Pagi yang cerah. Matahari menyinari alam dengan cahaya lembut. Burung-burung berkicau meningkahi desir angin yang membawa kehangatan.
Di pagi yang cerah itu, bu Hajjah Astrid Ilham tampak tengah bercengkrama dengan para pembantunya di taman bunga yang menghiasi halaman rumah nan luas itu.
Para pembantu, bahkan kucing-kucing siam yang sedang berjemur diam-diam menyimak tingkah sang majikan yang seperti sedang mencumbui bunga-bunga kesayangan yang dirawat bak anak dan cucunya sendiri.
Terkadang ia merindukan menggendong dan membuai seorang cucu, namun sampai saat ini putri sulungnya, Citra, belum jua terbetik niat untuk menikah. Menikah nampaknya masih menjadi satu urusan yang kesekian ribu diantara semua kesibukannya.
Tak pelak, bu Astrid pun mengalihkan kerinduannya pada bunga-bunganya. Wanita berkulit kuning langsat berusia 55 tahun itu hafal setiap bunga yang tumbuh mekar di halamannya. Ada mawar, kamboja, melati, anggrek, aster, sirih hijau, sirih merah,dan masih banyak lagi dalam aneka warna dan rupa menghiasi keluasan halaman rumahnya.
Semuanya dirawatnya penuh cinta dan kasih sayang. bu Astrid tahu perubahan sekecil apapun yang terjadi pada bunga-bunganya, seakan-akan bunga-bunga itu bercerita padanya dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri.
Bu Astrid senantiasa berpesan kepada semua pembantunya :
"Sirami bunga-bunga saya setiap pagi."
"Taburkan pupuk organik di akar secukupnya."
"Jangan membakar sampah di halaman, nanti mereka sesak napas."
Setiap pagi bu Astrid rajin menyambangi bunga-bunganya. Menyapa, menyalami mereka satu per satu bahkan membelai mahkota atau kuncup yang baru muncul. Pernah suatu kali ketika ia baru saja pulang dari perjalanan menemani suaminya keluar kota, hal pertama yang ia lakukan adalah menuju kebun bunganya dan seketika ia berseru kepada pembantu kesayangannya dengan nada penuh ketakjuban,
"Lihat, Minah...bunga mawar, melati dan anggrekku tersenyum dan melambai-lambai padaku. Katanya : "Lihat aku !. Lihat aku !. Kuncup bungaku sudah merekah !". Aduhai, Minah.... mawar, melati dan anggrekku girang sekali menyambut aku pulang !."
Para pembantunya hanya menggeleng-geleng kepala melihat ucapan majikan mereka. Seakan dalam hati mereka berkata : "Mana ada bunga bisa tersenyum, berbicara atau melambai-lambai". Begitu juga Bi Minah yang hanya menggelengkan kepala penuh keheranan. Aneh benar, mana bisa bunga menyambut kedatangan orang, pikirnya.
Yahh, apa hendak dikata. Tentu saja mereka bukanlah sastrawan yang pandai berkhayal. Alam pikiran mereka hanya terbatas pada apa yang terlihat saja. Mereka tak mampu menangkap nuansa-nuansa imajinasi yang tak dapat dicerna oleh akal dan penglihatan.
Bila ada bunga yang tampak kurang sehat, bu Astrid akan memindahkannya ke dalam pot yang bisa dibawa ke dalam rumah. Ia akan menempatkan bunga itu di meja di ruang tempat ia selalu menonton setiap hari, agar bisa disentuh dan diajaknya berbicara. Pagi hari bunga itu akan dijemurnya di bawah sinar matahari dan siang hari dibawanya masuk ke dalam rumah.
"Memang benar-benar seperti merawat anak atau cucunya sendiri yang sedang sakit. Padahal anak-anaknya sudah gede-gede, tapi belum ada juga yang mau memberinya cucu." kata bi Minah pada pak Sumiran yang bekerja sebagai tukang kebun.
