangkap satu Pokemon type Bug yang bernama Caterpie. Pokemon berbentuk ulat berwarna kehijauan ini bukanlah favorit para Trainer karena daya tempurnya yang rendah. Selebihnya mereka hanya menemui beberapa Pokestop.
Tono mulai merasa gelisah karena malam semakin larut namun belum juga menemukan Pikachu atau Pokemon yang selevel dengannya. Ia juga mulai merasa lelah membawa motor Kawasaki Ninjanya yang berat itu berjalan perlahan-lahan, ditambah beban Tini yang membonceng dibelakang. Sementara mata Tini juga mulai berkunang-kunang karena dari tadi terus-terusan memelototi layar hape Tono.
Dalam suasana yang nyaris membuat putus asa itu, tiba-tiba Tini berteriak memberi tahu Tono bahwa ada seekor Pokemon yang muncul di layar hape. Tono segera menghentikan motornya dan melihat Pokemon jenis apa yang kali ini mereka temukan. Senyumnya merekah lebar dan raut kelegaan terpancar dari wajahnya ketika ia mengenali Pokemon apa yang tergambar di layar hapenya itu.
"Asyik!. Hebat, dek!!.Kita nggak jadi kalah!. Hahahahaha..." seru Tono sambil tertawa gembira.
"Memangnya ini monster apa, bang?," tanya Tini.
"Pokemon ini namanya 'Mew'. Ini monster type Psychic. Dia Pokemon yang paling dicari-cari karena kemampuan sihirnya yang hebat, kayak yang di Harry Potter itu, loh...," ujar Tono menjelaskan tentang Pokemon cute berbentuk seekor kucing berwarna pink kepada Tini.
"Trus, kalau abang dapat yang ini, abang nggak jadi kalah sama bang Juned?," tanya Tini.
"Iyaa, nggak jadi kalah. Sebab Pokemon Mew ini selevel sama Pikachu. Perjanjiannya begitu, siapa yang dapat Pikachu, maka lawannya mesti dapat Pikachu juga atau Pokemon yang selevel," jelas Tono.
Tono kemudian mengarahkan kamera hapenya ke tempat dimana kata Tini dia melihat Pokemon itu. Dan matanya tertumbuk pada sebuah bangunan perkantoran megah tiga tingkat yang diatas beranda depannya terpampang sebuah Billboard bertuliskan:
***
Memandang ke teras kantor Bank itu, Tono melihat si 'Mew' duduk manis seakan menantang Tono untuk menangkapnya. Segera saja Tono melempar PokeBall kearah sang monster. Namun sialnya, si Mew dengan lincah menghindari lemparan PokeBall. Matanya berkedip-kedip seakan mentertawakan usaha Tono untuk menangkapnya.
Tiga kali melempar Pokeball dan gagal, Tono jadi penasaran. Ia menduga kegagalan itu disebabkan jaraknya dengan Pokemon cute itu terlalu jauh. Oleh karenanya ia pun beranjak untuk mendekati Mew. Namun sayang, ketika hendak memasuki halaman Bank, ia lihat pagar gedung itu terkunci.
Bak seorang pencuri yang berniat membongkar rumah korbannya, Tono celingak-celinguk memperhatikan keadaan sekitar. Dilihatnya pos Sekuriti dalam keadaan kosong, hanya ada sebuah televisi dalam keadaan menyala, sedangkan Sekuritinya tidak ada seorangpun yang menampakkan batang hidungnya.
Ketika Tono hendak memanjat pagar halaman Bank, Tini menahannya.
"Bang, jangan, bang... jangan manjat pagar. Nanti ditangkap Satpam," ujar Tini cemas.
"Sudaah, jangan khawatir. Baru juga Satpam, siapa takut!," balas Tono sambil melompat ke balik pagar.
Dengan cepat ia mendekati teras Bank dan melempar Pokeball kearah sang Pokemon penyihir. Pokeball itupun berputar-putar diatas Mew dan detik berikutnya terpancar cahaya meyilaukan dan ia pun lenyap, menghilang kedalam Pokeball.
Mulut Tono yang memang sudah lebar itu melepaskan tawa yang teramat lebaaaarr menyelamati atas keberhasilannya menangkap Pokemon terkenal yang paling dicari-cari oleh Pokemon Trainer setelah Pikachu dan monster terkuat lainnya yang bernama Dragonite, Pokemon type Naga yang memiliki daya tempur super.
Tapi baru saja ia berbalik hendak melompat keluar dari halaman Bank, tiba-tiba dari arah belakangnya terdengar suara bentakan keras.
"Hei!!. Siapa kamu?!. Kenapa masuk-masuk kesini, haahh..?!."
Tono berbalik dan tampaklah seorang Sekuriti bertampang galak sedang berjalan ke arahnya dengan roman murka. Begitu tiba di hadapannya, Sekuriti itu bertanya kembali dengan suara keras sambil berkacak pinggang,
"Siapa kamu?!. Ngapain masuk-masuk kesini...?!. Apa tidak lihat pagar dikunci...?!. Kamu mau rampok, yaa...?!. Kamu mau maling, yaa...?!," berondong Sekuriti bertampang galak itu.
"Bapak nggak perlu tahu siapa saya," jawab Tono dengan dingin. "Saya masuk kesini cuma mau menangkap Pokemon," lanjutnya. Matanya melirik keluar pagar kearah Tini yang memandangnya dengan rupa ketakutan.
"Mau nangkap Pokemon?. Siapa itu Pokemon?. Pasti anggota gerombolan kamu, yaa...?!. Ayo ikut ke pos!!," sergah Sekuriti yang dari bet namanya tertulis "Agus Prihatin".
"Ngapain ke pos?. Malas!. Saya mau pulang," jawab Tono enteng.
"Mau pulang!!. Enak saja!!. Nggak ada pulang-pulang!!. Kamu harus dinterogasi dulu!!. Kalau perlu panggil Polisi!!," kata Sekuriti itu semakin galak.
"Ada apa, gus?. Kok, ribut-ribut?. Suaramu itu sampai ke seberang jalan, lho...," tegur sebuah suara lainnya yang datang memasuki pagar yang kini sudah tidak terkunci.
Sekuriti bernama Agus Prihatin itu berbalik dan langsung mengambil sikap siaga terhadap orang yang baru datang itu.
"Siap, dan!!. Lapor!. Saya baru saja menangkap orang yang menerobos pagar halaman kita!," kata Agus Prihatin melapor.
Sekuriti yang baru datang dan ternyata adalah komandan dari Agus Prihatin, melihat kearah Tono dan setelah itu malah tertawa terkekeh.
"Hohohoho... ini, tho... orang yang kamu tangkap, gus?," ujar sang komandan.
"Ada apa mas Tono?. kok, masuk nggak bilang-bilang?. Kalau mas ngomong sama Sekuriti atau mas telepon saya, pasti ta' bukakan," katanya kepada Tono.
"Maaf, pak. tadi saya mau permisi tapi di pos nggak ada orangnya," jawab Tono.
"Nggak ada orang?!," ujar sang komandan terkejut. Ia lalu menoleh kearah Agus yang seketika berubah pucat. "Hmmm... ini harus dimasukkan ke dalam Buku Jurnal besok pagi, faham, gus?," perimtah sang komandan kepada Agus dengan nada suara mengandung kekesalan.
"Siap, dan!. Dilaksanakan!!," jawab Agus dengan wajah semakin pucat.
"Tadi saya dengar mas Tono nyebut-nyebut Pokemon. Memangnya mas lagi berburu Pokemon, yaa?," tanya sang komandan.
"Benar, pak," jawab Tono.
"Trus, disini ada Pokemonnya?."
"Ada, pak."
"Pokemon apa?."
"Mew, pak. Pokemon type Psychyc."
"Ck... ck... ck... mujur sekali nasib, mas Tono. Sekalinya berburu kemari langsung dapat Mew. Saya saja yang hampir tiap hari piket disini nggak tahu ada dia," kata sang komandan berdecak kagum.
Selanjutnya sang komandan mengeluarkan hapenya dan setelah layarnya dielus sana-dielus sini, dia menunjukkannya kepada Tono.
"Lihat ini, mas... Pokedex saya, baru bisa ngumpulin Pokemon yang biasa-biasa saja. Nggak ada yang kelas super macam Pikachu, Mew, Dragonite, Charmander atau MewTwo."
"Kalau mau dapat Pokemon yang hebat, kelas super... yaa, mesti rajin berburu, pak," ujar Tono.
"Saya mana ada waktu khusus untuk berburu Pokemon, mas...," kata sang komandan masygul. "Ohh, yaa... itu siapa, mas?," tanyanya sambil melihat ke arah Tini yang masih berdiri di balik pagar.
"Oh, itu pacar saya, pak," jawab Tono.
"Gus, coba kamu buka pagar biar mbak yang di luar itu bisa masuk," perintah sang komandan kepada Agus Prihatin.
"Siap, dan!," jawab Agus dan ia segera membuka pintu pagar lebar-lebar.
Tini pun masuk ke halaman Bank dan bergabung dengan Tono.
"Siapa nama pacarnya, mas?," tanya sang komandan kepada Tono. Matanya tampak agak membelalak melihat penampakan Tini. Di sebelahnya Agus Prihatin diam-diam menelan ludah.
"Tini, pak," jawab Tono. Sementara Tini mengangguk sopan.
"Hahahahaha... cocok sekali nama mas sama mbak. Tono dan Tini, Benar-benar matching. Pintar sekali pengarang Cerpen ini mencari nama," kata sang komandan memuji Tono dan Tini dan juga tidak lupa sekalian memuji pengarang Cerpen ini.
Terima kasih, pak komandan. Insya Allah nanti bapak akan saya beri peran yang lebih banyak di Cerita Bersambung saya berikutnya, yang berkisah tentang suka duka dunia Sekuriti. — pen
Setelah berbincang-bincang beberapa saat lamanya dengan sang komandan tentang tips dan trik berburu Pokemon, Tono dan Tini pun berpamitan hendak pulang.
Sepeninggal Tono dan Tini, Agus Prihatin bertanya kepada komandannya.
"Itu tadi siapa, dan?. Bapak, kok... hormat sekali sama dia?."
"Ini pelajaran buat kamu, gus...," ujar sang komandan menasehati. "Kamu jangan asal saja memandang remeh orang. Mentang-mentang badan kamu besar, suara kamu keras. Tampang kamu seram. Kerja kamu Sekuriti Bank. Tapi apa itu Pokemon saja nggak tahu. Beuuhhh...!."
"Itu tadi Tono. Dia dan keluarganya nasabah VVIP di Bank kita. Bapaknya teman main golf pak Direktur. Mudahan-mudahan urusan kamu bentak-bentak dia tadi nggak jadi panjang. Sebab kalau tidak, siap-siap saja kamu harus nyari kerja di tempat lain," lanjut sang komandan.
Untuk kedua kalinya malam itu, Agus kembali menelan ludah, tapi kali ini ludahnya terasa pahit.
"Tapi nggak nyangka, yaa... pintar juga si Tono itu nyari pacar. Atau ini cuma pintar-pintarnya pengarang Cerpen ini saja mengatur plot," komentar sang komandan.
Hehehehehe... yaaa, begitulah, pak komandan. — pen
"Tapi, dan... Kalau melihat mereka jalan bareng tadi, kok... saya jadi seperti melihat Gorila jalan di samping artis Dangdut Goyang Dumang," kata Agus.
Sang komandan menoleh kearah Agus Prihatin dan berkata sambil terkekeh-kekeh, "Hehehehehe... sama, gus. Saya juga melihatnya begitu. Memanglah pengarang Cerpen ini. Hehehehehe..."
Doooh... pak kumendan, kok... saya lagi yang kena?. — pen
"Sebenarnya masalahnya cuma duit saja, gus..." lanjut sang komandan. "Kalau kamu banyak duit, maka apa saja bisa kamu dapatkan. Harta, Tahta, Wanita. Kalau kamu banyak duit, cewek secantik dan segeboy apapun bisa kamu dapatkan. Biarpun penampilan kamu mirip Gorila. Seperti kata orang Medan punya: Hepeng atur negara, do!."
***
"Habis dari sini kita langsung pulang, yaa... bang," kata Tini saat mereka sudah keluar dari halaman Bank.
Tono tidak seketika membalas perkataan Tini, tapi melihat kearah pergelangan tangannya dimana melingkar sebuah jam tangan sporty merk Tag Heuer (asli!, bukan KW-KW, lho...).
Jarum jam tersebut menunjukkan pukul setengah satu malam. Di kota yang nadinya berdenyut 24 jam sehari ini, jam sekian terbilang masih sore.
"Maunya, sih... begitu," jawab Tono. "Tapi abang masih penasaran, secara kita sebenarnya sama sekali belum menang alias masih seri sama si Juned."
Tini menghela nafas pelan. Dia sesungguhnya sudah lelah dan ingin segera pulang. Tapi meskipun ingin cepat pulang, semuanya tergantung Tono karena dia yang membawa motor.
"Kita mutar-mutar saja dulu agak satu jam lagi. Siapa tahu dapat Pokemon kelas super yang selevel sama Pikachu, atau malah dapat Pikachunya sendiri!. Adek nggak usah khawatir. Abang janji, kalau malam ini kita dapat Pikachu, besok kita pergi ke Mall. Disana adek boleh minta apa saja sepuas-puasnya. Itu jauh lebih bagus daripada nraktir si Juned and his gank," ujarnya Tono melanjutkan.
Mata Tini yang tadinya sudah tinggal lima Watt karena letih, mendadak nyalang kembali mendengar janji Tono.
"Benar, bang?, kalau kita dapat Pikachu malam ini, adek besok boleh minta apa saja?," tanya Tini.
"Ya," jawab Tono menyakinkan.
"Beli baju?, Donna Karan?, yang asli?, bukan KW?, boleh?."
"Boleh."
"Sepatu Jimmy Choo?,"
"Boleh."
"Tas Prada?."
"Boleh."
"Asyiik!!. Ayo kita tangkap Pikachu!," teriak Tini bersemangat sambil mengepalkan tangannya ke udara.
Selama beberapa saat Tono agak bingung melihat tingkah pacarnya itu. Dibilang Oneng... memang Oneng. Pokemon Go, Pikachu saja tadi tidak tahu. Siapa Ahok juga tidak tahu. Tapi hapal sekali merk-merk fashion, sepatu, tas terkenal. "Dasar perempuan", katanya dalam hati sambil tersenyum kecut.
Maka mereka pun kembali bergerak perlahan-lahan menyusuri jalan kota. Hanya saja setelah hampir satu jam lebih berputar-putar mereka tidak juga menemukan Pokemon lainnya.
Semangat Tini yang tadinya menggebu-gebu karena sudah membayangkan akan mendapatkan barang-barang mewah dan berkelas keesokan harinya jika mereka berhasil menangkap Pikachu, mulai meredup. Maka ia cuma mengiyakan dengan nada lesu ketika Tono menyarankan agar mereka pulang saja.
Namun sepertinya keberuntungan mereka malam itu belum benar-benar habis. Dalam perjalanan pulang, Tini lupa untuk mematikan hape Tono dan aplikasi game Pokemon GO di hape itu tetap aktif. Suatu ketika ia tersentak oleh nada khas yang dibunyikan oleh hape yang menandakan adanya seekor Pokemon di sekitar mereka.
Matanya membelalak saat mengenali animasi Pokemon imut yang tergambar di layar hape Tono. Seketika ia berteriak gembira sambil mengguncang-guncangkan bahu Tono.
"Bang!, bang!!. Ada Pikachu, bang!. Ada Pikachu!!," teriaknya nyaris seperti orang histeris.
(Oooohh... Donna Karan, Gucci, Prada, Chanel, Fendi, Burberry, Coach, Jimmy Choo... I'm coming!!).
"Haahh!, benar ada Pikachu?," tanya Tono antusias dan merem motornya mendadak yang membuat kedua gunung kembar raksasa milik Tini membentur dengan keras punggung Tono.
"Iyaa, bang... ini lihat saja sendiri," jawab Tini sambil meringis akibat benturan kedua gunung kembar raksasanya dengan punggung Tono. Ia lalu memberikan hape itu kepada Tono.
"Nggak papa, ngilu... ngilu, dah!. Yang penting Donna Karan, Gucci, Prada, Chanel, Fendi, Burberry, Coach, Jimmy Choo besok bakal di tangan," demikian pikir Tini.
Tono segera mengambil hape yang disodorkan Tini dan melihat ke layarnya. Wajahnya seketika berseri-seri melihat animasi seekor Pokemon berbentuk kelinci imut berwarna kuning cerah terpampang disana. Batinnya bergejolak oleh kegembiraan akan kemungkinan dapat mengalahkan rivalnya dalam game ini, Ahmad Junaidi bin Haji Abdul Kodir bin Haji Ali Mugeni alias Juned !.
Seperti yang sudah-sudah, Tono mengarahkan pandangannya ke tempat dimana Pikachu berada dan detik berikutnya dia langsung terbengong-bengong.
Matanya tertumbuk pada sebuah tempat yang dikelilingi oleh tembok berwarna putih setinggi satu meter. Dalam keremangan malam, tempat itu tampak gelap menyeramkan. Bagaimana tidak?, karena tepat disamping pintu gerbang masuk tempat itu berdiri tegak sebuah plang yang bertuliskan:
Tono tersentak dari prosesi kebengongannya yang intens saat Tini memegang lengannya sambil bertanya:
"Itu... itu... Pikachunya ada disana, yaa... bang?."
"Kayaknya, sih... iya," jawab Tono. Matanya berpindah-pindah dari layar hape ke pintu gerbang Komplek Pemakaman Umum seakan tidak yakin terhadap apa yang dilihatnya.
"Jadi... jadi... kita mesti masuk ke... kesana?," gagap Tini dengan suara bergetar.
"Nggak tahu. Mudah-mudahan nggak," jawab Tono. Tengkuknya mulai dirayapi rasa dingin.
Dengan penuh harap, ia melempar PokeBall ke arah monster imut berwarna kuning itu. Namun seperti rekan sejawatnya "Mew", monster berbentuk kucing berwarna pink tadi. Pikachu dengan lincahnya juga menghindari lemparan PokeBall. Tiga kali dilempar, tiga kali pula luput.
Diam-diam Tono mengeluh dalam hati. Batinnya merintih menghadapi kenyataan yang menyedihkan ini. Hanya karena tekad membaja untuk mengalahkan Juned saja yang membuatnya memutuskan meneguhkan niat.
"Kayaknya kita terpaksa harus masuk kesana, dek... Pikachunya nggak bisa ditangkap," kata Tono kepada Tini.
Wajah Tini seketika berubah rona menjadi pucat mendengar perkataan Tono. Jari-jemarinya yang memegang erat lengan Tono tampak gemetar.
"Ma... ma... masuk ke... ke... kesana?," tanyanya gagap dengan bibir yang memutih.
"Iya!," jawab Tono mantap. Tekadnya untuk mengalahkan Juned dalam game ini mengalahkan rasa gentar yang sesungguhnya juga merasuki hatinya.
"Biar bagaimana juga abang harus bisa menangkap Pikachu malam ini, sebab belum tentu besok dia masih ada disitu. Lagipula kita nggak punya banyak waktu. Kalau adek takut masuk kesana, boleh, kok.. tinggal disini, biar abang saja yang masuk," lanjut Tono dengan gaya sok berani.
"Nggak.. nggak!. Adek nggak mau tinggal disini. Kalau abang mau kesana, adek juga ikut!," ujar Tini panik takut ditinggal sendirian.
"Ya, sudah... kalau begitu, ayo kita masuk," kata Tono.
Maka dengan memberani-beranikan diri, mereka pun mendekati pintu gerbang Komplek Pemakaman Umum itu. Langkah mereka terhenti ketika melihat diantara dua tiang gerbang terentang sebuah spanduk:
Tono tidak seketika membalas perkataan Tini, tapi melihat kearah pergelangan tangannya dimana melingkar sebuah jam tangan sporty merk Tag Heuer (asli!, bukan KW-KW, lho...).
Jarum jam tersebut menunjukkan pukul setengah satu malam. Di kota yang nadinya berdenyut 24 jam sehari ini, jam sekian terbilang masih sore.
"Maunya, sih... begitu," jawab Tono. "Tapi abang masih penasaran, secara kita sebenarnya sama sekali belum menang alias masih seri sama si Juned."
Tini menghela nafas pelan. Dia sesungguhnya sudah lelah dan ingin segera pulang. Tapi meskipun ingin cepat pulang, semuanya tergantung Tono karena dia yang membawa motor.
"Kita mutar-mutar saja dulu agak satu jam lagi. Siapa tahu dapat Pokemon kelas super yang selevel sama Pikachu, atau malah dapat Pikachunya sendiri!. Adek nggak usah khawatir. Abang janji, kalau malam ini kita dapat Pikachu, besok kita pergi ke Mall. Disana adek boleh minta apa saja sepuas-puasnya. Itu jauh lebih bagus daripada nraktir si Juned and his gank," ujarnya Tono melanjutkan.
Mata Tini yang tadinya sudah tinggal lima Watt karena letih, mendadak nyalang kembali mendengar janji Tono.
"Benar, bang?, kalau kita dapat Pikachu malam ini, adek besok boleh minta apa saja?," tanya Tini.
"Ya," jawab Tono menyakinkan.
"Beli baju?, Donna Karan?, yang asli?, bukan KW?, boleh?."
"Boleh."
"Sepatu Jimmy Choo?,"
"Boleh."
"Tas Prada?."
"Boleh."
"Asyiik!!. Ayo kita tangkap Pikachu!," teriak Tini bersemangat sambil mengepalkan tangannya ke udara.
Selama beberapa saat Tono agak bingung melihat tingkah pacarnya itu. Dibilang Oneng... memang Oneng. Pokemon Go, Pikachu saja tadi tidak tahu. Siapa Ahok juga tidak tahu. Tapi hapal sekali merk-merk fashion, sepatu, tas terkenal. "Dasar perempuan", katanya dalam hati sambil tersenyum kecut.
Sebenarnya Tono nggak perlu bingung begitu. Pria dan wanita memang beda. Teori menyebutkan pria lebih dominan memakai sisi otak kirinya (logika, skuensial, rasional, analitis, dan obyektifitas), Sebaliknya wanita lebih dominan menggunakan sisi otak kanannya (intuitif, holistik, imajinasi. intuisi, kreatifitas, emosi, subjektifitas).
Jadi bukanlah hal yang aneh jika pria menyukai hal-hal yang berbau macho. Sementara wanita menyukai hal-hal yang berbau feminin. Tapi jika yang terjadi adalah sebaliknya, misalnya ada wanita yang hobinya berantem, tawuran, bunuh-bunuhan, dll... lalu ada pria yang sukanya main rumah-rumahan, masak-masakan, penganten-pengantenan maka itu adalah anomali yang perlu dikasihani, bukannya malah dihujat atau didiskriminasi!.
KARENA SETIAP ORANG BERHAK MEMILIH APA YANG MENURUTNYA TERBAIK BAGI DIRINYA
Tidak ada seorangpun yang berhak menghakimi dan memaksakan nilai-nilai ekslusif miliknya sendiri atau kelompoknya kepada orang lain yang tidak seide atau sefaham dengannya. Apalagi jika pemaksaan itu diiringi dengan sikap atau tindakan anarkis. Kalau sudah begitu, jangan harap akan mendapat simpati. Yang datang justru cacian atau hujatan.
Mereka-mereka yang tidak mampu menghargai toleransi dan pluralisme, lebih baik sekalian nyebur saja semua ke laut!. Karena peradaban manusiia baru bisa maju jika dibangun dengan menghargai perbedaan. Hanya manusia purba yang tinggal di gua-gua batu yang tidak mengenal toleransi dan pluralisme dan itu wajar karena wawasan mereka cuma sebatas lingkaran gua batu tempat tinggal mereka.
So... jika di jaman modern ini ada orang atau kelompok yang memiliki perilaku seperti orang bar-bar, maka daripada menghabiskan energi untuk demo-demo atau berbuat anarkis, bukankah lebih baik energi itu dipergunakan untuk meneliti dan menciptakan mesin waktu. Jika mesin waktu itu berhasil dibuat, silahkan naik dan pergi ke zaman dinosaurus masih berkeliaran di muka bumi. Karena disanalah tempat yang paling cocok untuk orang-orang semacam kalian!.
Okeh, segitu saja penjelasannya, jadi esmosi, nehh... sekarang mari kita kembali ke TKP!. — pen
Jadi bukanlah hal yang aneh jika pria menyukai hal-hal yang berbau macho. Sementara wanita menyukai hal-hal yang berbau feminin. Tapi jika yang terjadi adalah sebaliknya, misalnya ada wanita yang hobinya berantem, tawuran, bunuh-bunuhan, dll... lalu ada pria yang sukanya main rumah-rumahan, masak-masakan, penganten-pengantenan maka itu adalah anomali yang perlu dikasihani, bukannya malah dihujat atau didiskriminasi!.
KARENA SETIAP ORANG BERHAK MEMILIH APA YANG MENURUTNYA TERBAIK BAGI DIRINYA
Tidak ada seorangpun yang berhak menghakimi dan memaksakan nilai-nilai ekslusif miliknya sendiri atau kelompoknya kepada orang lain yang tidak seide atau sefaham dengannya. Apalagi jika pemaksaan itu diiringi dengan sikap atau tindakan anarkis. Kalau sudah begitu, jangan harap akan mendapat simpati. Yang datang justru cacian atau hujatan.
Mereka-mereka yang tidak mampu menghargai toleransi dan pluralisme, lebih baik sekalian nyebur saja semua ke laut!. Karena peradaban manusiia baru bisa maju jika dibangun dengan menghargai perbedaan. Hanya manusia purba yang tinggal di gua-gua batu yang tidak mengenal toleransi dan pluralisme dan itu wajar karena wawasan mereka cuma sebatas lingkaran gua batu tempat tinggal mereka.
So... jika di jaman modern ini ada orang atau kelompok yang memiliki perilaku seperti orang bar-bar, maka daripada menghabiskan energi untuk demo-demo atau berbuat anarkis, bukankah lebih baik energi itu dipergunakan untuk meneliti dan menciptakan mesin waktu. Jika mesin waktu itu berhasil dibuat, silahkan naik dan pergi ke zaman dinosaurus masih berkeliaran di muka bumi. Karena disanalah tempat yang paling cocok untuk orang-orang semacam kalian!.
Okeh, segitu saja penjelasannya, jadi esmosi, nehh... sekarang mari kita kembali ke TKP!. — pen
***
Maka mereka pun kembali bergerak perlahan-lahan menyusuri jalan kota. Hanya saja setelah hampir satu jam lebih berputar-putar mereka tidak juga menemukan Pokemon lainnya.
Semangat Tini yang tadinya menggebu-gebu karena sudah membayangkan akan mendapatkan barang-barang mewah dan berkelas keesokan harinya jika mereka berhasil menangkap Pikachu, mulai meredup. Maka ia cuma mengiyakan dengan nada lesu ketika Tono menyarankan agar mereka pulang saja.
Namun sepertinya keberuntungan mereka malam itu belum benar-benar habis. Dalam perjalanan pulang, Tini lupa untuk mematikan hape Tono dan aplikasi game Pokemon GO di hape itu tetap aktif. Suatu ketika ia tersentak oleh nada khas yang dibunyikan oleh hape yang menandakan adanya seekor Pokemon di sekitar mereka.
Matanya membelalak saat mengenali animasi Pokemon imut yang tergambar di layar hape Tono. Seketika ia berteriak gembira sambil mengguncang-guncangkan bahu Tono.
"Bang!, bang!!. Ada Pikachu, bang!. Ada Pikachu!!," teriaknya nyaris seperti orang histeris.
(Oooohh... Donna Karan, Gucci, Prada, Chanel, Fendi, Burberry, Coach, Jimmy Choo... I'm coming!!).
"Haahh!, benar ada Pikachu?," tanya Tono antusias dan merem motornya mendadak yang membuat kedua gunung kembar raksasa milik Tini membentur dengan keras punggung Tono.
"Iyaa, bang... ini lihat saja sendiri," jawab Tini sambil meringis akibat benturan kedua gunung kembar raksasanya dengan punggung Tono. Ia lalu memberikan hape itu kepada Tono.
"Nggak papa, ngilu... ngilu, dah!. Yang penting Donna Karan, Gucci, Prada, Chanel, Fendi, Burberry, Coach, Jimmy Choo besok bakal di tangan," demikian pikir Tini.
Tono segera mengambil hape yang disodorkan Tini dan melihat ke layarnya. Wajahnya seketika berseri-seri melihat animasi seekor Pokemon berbentuk kelinci imut berwarna kuning cerah terpampang disana. Batinnya bergejolak oleh kegembiraan akan kemungkinan dapat mengalahkan rivalnya dalam game ini, Ahmad Junaidi bin Haji Abdul Kodir bin Haji Ali Mugeni alias Juned !.
Saya sebenarnya agak kasihan dengan si Tono ini. Boleh saja dia merasa gembira karena bisa mengalahkan rivalnya Juned. Akan tetapi sadarkah dia pada implikasi kemenangannya ini?. Ingatkah dia?, meskipun malam ini dia menang atas Juned, tetapi besok siang, dia PASTI KALAH melawan Donna Karan, Gucci, Prada, Chanel, Fendi, Burberry, Coach, Jimmy Choo, dkk — pen
Seperti yang sudah-sudah, Tono mengarahkan pandangannya ke tempat dimana Pikachu berada dan detik berikutnya dia langsung terbengong-bengong.
Matanya tertumbuk pada sebuah tempat yang dikelilingi oleh tembok berwarna putih setinggi satu meter. Dalam keremangan malam, tempat itu tampak gelap menyeramkan. Bagaimana tidak?, karena tepat disamping pintu gerbang masuk tempat itu berdiri tegak sebuah plang yang bertuliskan:
Ketika draft Cerpen ini dibaca oleh beberapa orang teman, ada yang melontarkan kritikan bahwa saya "lebay dan mengada-ada" karena faktanya dalam game Pokemon Go yang sesungguhnya, tidak pernah ada Pokemon yang muncul di kuburan.
Saya katakan justru Niantic, perusahaan yang menginisiasi game ini yang lebay dan mengada-ada!. Bukankah Pokemon itu singkatan dari Poke Monster?, so... yang namanya monster seharusnya atau sewajarnya ada atau muncul di kuburan, rumah terlantar atau tempat-tempat angker lainnya, dong?!.
Masak monster muncul di mall?, di kantor pemerintahan?, di kantor polisi atau di pinggir jalan yang ramai?. Bahkan yang lebih absurd lagi, masak ada monster yang muncul di musholla, di mesjid atau di gereja!.
Jadi, siapa sebenarnya yang lebay dan mengada-ada?.
Tapi sudahlah... panjang ceritanya kalau mau dibahas atau diperdebatkan. Terserah Niantic sajalah kalau maunya begitu. Yang penting mari kita lanjutkan petualangan sepasang kekasih eror ini —pen
Saya katakan justru Niantic, perusahaan yang menginisiasi game ini yang lebay dan mengada-ada!. Bukankah Pokemon itu singkatan dari Poke Monster?, so... yang namanya monster seharusnya atau sewajarnya ada atau muncul di kuburan, rumah terlantar atau tempat-tempat angker lainnya, dong?!.
Masak monster muncul di mall?, di kantor pemerintahan?, di kantor polisi atau di pinggir jalan yang ramai?. Bahkan yang lebih absurd lagi, masak ada monster yang muncul di musholla, di mesjid atau di gereja!.
Jadi, siapa sebenarnya yang lebay dan mengada-ada?.
Tapi sudahlah... panjang ceritanya kalau mau dibahas atau diperdebatkan. Terserah Niantic sajalah kalau maunya begitu. Yang penting mari kita lanjutkan petualangan sepasang kekasih eror ini —pen
Tono tersentak dari prosesi kebengongannya yang intens saat Tini memegang lengannya sambil bertanya:
"Itu... itu... Pikachunya ada disana, yaa... bang?."
"Kayaknya, sih... iya," jawab Tono. Matanya berpindah-pindah dari layar hape ke pintu gerbang Komplek Pemakaman Umum seakan tidak yakin terhadap apa yang dilihatnya.
"Jadi... jadi... kita mesti masuk ke... kesana?," gagap Tini dengan suara bergetar.
"Nggak tahu. Mudah-mudahan nggak," jawab Tono. Tengkuknya mulai dirayapi rasa dingin.
Dengan penuh harap, ia melempar PokeBall ke arah monster imut berwarna kuning itu. Namun seperti rekan sejawatnya "Mew", monster berbentuk kucing berwarna pink tadi. Pikachu dengan lincahnya juga menghindari lemparan PokeBall. Tiga kali dilempar, tiga kali pula luput.
Diam-diam Tono mengeluh dalam hati. Batinnya merintih menghadapi kenyataan yang menyedihkan ini. Hanya karena tekad membaja untuk mengalahkan Juned saja yang membuatnya memutuskan meneguhkan niat.
"Kayaknya kita terpaksa harus masuk kesana, dek... Pikachunya nggak bisa ditangkap," kata Tono kepada Tini.
Wajah Tini seketika berubah rona menjadi pucat mendengar perkataan Tono. Jari-jemarinya yang memegang erat lengan Tono tampak gemetar.
"Ma... ma... masuk ke... ke... kesana?," tanyanya gagap dengan bibir yang memutih.
"Iya!," jawab Tono mantap. Tekadnya untuk mengalahkan Juned dalam game ini mengalahkan rasa gentar yang sesungguhnya juga merasuki hatinya.
"Biar bagaimana juga abang harus bisa menangkap Pikachu malam ini, sebab belum tentu besok dia masih ada disitu. Lagipula kita nggak punya banyak waktu. Kalau adek takut masuk kesana, boleh, kok.. tinggal disini, biar abang saja yang masuk," lanjut Tono dengan gaya sok berani.
"Nggak.. nggak!. Adek nggak mau tinggal disini. Kalau abang mau kesana, adek juga ikut!," ujar Tini panik takut ditinggal sendirian.
"Ya, sudah... kalau begitu, ayo kita masuk," kata Tono.
Maka dengan memberani-beranikan diri, mereka pun mendekati pintu gerbang Komplek Pemakaman Umum itu. Langkah mereka terhenti ketika melihat diantara dua tiang gerbang terentang sebuah spanduk:
***
Melewati pintu gerbang Komplek Pemakaman Umum yang diantara kedua tiang-tiangnya terentang spanduk potongan harga itu, terpampanglah pemandangan yang akan membuat gentar siapapun yang memiliki nyali pas-pasan.
Dalam keremangan malam dimana cahaya lampu jalan hanya sanggup menerangi bahagian depannya saja, sementara makin jauh kedalam yang kelihatan hanyalah kegelapan yang menggiriskan hati.
Siluet deretan makam-makam yang berjejer rapi tampak memutih dipayungi oleh bermacam-macam pohon yang di dominasi oleh pohon Kamboja.
Tono dan Tini berhenti tepat di gerbang pintu masuk. Kedua-duanya digerogoti oleh keraguan apakah harus terus berjalan kian dalam atau cukup sampai disini saja. Dengan penuh harapan pada kemungkinan yang kedua, Tono kembali melempar PokeBall kearah Pikachu.
Namun seperti yang sudah-sudah, monster imut berwarna kuning cerah itu tetap bergeming. Mulutnya menebar senyum kecil seakan mengejek usaha Tono utuk menangkapnya. Tiga kali melempar, tiga kali pula tanpa hasil, Tono mengerti bahwa ia harus mengambil resiko masuk semakin jauh ke dalam Komplek Pemakaman Umum itu.
Dengan diiringi oleh Tini yang memegang erat-erat lengannya, Tono melangkah melewati pintu gerbang. Setiap beberapa puluh langkah, ia mencoba melempar PokeBall kearah Pokemon paling terkenal dan paling dicari-cari oleh Pokemon Trainer itu. Dan setiap kali itu pula ia harus menelan kekecewaan karena sang monster tetap acuh tak acuh pada usahanya.
Mendapati kenyataan yang menyusahkan ini, Tono jadi mengerti kenapa Pokemon yang satu ini begitu terkenal dan dicari-cari. Karena selain menjadi tokoh utama dalam manga dan anime Pokemon, Pikachu juga paling sulit ditangkap serta sulit ditemukan. Para Pokemon Trainer juga memburu monster yang satu ini karena memiliki CP yang sangat besar. Keistimewaan utamanya ada pada ekornya yang berbentuk ikon kilat yang mampu mengeluarkan daya listrik ribuan Volt!.
Dengan semua keistimewaan itu, tak heran Tono dan Juned lalu bertaruh untuk memburu dan menangkapnya. Hasilnya Juned tadi berhasil menangkap Pikachu dan kini Tono harus menangkapnya juga. Meskipun dia tadi berhasil mendapatkan Mew, sang Pokemon penyihir, tetapi itu hanya membuat kedudukan jadi draw alias seri.
Jika malam ini ia juga berhasil menangkap Pikachu yang sedang duduk manis di depannya ini, maka Tono lah yang akan menjadi pemenang game ini, dengan catatan Juned berhenti berburu malam ini karena merasa sudah menang sehingga tidak menambah tangkapan Pokemon lainnya yang selevel dengan Pikachu!.
Setelah mereka berjalan hingga ke tengah Komplek Pemakaman Umum itu, Tono merasa sudah waktunya untuk mencoba melempar PokeBall lagi. Dengan penuh konsentrasi dia melempar bola bulat berwarna merah-putih itu kearah Pikachu dan kali ini dewi Fortuna berpihak kepadanya. Ikon game Pokemon Go itu pun lenyap diliputi cahaya menyilaukan dan beberapa detik kemudian menghilang, terperangkap dalam PokeBall.
Tono berteriak sekeras-kerasnya penuh kegembiraan. Ia kemudian memeluk Tini dan menciuminya habis-habisan lalu mereka menari-nari seperti dua orang sinting di tengah-tengah Komplek Pemakaman Umum, disaksikan oleh seluruh penghuni kuburan baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Wajah keduanya begitu sumringah bak Tukang Bubur dan istrinya yang dapat hadiah naik haji ke Mekkah gratis!. Hati Tono begitu gembira karena yakin telah berhasil mengalahkan rival bebuyutannya, Ahmad Junaidi bin Haji Abdul Kodir bin Haji Ali Mugeni alias Juned. Sementara Tini merasa bahagia karena sudah membayangkan akan menambah koleksi pakaian, sepatu, tas mewah seperti yang dijanjikan Tono.
Puas menari-nari di tengah kuburan, Tono dan Tini lalu duduk beristirahat di bawah sebatang pohon Kamboja untuk melepas lelah akibat hampir setengah malaman mengukur jalan berburu Pokemon. Keduanya duduk sambil berangkulan dan membicarakan prospek masa depan yang akan mereka hadapi setelah berhasil memenangkan game ini.
Nah, pembaca... itulah Ashbabun Nuzul nya kenapa pada awal Cerpen ini, Tono dan Tini ada dikisahkan duduk berduaan di bawah pohon Kamboja dalam Komplek Pemakaman Umum Kelurahan Sukamendesah. Sekarang terbukti bukan, bahwa sama sekali tidak ada unsur horor apalagi unsur pornografi atau pornoaksi dari sebab musabab mereka duduk berduaan di tengah-tengah kuburan.
Oleh karena itu bagi Anda yang tadi pada awal membaca Cerpen ini sempat merasa su’udzon atau berburuk sangka kepada mereka berdua (ini cowok-cewek ngapain pacaran di kuburan?, apa mau berbuat mesum?, misalnya), segeralah bertobat dan meminta maaf karena su’udzon atau berburuk sangka itu (dan juga fitnah, hoax, ujaran kebencian) termasuk dosa yang merepotkan.
Karena untuk menebusnya tidak cukup hanya dengan memohon ampun kepada Allah Swt tapi juga wajib meminta kerelaan orang yang kita su’udzoni. Dalam kasus ini kepada Tono dan Tini. Tapi untuk mempermudah, Anda bisa menyampaikan permintaan maaf kepada Tono dan Tini melalui pengarang Cerpen ini, kok...
