Tidak seperti kelihatannya, ternyata empang tersebut dalamnya hanya sepinggang saja. Dengan berjongkok didasarnya, maka hanya kepala mereka yang timbul dipermukaan.
Kawanan lebah yang jumlahnya tak terhitung itupun sampai ke atas empang. Karena kehilangan mangsa, mereka berputar-putar diatas permukaan air.
Setiap kali ada yang terbang terlalu rendah, cowok itu berkata kepada Desmita,
"Menyelam !."
Maka menyelamlah mereka sampai tidak kuat lagi menahan nafas, baru kembali muncul ke permukaan. Waktu kawannan lebah mendekat lagi, kembali mereka menyelam. Begitu seterusnya sampai kawanan lebah tersebut bubar dengan sendirinya.
Setelah keadaan dirasa aman, merekapun merayap ke tepi empang lalu keluar dari air. Sambil memandangi persimpangan jalur yang tampaknya masih dikerumuni kawanan lebah si cowok berkata,
"Kayaknya udah aman, neh... tawonnya udah pada pergi," ujarnya. Kemudian dia menoleh kearah Desmita. Sejenak dia tampak tercengang, lalu diiringi seringai jail dia berdecak.
"Wooww...!."
Desmita yang sejak keluar dari empang sibuk memilin-milin rambutnya untuk memeras air yang membasahi rambutnya, berhenti saat mendengar decak cowok tersebut yang memandanginya dengan tatapan seperti ingin menelannya bulat-bulat.
"Apanya yang 'woow...' ?, apa lihat-lihat !," bentak Desmita jutek.
Dibentak begitu si cowok malah tersenyum tambah lebar dan terus memandangi Desmita. Merasa ada yang aneh, Desmita memeriksa keadaan dirinya. Begitu mengetahui apa yang menyebabkan cowok itu berdecak 'woow...', mukanya langsung merah padam !.
Rupanya tanpa disadari, keadaannya yang basah kuyup membuat pakaiannya melekat erat dan membayang lekuk-lekuk tubuhnya. Pandangan si cowok kearah dadanya membuat Desmita memeriksa bagian itu dan alangkah malunya dia ketika melihat dua kancing teratas kemejanya terbuka memperlihatkan belahan dada serta BH-nya !.
Turun kebawah ke celananya mukanya kian merah padam, sebab meskipun sudah terkancing, sepertinya dia lupa menarik resleting celananya dan dari sela celananya itu mengintiplah CD-nya !.
"Aaaaaa..!, parno...! parno...!, jangan lihat...!, jangan lihat...!," jerit Desmita histeris.
Sambil tertawa terbahak-bahak si cowok berbalik memberi kesempatan bagi Desmita memasang kancing baju dan menarik resleting celananya. Meskipun merasa sebal sekali, sesungguhnya Desmitapun ingin mengatakan 'wooow...', saat melihat penampilan cowok didepannya ini.
Seperti dirinya, kaos oblong yang dikenakan cowok itupun basah kuyup dan melekat erat di badannya membuat bayangan sebentuk tubuh yang kekar dengan dada bidang serta perutnya itu... woooowww... bikin cewek manapun meneteskan air liur. Perut yang rata dan kotak-kotak, book...!.
Meskipun wajahnya asli tampang mas-mas, tapi mas-mas yang gantengnya. Manis dengan kumis tipis menambah daya pikatnya. Well... tampang lumayan, body atletis, rambut ikal berantakan membuat siapapun ingin mengacak-acaknya membuat kekurangannya sebagai "pembalap - pemuda berkulit gelap", menjadi tidak berarti banyak. Pokoknya menurut kriteria cowok idaman versi Desmita, dia layak mendapat ponten 7.
Puas tertawa, si pembalap dengan ponten 7 itu bertanya kepada Desmita.
"Kamu siapa ?, darimana ?, kenapa tau-tau muncul di jalan angkong ?."
"Aku sales WaWa. Aku dari SP 2 mau ke SP 4. Aku malas lewat jalan poros sebab mesti muter dulu ke SP 3, padahal aku musti buru-buru. Makanya motong jalan lewat jalan angkong," jawab Desmita.
"Sales WaWa ?, apa'an tuh...?," tanya si pembalap selanjutnya.
"WaWa itu singkatan PT. Wara Wiri. Kami ngejual perabot sama elektronik, cash n' kredit. Aku jadi salesnya. Hari ini kami prospek disini," jelas Desmita.
"Oooo... sales perabotan." komen si pembalap singkat.
"Iyaa... sama elektronik juga. Tipi, kulkas, mesin cuci, DVD, TV kabel, hape... pokoknya banyak," kata Desmita sekalian berpromosi.
"Hmmm... hmmmmm.... hmmmmm.... kebetulan sekali," si pembalap bergumam dan menganggukkan kepalanya. "Nama kamu siapa ?," lanjutnya.
"Nama aku Mita. Kamu siapa ?." jawab Desmita dan balik bertanya.
"Aku Angga. Aku tinggal di SP 3," jawab si pembalap yang rupanya bernama Angga tersebut.
"Oke, Mita... sekarang begini. Kamu ikut aku ke rumahku. Ada yang mau aku liatin. Disana kamu bisa mandi dan nyuci baju," lanjutnya.
"Mandi, sih... nggak masalah. Tapi kalo nyuci baju, kapan keringnya ?. Liat tuh... sekarang aja udah mendung mau hujan lagi," protes Desmita.
"Taelaa... kamu ini beneran sales apa bukan, sih...?. Nyucinya bukan pake tangan, tapi pake mesin cuci !. Yang namanya mesin cuci pasti ada pengeringnya. Fahaaam, bu...!," balas Angga.
Ohh, iyaa.. aku lupa !, kutuk Desmita dalam hati. "Siapa juga yang bilang musti nyuci pake tangan ?! "
"Haaahhh... dasar sales. Paling pinter kalo disuruh ngeles. adaaaaaa... aja jawabannya," komen Angga. "Jadi nggak kamu bersih-bersih di rumahku ?."
"Jadi... jadi... tapi ambilin dulu, dong... sepatu aku...," jawab Desmita lalu menunjuk ke tengah empang dimana sepasang sepatunya tampak mengambang.
Dengan menggunakan pelepah sawit yang sudah mengering, Angga meraih sepatu Desmita dan menariknya ke tepi empang. Setelah memasang kembali sepatunya yang basah itu, Desmita melangkah mengikuti Angga.
"Aaaa... aku lupa. Tas aku !. Ketinggalan di tempat pipis !," seru Desmita.
"Pipis ?!."
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar
Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)