Merawat bunga-bunganya memang adalah kegiatan utama bu Astid. Harus diakui memang, bunga-bunga bu Astrid sungguh cantik-cantik. Anggrek yang berbunga putih, ungu, kuning, dan pink mekar sempurna dengan mahkota besar merekah.
Bunga mawar seakan tak mau kalah, yang merah, peach, dan putih berlomba-lomba memamerkan keindahannya, sementara melati putih yang menawan bergerombol di perdu-perdu dengan kewangian yang memesona. Pohon kamboja di pot-pot besar juga menampilkan bunga-bunganya yang berwarna pink, kuning dan putih, sementara bunga teratai di pot berair diam-diam memikat hati dengan hamparan kelopak berwarna putih dan pink.
Terkadang ia merindukan menggendong dan membuai seorang cucu, namun sampai saat ini putri sulungnya, Citra, belum jua terbetik niat untuk menikah. Menikah nampaknya masih menjadi satu urusan yang kesekian ribu diantara semua kesibukannya
Demikianlah, taman bunga bu Astrid selalu tampak semarak dengan bunga-bunganya yang indah. Selain itu bu Astrid juga mengerti akan makna warna pada tiap bunganya.
"Kalau bunga mawar yang satu ini banyak diartikan sebagai pengungkapan rasa pertemanan kita kepada seseorang, karena warna peach merupakan warna yang melambangkan kehangatan dari suatu ikatan.
Meskipun mawar warna peach ini jarang digunakan orang pada saat valentine, tetapi sesungguhnya mawar peach ini memiliki arti warna yang melambangkan persahabatan yang erat sehingga mawar peach ini dapat kita berikan pada sahabat kita saat hari Valentine untuk melambangkan rasa persahabatan kita kepada mereka." Katanya sambil mengelus-elus mawar warna peach dengan penuh sayang. "Benar,kan... bungaku ?," lanjutnya sambil melirik kucing siamnya yang berbulu krim halus.
Sang kucing pun mengeong seolah menyetujui perkataan tuannya.
"Sini, pus!, sini lihat mawar putih ibu !," ajaknya pada sang kucing seakan ia juga bisa berbicara."Mawar putih ini terlihat bersinar dan sangat cantik. Mawar putih banyak digunakan para pria untuk memuja wanita.
Simbol dari jenis mawar putih ini adalah cinta sejati, kemurnian, kesungguhan, kelembutan, kesucian dan kerendahan hati. Apabila pada hari Valentine mendapat kejutkan mawar putih, berbahagialah karena artinya si dia ingin menunjukkan ketulusan cintanya.
Dan tahukah kamu, pus ?. Mawar merah memang paling populer di antara mawar-mawar lainnya. Mawar merah memiliki makna cinta, kecantikan, keberanian, penghormatan, keromantisan, dan ucapan selamat. Maka, mawar merah ini sangat cocok untuk menyatakan perasaan cinta seseorang.
Lalu ini... mawar merah muda ini memiliki warna yang menggemaskan, sangat menggoda dan membuat siapa pun yang menerimanya tersipu malu. Mawar pink melambangkan penghargaan, kebahagiaan, kekaguman, kelembutan, kasih sayang dan ucapan terima kasih sebagai seorang sahabat yang dekat.
Mawar ini mungkin jarang dijumpai, dan tak begitu populer. Namun pesan yang tersimpan di dalamnya begitu dalam, seolah seperti si dia ingin mengatakan "Aku ingin kamu jadi bagian di dalam hidupku." Warna oranye atau jingga menyimbolkan gelora cinta yang menggebu-gebu, kekaguman yang luar biasa, dan rasa haus akan cinta." Demikian kata Bu Astrid penuh bangga. "Lihat, semua mawar-mawarku tersenyum lagi, mengangguk setuju !."
Para pembantu diam-diam tersenyum geli dan sebagian semakin kencang menggeleng-gelengkan kepala.
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar
Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)