Baiklah,
Seperti yang sudah diceritakan pada paragraf sebelumnya, Tono dan Tini duduk melepas lelah dibawah sebatang pohon Kamboja. Tono bercerita tentang asal muasal kenapa ia bisa melakukan perlombaan menangkap Pikachu dengan Juned, sementara Tini mendengarkannya dengan pikiran yang terbagi.
Sebagian mendengar cerita Tono, sebagian lagi mengingat, memilah dan memilih model pakaian yang mana?, sepatu yang mana?, dan tas yang mana?, yang akan diambilnya besok diantara model-model pakaian, sepatu dan tas yang pernah ia lihat pada acara blanja-blanji di Mall yang ia lakukan bersama Tono sebulan yang lalu.
Meskipun demikian telinganya masih awas mendengar suara-suara disekelilingnya seperti suara derik Jangkrik, suara dengkung kodok, suara kukuk burung hantu, maupun suara gesekan lembut ranting-ranting pohon-pohon yang dihembus angin malam. Diantara suara-suara alam itu, telinganya menangkap suara asing yang membuat keningnya berkerut serta menegakkan bulu romanya.
Ia segera menyentuh lengan Tono dan memberitahu tentang apa yang didengarnya itu.
"Bang... bang, coba diam sebentar dulu, bang," ujar Tini.
"Kenapa, dek?," tanya Tono keheranan.
"Coba abang dengar, suara apa itu?," kata Tini balik bertanya.
"Suara apa?," tanya Tono semakin keheranan.
"Itu... suara yang kayaknya mau kemari," jawab Tini.
Tono lalu menuruti saran kekasihnya itu. Ia terdiam dan menajamkan telinganya untuk mendengar suara apa yang dikatakan Tini. Begitu dapat mengenali suara apa itu?, wajahnya seketika berubah pucat. Ia menoleh ke arah Tini yang wajahnya juga sudah sama pucatnya.
Sreekk... sreekk...
Sreekk... sreekk...
Sreekk... sreekk...
Keduanya segera mengenali itu adalah suara langkah kaki yang diseret diatas tanah. Mengingat mereka sekarang berada ditengah-tengah Komplek Pemakaman Umum yang nyaris gelap gulita, lewat tengah malam pula!, suara langkah kaki yang diseret itu kontan saja menimbulkan bermacam-macam imajinasi yang menyeramkan.
Tono dan Tini kemudian bangun dari tempat duduk mereka semula dibawah pohon Kamboja. Keduanya saling berpegangan untuk mengantisipasi apapun yang suaranya kian mendekat itu. Saat itulah “sesuatu” itu pun muncul dari balik kegelapan dan mencolek Tono dari belakang lalu bertanya dengan nada suara menyeramkan:
"Siaaphaaaa khaaliaaaan....?. Nghaaapain malaam-malaam beghiiini aadaa diisiniii, haaahhh...?."
Tono dan Tini menoleh dan seketika mereka berteriak ketakutan.
"Seeettaaaaaaannnnn....!!," teriak Tini histeris.
"Poooccoooooooongg....!!," teriak Tono sama kerasnya.
Keduanya pun lari lintang pukang seperti jambret lagi dikejar-kejar massa. Beberapa kali kaki Tono tersandung, begitu pula Tini, namun keduannya tidak perduli dan terus lari sekencang-kencangnya menuju pintu gerbang keluar Komplek Pemakaman Umum Kelurahan Sukamendesah. Bahkan ketika sebelah sepatu kulit Tono yang bermerk Bally itu terlepas, ia terus berlari. Keduanya terus berlari sambil berteriak-teriak penuh ketakutan:
"Seeettaaaaaaannnnn....!!."
Poooccoooooooongg....!!."
Sementara itu ”makhluk menyeramkan” yang ditinggal kabur oleh Tono dan Tini justru mengomel panjang pendek.
"Memang kurang ajar sekali anak-anak muda jaman sekarang. Tidak punya adat!. Tidak punya sopan santun!. Sudah pacaran tidak pada tempatnya, tidak kenal waktu, ditegur baik-baik, ehhhh... bukannya terima salah, malah ngata-ngatain orang tua setaaann, laahh... pocooong, laahh...," gerutunya sambil melepaskan tutup kepala mukena berwarna putih yang ia kenakan.
Masih dengan mulut yang terus melontarkan gerutuan yang menggambarkan rasa kesalnya, ia berbalik hendak kembali menuju tempat asalnya. Seperti kedatangannya yang tidak dijemput, kepulangannya sepertinya juga tidak diantar. Namun baru saja berjalan perlahan beberapa langkah dengan langkah diseret-seret, ia menoleh karena mendengar suara langkah-langkah kaki lainnya yang mendekat menuju kearahnya.
Beberapa saat kemudian tampaklah dua orang anak muda yang berjalan menembus kegelapan dengan membawa senter untuk menerangi jalan mereka. Keduanya lalu menghampirinya dan bertanya dengan nada keheranan:
"Lhooo... nek Minah?. Ngapain tengah malam-malam begini ada disini?. Pakai mukena lagi!. Nanti dikira orang pocong perempuan lagi nunggu pacarnya, lho..."
"Pocong mbahmu sekarat!!. Nggak yang ini, nggak yang tadi, kalian semua sama-sama anak muda kurang ajar. Nggak ada hormat-hormatnya sama orang tua!," maki “pocong perempuan” yang rupanya bernama nek Minah itu.
"Yaaahh... nenek... jangan sewot begitu, dong... Siapa yang lihat nenek sekarang pasti juga pasti mikirnya begitu. Lagian nenek sendiri ngapain ada di kuburan?, pakai mukena warna putih?, trus mukanya dipasang bedak beras lagi?, trus siapa itu cowok sama cewek yang tadi kabur sambil teriak-teriak?," tanya salah seorang dari kedua anak muda itu bertubi-tubi.
"Itu dia yang nenek bilang, anak-anak muda sekarang banyak yang kurang ajar. Itu tadi orang lagi pacaran," jawab nek Minah.
"Orang lagi pacaran?. Tengah malam begini?. Di kuburan?. Memangnya nggak ada tempat lain apa?," tanya kedua anak muda itu takjub.
"Iyaa!!," jawab nek Minah tegas.
"Trus, gimana ceritanya nenek bisa tahu mereka lagi pacaran?," tanya kedua anak muda itu lagi.
"Tadi itu nenek terbangun mau sholat Tahajud. Waktu mau ngambil air wudhu di kamar mandi, nenek dengar ada suara orang, laki-laki sama perempuan lagi ngobrol-ngobrol. Mesra sekali. Pasti orang lagi pacaran. Kalian tahu sendiri, kan... kalau kamar mandi rumah nenek nempel ke tembok komplek kuburan. Jadi suara apa saja yang datang dari komplek kuburan pasti kedengaran."
"Naaahh... trus, nenek masuk ke komplek kuburan lewat pintu gerbang belakang, mau tahu siapa itu?, anak muda mana?, yang nggak punya adat tengah malam lewat masih pacaran, di kuburan lagi!. Begitu sampai, nenek tegur mereka. Eeehhh... bukannya minta maaf, mereka malah kabur sambil teriak-teriak ngatain nenek..... "setaaann...!", "pocooong...!," kurang ajar sekali!," jelas nek Minah.
Kedua anak muda itu...
Kedua anak muda itu (yang sekarang telah kita ketahui bernama Romi dan Kipli) tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan nek Minah.
"Hahahahaha... yaaiyaalahh, nek... gimana mereka nggak teriak-teriak "setaaann! "... "Pocooong!". Nenek sendiri juga dandanannya begini. Tengah malam kelayapan di kuburan pake mukena putih, trus muka dipupurin bedak beras. Siapa juga yang lihat pasti nyangka nenek setan atau pocong. Hahahahahahaha....” kata Romi.
"Nggak gitu-gitu amat, keleus...," bantah nek Minah sok gaul. "Kalian sendiri nggak takut atau nyangka nenek setan atau pocong, kan...?."
"Kalau kami, seh... sudah pasti tahu itu nenek Minah yang lagi iseng keluyuran di kuburan," jawab Kipli. Kawannya, Romi nyengir membenarkan.
"Memangnya darimana kalian tahu itu nenek?," tanya nek Minah ngotot.
"Dari baunya, nek...," jawab Kipli.
"Iya," ujar Romi membenarkan perkataan Kipli. "Bau badan nenek, kan... khas sekali. Nggak ada yang punya," lanjut Romi.
"Iya!. Bau semur jengkol!. Biar dari jauh juga sudah kecium. Kalau ada bau semur jengkol itu pasti nek Minah!," kata Kipli dengan kejamnya.
"Kurang ajar!!," teriak nek Minah murka sambil mengacungkan tinjunya, sementara Romi dan Kipli telah melarikan diri diiringi tawa terbahak-bahak yang membuat merinding seluruh penghuni kuburan.
"Kuraanng ajar kalian!!. Awas kalian, yaa... Romahurmuzy!, Zulkifli!. Aku sumpahin kalian nggak dapat-dapat jodoh dan seumur-umur jadi Tukang Ronda!!," kutuk nek Minah sejadi-jadinya.
Demi kedamaian dan perdamaian dunia tanpa perang yang menghabiskan banyak biaya dan menghabiskan kuota, penulis kira masalah ini tidak perlu diperpanjang lagi, yang jelas...
Makian serta kutukan yang disemburkan oleh nek Minah itu merupakan pertanda bahwa Cerpen rasa Cerbung ini sudah...
Tapi jangan kemana-mana dulu. Silahkan Anda istirahat, makan, minum, mandi, tidur, main catur, main Pokemon GO atau terserah apapun kegiatan yang Anda ingin lakukan, yang penting jangan lupa kembali karena setelah yang satu ini dan kita akan temui beberapa orang pemirsa yang dengan baik hati bersedia memberikan Testimoni usai membaca draft Cerpen rasa Cerbung ini.
Dalam keremangan malam dimana cahaya lampu jalan hanya sanggup menerangi bahagian depannya saja, sementara makin jauh kedalam yang kelihatan hanyalah kegelapan yang menggiriskan hati.
