Kejarlah Daku Kau Ku Kuras (Eps.11)

kamar set minimalisKembali ruang tamu itu bergemuruh oleh tawa akibat celetukan Adit, adik bungsu Angga. Sementara Desmita semakin menundukkan wajahnya dalam-dalam karena perasaan malu bercampur geram.

Rona wajahnya berubah-ubah berganti-ganti dari merah muda menjadi merah padam. Hatinya mengutuki rentetan kesialan yang menimpanya sejak dia turun dari mobil kanvas siang tadi.

Sebentuk rencana untuk membalas dendam terhadap biang keladi semua peristiwa memalukan yang menimpanya hari ini perlahan-lahan mulai terangkai.

Gambaran aneka perasaan yang berkecamuk di wajah Desmita itu rupanya menjadi perhatian Achyar, kakak sulung Angga, sehingga dengan bijak dia memutuskan untuk "menyelamatkan" Desmita dari rasa canggung.

"Sudah... sudah," katanya memutus gemuruh tawa yang lain. "Sudahlah... urusan empang mbah Roto ndak usah dibahas lagi, juga urusan kelakuan bocah gendheng ini," lanjut Achyar sambil melemparkan tatapan mematikan kearah Angga, yang cuma bisa tersenyum kecut. Membantah pun tak ada gunanya.

"Sekarang kita balik ke urusan semula yaitu soal perabotan kamar aku sama Yuni," katanya lagi.

Bapak Angga, yang sudah berhenti tertawa mengangguk-angguk.

"Yaa... yaa... Achyar benar, " katanya.

"Begini, nduk... Achyar sama Yuni ini dua minggu lagi akan menikah. Semua persiapan hampir selesai, kecuali soal perabotan kamar pengantin nanti. Makanya rencananya lusa kami semua mau ke pasar minggu buat nyari-nyari perabotan yang cocok buat isi kamarnya. Tapi kalau kamu bisa menyediakannya, yaaa... bagus, jadi kami ndak perlu repot-repot lagi. Nah, nduk... perabotan apa saja yang bisa kamu sediakan buat melengkapi kamar Achyar dan Yuni nanti ?," jelas bapak Angga panjang lebar kepada Desmita.

Demita menggangguk tanda mengerti, lalu segera membuka tasnya. Dari dalam tas dia mengeluarkan "perlengkapan tempurnya" yang berupa beberapa buah display map, tablet, notes dan kalkulator. Dibalut keyakinan besar akan keberuntungan yang mungkin dapat menggantikan kesialan yang menimpanya, Desmita pun merubah moodnya menjadi seorang sales profesional.

"Mas Achyar sama mbak Yuni maunya jenis perabotan apa saja buat melengkapi isi kamarnya nanti ?," tanya Desmita.

"Yaa... apa saja yang perlu, sebab kamar kami sekarang masih kosong melompong. Maklum, baru saja selesai dibangun," jawab Achyar.

"Yang paling penting, tempat tidur sama lemari pakaian, mas...," kata Yuni yang untuk pertama kalinya mengeluarkan suaranya setelah sejak dari tadi hanya diam, kepada Achyar.

"Yaa... yaa... itu yang paling penting," kata Achyar mengiyakan. "Tapi aku rasa kamu perlu meja rias juga."

"Itu juga. Tapi yang paling penting dua yang itu dulu saja," balas Yuni.

Desmita yang mengamati diskusi kedua orang calon suami istri itu dengan penuh minat dan harapan yang semakin membuncah, menukas :

"Mas dan Mbak... nggak usah bingung. Kami juga menyediakan, kok... satu set perabotan lengkap untuk satu kamar, namanya kamar set. Satu kamar set terdiri dari tempat tidur, lengkap dengan kasur dan bantalnya. Lalu satu buah lemari pakaian, satu set meja rias dan satu set nakas, itu meja kecil yang diletakkan disamping tempat tidur."

"Oooo... begitu," kata Achyar. "Kamu punya contoh gambarnya, biar bisa kami lihat-lihat," lanjut Achyar.

"Ada, mas...," kata Desmita yang lalu memilah-milah halaman display mapnya pada halaman yang menampilkan bermacam-macam gambar kamar set dan kemudian membagi-bagikannya kepada Achyar dan Yuni, bapak dan ibu Angga. Ketika Angga menyodorkan tangannya untuk meminta display map, dengan sengit Desmita menepisnya dan memberikannya kepada Anna. Melihat hal itu bapak Angga kembali terkekeh-kekeh.

"Roso'no ulahmu, cah gendheng...!."

Roso'no ulahmu, cah gendheng : rasakan (akibat) perbuatanmu, anak bandel

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar