
Tubuhnya agak gemuk. Wanita itu menggunakan gamis dan kepalanya dibalut kerudung pashmina.
"Cit !, Citraa..., Citraa...," panggilnya kemudian ketika perempuan berjilbab itu sampai di depan pintu kamar.
"Tok !. Took !!. Toook !!!." Tangan kanan perempuan paro baya itu mengetuk pintu kamar dengan agak keras.
"Bangun, sayang. Kamu ndak berangkat kuliah ?. Sudah pukul setengah tujuh. Nanti kamu terlambat. Ayo bangun !," lanjutnya setengah bertanya setengah memerintah.
"Iya, bunda !," Terdengar suara sahutan seorang gadis dari dalam kamar dengan nada manja.
"Bangun,Cit..," kata perempuan setengah baya yang dipanggil Bunda itu lagi
"Iya.... iyaaa, bun... Citra sudah bangun " Sahut si gadis.
"Kalau sudah bangun cepeat mandi dan sarapan. Tuh, pak Saleh sudah siap-siap mengantarkan kamu ke kampus," kata sang bunda menyuruh putrinya bergegas mandi dan sarapan.
"Ya... Ya.... Citra mau mandi nih" sahut putrinya dari balik pintu dengan nada sewot.
Perempuan paro baya itu menggeleng-geleng kepalanya bila ia teringat karakter putrinya, yang agak manja, keras hati, keras kepala, dan sulit disuruh disiplin. Padahal usianya sudah menginjak 24 tahun. Padahal sudah kuliah S2 prodi Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang dan kurang beberapa bulan lagi akan merampungkan S2 nya.
Putrinya itu selalu mendebatnya dengan alasan yang sama bahwa seorang Muslimah tidak selalu harus menutupi rambutnya dengan mengenakan kerudung. Sebab meskipun seorang Muslimah mengenakan jilbab, belum tentu agama dan akhlaknya terjamin
Sudah teramat sering perempuan paro baya itu membujuk putrinya agar mau mengenakan jilbab. Tapi putrinya itu selalu beralasan dengan argumen bergaya intelektual bahwa seorang gadis Muslimah tidak selalu harus mengenakan jilbab dalam menunjukkan ketaatannya dan identitasnya sebagai seorang muslim
Putrinya itu selalu mendebatnya dengan alasan yang sama bahwa seorang Muslimah tidak selalu harus menutupi rambutnya dengan mengenakan kerudung. Sebab meskipun seorang Muslimah mengenakan jilbab, belum tentu agama dan akhlaknya terjamin.
Seorang muslimah yang memakai jilbab belum tentu dapat menjaga kemurnian hati dan kesucian jiwanya. Seorang Muslimah yang mengenakan jilbab belum tentu taat dalam mendirikan shalat, mengaji Al-Quran atau menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Putrinya itu juga menunjukkan banyak bukti, baik dari berita-berita di media cetak maupun media elektronik bagaimana seorang Muslimah yang mengenakan jilbab dan gamis dan ternyata memiliki perilaku sesat. Banyak diantara mereka yang sudah mempunyai suami dan anak justru tertangkap basah berselingkuh dan berzina dengan lelaki lain di hotel maupun wisma.
Betul rambutnya ditutupi hijab sehingga ia sekilas ia tampak salehah dan alim. Tetapi dibalik itu ternyata sering dipakai oleh cukong-cukong dan boss-boss perusahaan besar, selingkuhan dosen, tidak pernah shalat, ataupun jika shalat hanya agar dilihat orang. Dia pun tidak pandai mengaji, dan tidak memahami ajaran agama dengan benar. Jilbab yang dikenakannya hanyalah topeng untuk menipu orang-orang !.
Jilbab hanya dijadikan kedok dalam menutupi ke busukan hati dan jiwanya. Jilbab hanya digunakan untuk menarik pasangannya agar tidak pindah ke lain hati. Jilba belum tentu menjamin bahwa orang yang memakainya mengerudungi hatinya.
Buktinya banyak artis ibu kota atau para pemain film-sinetron yang mengenakan jilbab hanya sebagai tuntutan peran. Tak lebih dari hanya sekedar akting. Hanya untuk mengejar rating filmnya. Dan setelah itu atau ketika off syuting, maka jilbabnya melayang.
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.