Siluet deretan makam-makam yang berjejer rapi tampak memutih dipayungi oleh bermacam-macam pohon yang di dominasi oleh pohon Kamboja.
Sampai hari ini saya belum dapat menjawab misteri pertanyaan "kenapa pohon Kamboja itu identik dengan kuburan?". Karena secara tampilan, pohon Beringin justru lebih cocok dan lebih menyeramkan jika dia ada di kuburan. tapi anehnya, hampir tidak ada orang yang menanamnya. Ada yang bisa menjelaskan?. — pen
Tono dan Tini berhenti tepat di gerbang pintu masuk. Kedua-duanya digerogoti oleh keraguan apakah harus terus berjalan kian dalam atau cukup sampai disini saja. Dengan penuh harapan pada kemungkinan yang kedua, Tono kembali melempar PokeBall kearah Pikachu.
Namun seperti yang sudah-sudah, monster imut berwarna kuning cerah itu tetap bergeming. Mulutnya menebar senyum kecil seakan mengejek usaha Tono utuk menangkapnya. Tiga kali melempar, tiga kali pula tanpa hasil, Tono mengerti bahwa ia harus mengambil resiko masuk semakin jauh ke dalam Komplek Pemakaman Umum itu.
Dengan diiringi oleh Tini yang memegang erat-erat lengannya, Tono melangkah melewati pintu gerbang. Setiap beberapa puluh langkah, ia mencoba melempar PokeBall kearah Pokemon paling terkenal dan paling dicari-cari oleh Pokemon Trainer itu. Dan setiap kali itu pula ia harus menelan kekecewaan karena sang monster tetap acuh tak acuh pada usahanya.
Mendapati kenyataan yang menyusahkan ini, Tono jadi mengerti kenapa Pokemon yang satu ini begitu terkenal dan dicari-cari. Karena selain menjadi tokoh utama dalam manga dan anime Pokemon, Pikachu juga paling sulit ditangkap serta sulit ditemukan. Para Pokemon Trainer juga memburu monster yang satu ini karena memiliki CP yang sangat besar. Keistimewaan utamanya ada pada ekornya yang berbentuk ikon kilat yang mampu mengeluarkan daya listrik ribuan Volt!.
Dengan semua keistimewaan itu, tak heran Tono dan Juned lalu bertaruh untuk memburu dan menangkapnya. Hasilnya Juned tadi berhasil menangkap Pikachu dan kini Tono harus menangkapnya juga. Meskipun dia tadi berhasil mendapatkan Mew, sang Pokemon penyihir, tetapi itu hanya membuat kedudukan jadi draw alias seri.
Jika malam ini ia juga berhasil menangkap Pikachu yang sedang duduk manis di depannya ini, maka Tono lah yang akan menjadi pemenang game ini, dengan catatan Juned berhenti berburu malam ini karena merasa sudah menang sehingga tidak menambah tangkapan Pokemon lainnya yang selevel dengan Pikachu!.
Setelah mereka berjalan hingga ke tengah Komplek Pemakaman Umum itu, Tono merasa sudah waktunya untuk mencoba melempar PokeBall lagi. Dengan penuh konsentrasi dia melempar bola bulat berwarna merah-putih itu kearah Pikachu dan kali ini dewi Fortuna berpihak kepadanya. Ikon game Pokemon Go itu pun lenyap diliputi cahaya menyilaukan dan beberapa detik kemudian menghilang, terperangkap dalam PokeBall.
Tono berteriak sekeras-kerasnya penuh kegembiraan. Ia kemudian memeluk Tini dan menciuminya habis-habisan lalu mereka menari-nari seperti dua orang sinting di tengah-tengah Komplek Pemakaman Umum, disaksikan oleh seluruh penghuni kuburan baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Wajah keduanya begitu sumringah bak Tukang Bubur dan istrinya yang dapat hadiah naik haji ke Mekkah gratis!. Hati Tono begitu gembira karena yakin telah berhasil mengalahkan rival bebuyutannya, Ahmad Junaidi bin Haji Abdul Kodir bin Haji Ali Mugeni alias Juned. Sementara Tini merasa bahagia karena sudah membayangkan akan menambah koleksi pakaian, sepatu, tas mewah seperti yang dijanjikan Tono.
Puas menari-nari di tengah kuburan, Tono dan Tini lalu duduk beristirahat di bawah sebatang pohon Kamboja untuk melepas lelah akibat hampir setengah malaman mengukur jalan berburu Pokemon. Keduanya duduk sambil berangkulan dan membicarakan prospek masa depan yang akan mereka hadapi setelah berhasil memenangkan game ini.
Nah, pembaca... itulah Ashbabun Nuzul nya kenapa pada awal Cerpen ini, Tono dan Tini ada dikisahkan duduk berduaan di bawah pohon Kamboja dalam Komplek Pemakaman Umum Kelurahan Sukamendesah. Sekarang terbukti bukan, bahwa sama sekali tidak ada unsur horor apalagi unsur pornografi atau pornoaksi dari sebab musabab mereka duduk berduaan di tengah-tengah kuburan.
Oleh karena itu bagi Anda yang tadi pada awal membaca Cerpen ini sempat merasa su’udzon atau berburuk sangka kepada mereka berdua (ini cowok-cewek ngapain pacaran di kuburan?, apa mau berbuat mesum?, misalnya), segeralah bertobat dan meminta maaf karena su’udzon atau berburuk sangka itu (dan juga fitnah, hoax, ujaran kebencian) termasuk dosa yang merepotkan.
Karena untuk menebusnya tidak cukup hanya dengan memohon ampun kepada Allah Swt tapi juga wajib meminta kerelaan orang yang kita su’udzoni. Dalam kasus ini kepada Tono dan Tini. Tapi untuk mempermudah, Anda bisa menyampaikan permintaan maaf kepada Tono dan Tini melalui pengarang Cerpen ini, kok...
Baiklah,
Semula saya ingin menuntaskan Cerpen rasa Cerbung (Cerita Bersambung) ini sampai disini saja karena sudah mulur sampai lima halaman banyaknya. Saya juga sudah merasa capek mengetiknya. Tapi kok, rasanya ada yang kurang sreg atau ada yang kurang seru. So, bagi Anda yang matanya belum berkunang-kunang membaca Cerpen ini, serta punya stok kuota internet melimpah ruah, silahken dilanjout...!. — pen.
Seperti yang sudah diceritakan pada paragraf sebelumnya, Tono dan Tini duduk melepas lelah dibawah sebatang pohon Kamboja. Tono bercerita tentang asal muasal kenapa ia bisa melakukan perlombaan menangkap Pikachu dengan Juned, sementara Tini mendengarkannya dengan pikiran yang terbagi.
Sebagian mendengar cerita Tono, sebagian lagi mengingat, memilah dan memilih model pakaian yang mana?, sepatu yang mana?, dan tas yang mana?, yang akan diambilnya besok diantara model-model pakaian, sepatu dan tas yang pernah ia lihat pada acara blanja-blanji di Mall yang ia lakukan bersama Tono sebulan yang lalu.
Meskipun demikian telinganya masih awas mendengar suara-suara disekelilingnya seperti suara derik Jangkrik, suara dengkung kodok, suara kukuk burung hantu, maupun suara gesekan lembut ranting-ranting pohon-pohon yang dihembus angin malam. Diantara suara-suara alam itu, telinganya menangkap suara asing yang membuat keningnya berkerut serta menegakkan bulu romanya.
Ia segera menyentuh lengan Tono dan memberitahu tentang apa yang didengarnya itu.
"Bang... bang, coba diam sebentar dulu, bang," ujar Tini.
"Kenapa, dek?," tanya Tono keheranan.
"Coba abang dengar, suara apa itu?," kata Tini balik bertanya.
"Suara apa?," tanya Tono semakin keheranan.
"Itu... suara yang kayaknya mau kemari," jawab Tini.
Tono lalu menuruti saran kekasihnya itu. Ia terdiam dan menajamkan telinganya untuk mendengar suara apa yang dikatakan Tini. Begitu dapat mengenali suara apa itu?, wajahnya seketika berubah pucat. Ia menoleh ke arah Tini yang wajahnya juga sudah sama pucatnya.
Sreekk... sreekk...
Sreekk... sreekk...
Sreekk... sreekk...
Keduanya segera mengenali itu adalah suara langkah kaki yang diseret diatas tanah. Mengingat mereka sekarang berada ditengah-tengah Komplek Pemakaman Umum yang nyaris gelap gulita, lewat tengah malam pula!, suara langkah kaki yang diseret itu kontan saja menimbulkan bermacam-macam imajinasi yang menyeramkan.
Tono dan Tini kemudian bangun dari tempat duduk mereka semula dibawah pohon Kamboja. Keduanya saling berpegangan untuk mengantisipasi apapun yang suaranya kian mendekat itu. Saat itulah “sesuatu” itu pun muncul dari balik kegelapan dan mencolek Tono dari belakang lalu bertanya dengan nada suara menyeramkan:
"Siaaphaaaa khaaliaaaan....?. Nghaaapain malaam-malaam beghiiini aadaa diisiniii, haaahhh...?."
Tono dan Tini menoleh dan seketika mereka berteriak ketakutan.
"Seeettaaaaaaannnnn....!!," teriak Tini histeris.
"Poooccoooooooongg....!!," teriak Tono sama kerasnya.
Keduanya pun lari lintang pukang seperti jambret lagi dikejar-kejar massa. Beberapa kali kaki Tono tersandung, begitu pula Tini, namun keduannya tidak perduli dan terus lari sekencang-kencangnya menuju pintu gerbang keluar Komplek Pemakaman Umum Kelurahan Sukamendesah. Bahkan ketika sebelah sepatu kulit Tono yang bermerk Bally itu terlepas, ia terus berlari. Keduanya terus berlari sambil berteriak-teriak penuh ketakutan:
"Seeettaaaaaaannnnn....!!."
Poooccoooooooongg....!!."
Sementara itu ”makhluk menyeramkan” yang ditinggal kabur oleh Tono dan Tini justru mengomel panjang pendek.
"Memang kurang ajar sekali anak-anak muda jaman sekarang. Tidak punya adat!. Tidak punya sopan santun!. Sudah pacaran tidak pada tempatnya, tidak kenal waktu, ditegur baik-baik, ehhhh... bukannya terima salah, malah ngata-ngatain orang tua setaaann, laahh... pocooong, laahh...," gerutunya sambil melepaskan tutup kepala mukena berwarna putih yang ia kenakan.
Masih dengan mulut yang terus melontarkan gerutuan yang menggambarkan rasa kesalnya, ia berbalik hendak kembali menuju tempat asalnya. Seperti kedatangannya yang tidak dijemput, kepulangannya sepertinya juga tidak diantar. Namun baru saja berjalan perlahan beberapa langkah dengan langkah diseret-seret, ia menoleh karena mendengar suara langkah-langkah kaki lainnya yang mendekat menuju kearahnya.
Beberapa saat kemudian tampaklah dua orang anak muda yang berjalan menembus kegelapan dengan membawa senter untuk menerangi jalan mereka. Keduanya lalu menghampirinya dan bertanya dengan nada keheranan:
"Lhooo... nek Minah?. Ngapain tengah malam-malam begini ada disini?. Pakai mukena lagi!. Nanti dikira orang pocong perempuan lagi nunggu pacarnya, lho..."
"Pocong mbahmu sekarat!!. Nggak yang ini, nggak yang tadi, kalian semua sama-sama anak muda kurang ajar. Nggak ada hormat-hormatnya sama orang tua!," maki “pocong perempuan” yang rupanya bernama nek Minah itu.
"Yaaahh... nenek... jangan sewot begitu, dong... Siapa yang lihat nenek sekarang pasti juga pasti mikirnya begitu. Lagian nenek sendiri ngapain ada di kuburan?, pakai mukena warna putih?, trus mukanya dipasang bedak beras lagi?, trus siapa itu cowok sama cewek yang tadi kabur sambil teriak-teriak?," tanya salah seorang dari kedua anak muda itu bertubi-tubi.
"Itu dia yang nenek bilang, anak-anak muda sekarang banyak yang kurang ajar. Itu tadi orang lagi pacaran," jawab nek Minah.
"Orang lagi pacaran?. Tengah malam begini?. Di kuburan?. Memangnya nggak ada tempat lain apa?," tanya kedua anak muda itu takjub.
"Iyaa!!," jawab nek Minah tegas.
Pembaca yang terhormat, mohon dimaklumi apabila nek Minah ini juga memiliki prasangka buruk terhadap tokoh utama kita, Tono dan Tini. Beliau tidak tahu sebab musababnya Tono dan Tini bisa berada di kuburan karena tidak membaca Cerpen ini dari awal. Sekali lagi, mohon dimaklumi. — pen
"Trus, gimana ceritanya nenek bisa tahu mereka lagi pacaran?," tanya kedua anak muda itu lagi.
"Tadi itu nenek terbangun mau sholat Tahajud. Waktu mau ngambil air wudhu di kamar mandi, nenek dengar ada suara orang, laki-laki sama perempuan lagi ngobrol-ngobrol. Mesra sekali. Pasti orang lagi pacaran. Kalian tahu sendiri, kan... kalau kamar mandi rumah nenek nempel ke tembok komplek kuburan. Jadi suara apa saja yang datang dari komplek kuburan pasti kedengaran."
"Naaahh... trus, nenek masuk ke komplek kuburan lewat pintu gerbang belakang, mau tahu siapa itu?, anak muda mana?, yang nggak punya adat tengah malam lewat masih pacaran, di kuburan lagi!. Begitu sampai, nenek tegur mereka. Eeehhh... bukannya minta maaf, mereka malah kabur sambil teriak-teriak ngatain nenek..... "setaaann...!", "pocooong...!," kurang ajar sekali!," jelas nek Minah.
Ternyata, setelah tiga paragraf berlalu, nek Minah masih saja menyangka Tono dan Tini pacaran di kuburan. Oleh karena itu, demi meluruskan kesalahpahaman ini, begitu draft Cerpen ini selesai disusun, saya lalu memberikannya kepada nek Minah untuk dibaca. Apa komentar beliau setelah tahu yang sesungguhnya, Anda dapat ketahui pada bab Testimoni di bagian penutup Cerpen ini. Tapi itu nanti sajalah dibacanya kalau Cerpen ini sudah tamat. — pen
Kedua anak muda itu...
Lama-lama rasanya nggak enak juga menyebut kedua anak muda itu hanya dengan sebutan "kedua anak muda itu ". Biar bagaimanapun mereka pasti punya nama. Kalau kebetulan nanti ada Produser yang membaca Cerpen ini, lantas tertarik untuk men-sinetronkannya, rasanya kurang etis jika di bagian Credit Title, pada tag line nama mereka berdua hanya tertulis "DUA ANAK MUDA YANG BERADA DI KUBURAN". Biarpun status mereka cuma figuran.
Oleh karena itu untuk seterusnya kedua anak muda itu akan kita panggil saja dengan nama "Romi dan Kipli”.
Oh, yaa... jika ada diantara Anda yang menduga bahwa nama mereka ada kaitannya dengan nama kecil mantan Ketua Umum PPP, Muhammad Romahurmuzy dan mantan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, ketahuilah bahwa itu adalah dugaan yang sama sekali tidak berdasar. Itu hanyalah kebetulan belaka.
Seperti yang telah ditulis pada bagian awal, draft cerpen ini dibuat waktu tanggal tua dimana kuota internet tinggal sisa-sisa, maka saya tidak bisa browsing artikel tentang "Nama-nama Cantik untuk Bayi Anda dan Artinya". Oleh karenanya saya pakai saja nama-nama yang terlintas di benak saya saat itu. Kebetulan nama yang langsung terlintas adalah nama Romi dan Kipli. Begitulah ceritanya. — pen.
Kedua anak muda itu (yang sekarang telah kita ketahui bernama Romi dan Kipli) tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan nek Minah.
"Hahahahaha... yaaiyaalahh, nek... gimana mereka nggak teriak-teriak "setaaann! "... "Pocooong!". Nenek sendiri juga dandanannya begini. Tengah malam kelayapan di kuburan pake mukena putih, trus muka dipupurin bedak beras. Siapa juga yang lihat pasti nyangka nenek setan atau pocong. Hahahahahahaha....” kata Romi.
"Nggak gitu-gitu amat, keleus...," bantah nek Minah sok gaul. "Kalian sendiri nggak takut atau nyangka nenek setan atau pocong, kan...?."
"Kalau kami, seh... sudah pasti tahu itu nenek Minah yang lagi iseng keluyuran di kuburan," jawab Kipli. Kawannya, Romi nyengir membenarkan.
"Memangnya darimana kalian tahu itu nenek?," tanya nek Minah ngotot.
"Dari baunya, nek...," jawab Kipli.
"Iya," ujar Romi membenarkan perkataan Kipli. "Bau badan nenek, kan... khas sekali. Nggak ada yang punya," lanjut Romi.
"Iya!. Bau semur jengkol!. Biar dari jauh juga sudah kecium. Kalau ada bau semur jengkol itu pasti nek Minah!," kata Kipli dengan kejamnya.
"Kurang ajar!!," teriak nek Minah murka sambil mengacungkan tinjunya, sementara Romi dan Kipli telah melarikan diri diiringi tawa terbahak-bahak yang membuat merinding seluruh penghuni kuburan.
"Kuraanng ajar kalian!!. Awas kalian, yaa... Romahurmuzy!, Zulkifli!. Aku sumpahin kalian nggak dapat-dapat jodoh dan seumur-umur jadi Tukang Ronda!!," kutuk nek Minah sejadi-jadinya.
Pembaca yang terhormat, mungkin diantara Anda menuduh saya telah melakukan kebohongan publik karena pada paragraf sebelumnya saya sebutkan bahwa nama panggilan kedua anak muda yang bernama Romi dan Kipli itu tidak ada kaitannya dengan nama kecil mantan Ketua Umum PPP, Muhammad Romahurmuzy dan mantan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.
Ternyata faktanya, nama asli kedua anak muda itu (seperti yang diteriakkan oleh nek Minah) adalah Romahurmuzy dan Zulkifli. Persis seperti nama depan mantan Ketua Umum PPP, Muhammad Romahurmuzy dan mantan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.
Apakah saya telah berbohong?.
Sekali lagi saya yakinkan dan saya tegaskan bahwa itu hanyalah kebetulan belaka!. Percayalah!. Saya tidak berbohong, karena saya tidak pernah jadi pejabat atau anggota DPR!!. — pen.
Ternyata faktanya, nama asli kedua anak muda itu (seperti yang diteriakkan oleh nek Minah) adalah Romahurmuzy dan Zulkifli. Persis seperti nama depan mantan Ketua Umum PPP, Muhammad Romahurmuzy dan mantan Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.
Apakah saya telah berbohong?.
Sekali lagi saya yakinkan dan saya tegaskan bahwa itu hanyalah kebetulan belaka!. Percayalah!. Saya tidak berbohong, karena saya tidak pernah jadi pejabat atau anggota DPR!!. — pen.
Demi kedamaian dan perdamaian dunia tanpa perang yang menghabiskan banyak biaya dan menghabiskan kuota, penulis kira masalah ini tidak perlu diperpanjang lagi, yang jelas...
Makian serta kutukan yang disemburkan oleh nek Minah itu merupakan pertanda bahwa Cerpen rasa Cerbung ini sudah...
TAMAT
Tapi jangan kemana-mana dulu. Silahkan Anda istirahat, makan, minum, mandi, tidur, main catur, main Pokemon GO atau terserah apapun kegiatan yang Anda ingin lakukan, yang penting jangan lupa kembali karena setelah yang satu ini dan kita akan temui beberapa orang pemirsa yang dengan baik hati bersedia memberikan Testimoni usai membaca draft Cerpen rasa Cerbung ini.
***
Testimonial
Banyak karya-karya tulis, baik itu Cerpen, Cerbung atau artikel Features lainnya yang saya buat umumnya hanya untuk koleksi pribadi saja. Sebagian lagi ada pula yang di upload ke blog ini.
Namun berbeda halnya dengan Cerpen rasa Cerbung yang berjudul " The Adventure of Tono and Tini " ini. Begitu draft Cerpen rasa Cerbung ini selesai disusun dan diedit, sebelum di upload ke blog, saya print dan perlihatkan kepada beberapa orang teman, sahabat, saudara, tetangga maupun sekedar orang lewat untuk dibaca dan dikomentari.
Komentar-komentar mereka yang dalam dunia sastra cerita dikenal dengan istilah Testimoni itu kemudian akan disertakan saat pada sebuah karya tulis dicetak. Jika Anda membeli sebuah Novel, misalnya, akan Anda temukan kumpulan Testimoni ini terlampir pada halaman muka sebuah Novel atau bisa juga Anda temui pada cover belakang Novel dibawah Sinopsis.
Berikut adalah Testimoni yang diberikan oleh beberapa orang teman, sahabat, saudara, tetangga maupun sekedar orang lewat yang bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk membaca dan mengomentari draft Cerpen rasa Cerbung yang berjudul "The Adventure of Tono and Tini" ini.
Selamat membaca.
"Aroma kelucuannya begitu menyengat sampai ke lubang hidung."
Zakir — (bukan... bukan... ini bukan Dr. Zakir Naik, intelektual muslim asal India yang terkenal itu. Ini Cuma si Zakir, karyawan sebuah kedai farfum isi ulang).
"H4h4h4h4h4... lutu 61n9it5 c3rit4n4."
Rina dan Sinta — ABG Alay.
"Cerpennya bagus. Nahh, beli rokoknya, doong... Oom. Tadi Oom, kan udah janji, kalo Novi ngasih komen, Oom beli jualan Novi."
Novi — SPG rokok (terpaksa beli jualannya, plus nggak lupa minta nope nya).
"Cukup menghibur. Lumayan buat menghilangkan stress gara-gara sekarang apa-apanya serba mahal. Bayangin saja masak daging sekilo harganya bisa sampe seratus ribuan. Belum lagi harga ikan, telor, cabe giling.... "
Ibu Dewi — Ibu rumah tangga (mohon maaf, curhat si ibu soal harga-harga di pasar terpaksa di cut karena kepanjangan).
"Ini benaran kamu yang bikin?. Bukan jiplak bikinan orang lain, kan...?."
Ibu Rossi — Ibu rumah tangga juga (ibu yang satu ini memang suka sinis, harap maklum).
"Ceritanya cukup lucu. Tapi ngomong-ngomong, apa itu Pokemon GO?."
Bang Dodi — Sopir oplet.
"Apaan ini?. Kalo cuma segini kertasnya mana bisa dijual, Boss... seons juga nggak ada."
Bang Rus — Tukang karah (bagi yang belum tahu, tukang karah itu adalah istilah lokal untuk pengepul barang-barang bekas alias pemulung).
"Benar-benar nggak nyangka, rupanya bapak berbakat menulis juga. Oh, yaa... pilkada besok jangan lupa nyoblos, yaa... jangan Golput melulu !. Ingat ,coblos yang sudah pengalaman."
Ibu Neni — Ibu rumah tangga merangkap istri ketua RW. Suaminya anggota Timses Calon Gubernur petahana.
"Ceritanya bagus. Menarik. Juga lucu. Tema nya up to date. Plot mengalir lancar. Gaya bahasanya mengikuti trend. Pokoknya Super sekali!!."
Pak Irvan — Dosen Fakultas Psikologi. Penggemar Mario Teguh, yang kukuh memegang prinsip: "Jangan lihat skandal memalukan yang menimpanya, Lihatlah apa yang dikatakannya."
Ashtagfirullahal adzieem!!. Apa antum tidak tahu bahwa menurut Islam, pacaran itu hukumnya haram?. Kok, bisa-bisanya antum membuat cerita tentang orang pacaran?. Di kuburan lagi?!. Masya Allah!!. Segeralah antum bertaubat!!."
Wahid — Marbot mesjid mendadak ustad, simpatisan partai yang ngakunya paling Islam (buat yang satu ini, no komen sajalah).
"Duuhh... jadi nenek sudah salah sangka, yaa...?. Kalau begitu, tolong disampaikan permintaan maaf nenek sama si Tono dan Tini, yaa..."
Nek Minah — Salah seorang pelakon dalam Cerpen ini.
"Maaf, mas... saya lagi sibuk. Nggak sempat baca."
Anonim — Orang lewat.
"*****AHOK!!*****!!!*****AHOK!!*****!!!*****KAFIR !!!*****!!!*****!!!*****MUNAFIK*****!!!."
Abu Fakir Al Bahlul (nama samaran) — Aktivis Ormas garis keras yang yakin banget bakal masuk sorga karena (merasa) sorga itu punya bapak moyangnya dan juga udah beli tiket masuknya waktu Pilpres kemarin. (mohon maaf, komentarnya terpaksa disensor karena tidak layak muat dan penuh unsur SARA dan ujaran kebencian).
Banyak karya-karya tulis, baik itu Cerpen, Cerbung atau artikel Features lainnya yang saya buat umumnya hanya untuk koleksi pribadi saja. Sebagian lagi ada pula yang di upload ke blog ini.
Namun berbeda halnya dengan Cerpen rasa Cerbung yang berjudul " The Adventure of Tono and Tini " ini. Begitu draft Cerpen rasa Cerbung ini selesai disusun dan diedit, sebelum di upload ke blog, saya print dan perlihatkan kepada beberapa orang teman, sahabat, saudara, tetangga maupun sekedar orang lewat untuk dibaca dan dikomentari.
Komentar-komentar mereka yang dalam dunia sastra cerita dikenal dengan istilah Testimoni itu kemudian akan disertakan saat pada sebuah karya tulis dicetak. Jika Anda membeli sebuah Novel, misalnya, akan Anda temukan kumpulan Testimoni ini terlampir pada halaman muka sebuah Novel atau bisa juga Anda temui pada cover belakang Novel dibawah Sinopsis.
Berikut adalah Testimoni yang diberikan oleh beberapa orang teman, sahabat, saudara, tetangga maupun sekedar orang lewat yang bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk membaca dan mengomentari draft Cerpen rasa Cerbung yang berjudul "The Adventure of Tono and Tini" ini.
Selamat membaca.
"Aroma kelucuannya begitu menyengat sampai ke lubang hidung."
Zakir — (bukan... bukan... ini bukan Dr. Zakir Naik, intelektual muslim asal India yang terkenal itu. Ini Cuma si Zakir, karyawan sebuah kedai farfum isi ulang).
"H4h4h4h4h4... lutu 61n9it5 c3rit4n4."
Rina dan Sinta — ABG Alay.
"Cerpennya bagus. Nahh, beli rokoknya, doong... Oom. Tadi Oom, kan udah janji, kalo Novi ngasih komen, Oom beli jualan Novi."
Novi — SPG rokok (terpaksa beli jualannya, plus nggak lupa minta nope nya).
"Cukup menghibur. Lumayan buat menghilangkan stress gara-gara sekarang apa-apanya serba mahal. Bayangin saja masak daging sekilo harganya bisa sampe seratus ribuan. Belum lagi harga ikan, telor, cabe giling.... "
Ibu Dewi — Ibu rumah tangga (mohon maaf, curhat si ibu soal harga-harga di pasar terpaksa di cut karena kepanjangan).
"Ini benaran kamu yang bikin?. Bukan jiplak bikinan orang lain, kan...?."
Ibu Rossi — Ibu rumah tangga juga (ibu yang satu ini memang suka sinis, harap maklum).
"Ceritanya cukup lucu. Tapi ngomong-ngomong, apa itu Pokemon GO?."
Bang Dodi — Sopir oplet.
"Apaan ini?. Kalo cuma segini kertasnya mana bisa dijual, Boss... seons juga nggak ada."
Bang Rus — Tukang karah (bagi yang belum tahu, tukang karah itu adalah istilah lokal untuk pengepul barang-barang bekas alias pemulung).
"Benar-benar nggak nyangka, rupanya bapak berbakat menulis juga. Oh, yaa... pilkada besok jangan lupa nyoblos, yaa... jangan Golput melulu !. Ingat ,coblos yang sudah pengalaman."
Ibu Neni — Ibu rumah tangga merangkap istri ketua RW. Suaminya anggota Timses Calon Gubernur petahana.
"Ceritanya bagus. Menarik. Juga lucu. Tema nya up to date. Plot mengalir lancar. Gaya bahasanya mengikuti trend. Pokoknya Super sekali!!."
Pak Irvan — Dosen Fakultas Psikologi. Penggemar Mario Teguh, yang kukuh memegang prinsip: "Jangan lihat skandal memalukan yang menimpanya, Lihatlah apa yang dikatakannya."
Ashtagfirullahal adzieem!!. Apa antum tidak tahu bahwa menurut Islam, pacaran itu hukumnya haram?. Kok, bisa-bisanya antum membuat cerita tentang orang pacaran?. Di kuburan lagi?!. Masya Allah!!. Segeralah antum bertaubat!!."
Wahid — Marbot mesjid mendadak ustad, simpatisan partai yang ngakunya paling Islam (buat yang satu ini, no komen sajalah).
"Duuhh... jadi nenek sudah salah sangka, yaa...?. Kalau begitu, tolong disampaikan permintaan maaf nenek sama si Tono dan Tini, yaa..."
Nek Minah — Salah seorang pelakon dalam Cerpen ini.
"Maaf, mas... saya lagi sibuk. Nggak sempat baca."
Anonim — Orang lewat.
"*****AHOK!!*****!!!*****AHOK!!*****!!!*****KAFIR !!!*****!!!*****!!!*****MUNAFIK*****!!!."
Abu Fakir Al Bahlul (nama samaran) — Aktivis Ormas garis keras yang yakin banget bakal masuk sorga karena (merasa) sorga itu punya bapak moyangnya dan juga udah beli tiket masuknya waktu Pilpres kemarin. (mohon maaf, komentarnya terpaksa disensor karena tidak layak muat dan penuh unsur SARA dan ujaran kebencian).
Asli
TAMAT
Nggak pake tipu-tipu!
TAMAT
Nggak pake tipu-tipu!
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar
Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)