Kejarlah Daku Kau Ku Kuras (Eps.2)

panorama perkebunan kelapa sawitSetelah puas memaki-maki dan menendangi pohon sawit, Desmitapun beranjak pergi. Tak jauh dari situ dia melihat ada bangunan semacam bale-bale, mungkin pos ronda. Sesampainya disana, diapun duduk.

Meskipun hatinya panas dan kesal, sesungguhnya dia amat resah. Satu-satunya harapan mendapat PK hari ini lenyap sudah. Sambil mendesah, dipandanginya langit kelabu. Sekelabu perasaannya.

"Mita... Mitaaa...!," terdengar seseorang memanggil namanya.

Desmita menoleh kearah suara tadi. Tampak Irma, teman satu tim sekaligus sahabatnya yang paling akrab, berjalan menghampiri. Setelah dekat, sambil terkekeh-kekeh Irma berkata,

"Kenapa, say ?, muka kamu kok.. ditekuk mirip dompet tanggung bulan ?!."

"Memang lagi tanggung bulan, kok..." jawab Desmita ketus.

Mendengar jawaban Desmita yang ketus, Irma malah tertawa terbahak-bahak.

"Duilee.... yang lagi jutek. Kenapa, say... kok mukamu asem gitu ?!," tanya Irma.

Desmita lalu bercerita sekaligus menumpahkan uneg-unegnya, tentang betapa sialnya dia barusan.

"Jadi, kamu batal dapat PK gara-gara istri prospek kamu cemburu sama kamu ?!," tanya Irma.

"Yaaa... gitu, deh," jawab Desmita dengan nada suara yang menyiratkan kedongkolan.

Kembali Irma tertawa terkekeh-kekeh, kemudian dia berkata,

"Salah kamu juga sih, say... kenapa jadi orang kok, cakep bener. Ditambah kamunya gampang akrab. Makanya banyak yang salah faham. Pak Asril aja, manejer kita dulu pernah ngomong : "Mitaaa... kamu kok, mau-maunya jadi sales perabot. Kamu, tuh... pantesnya jadi sales mobil atau sales rokok". Kamu ingat, khan... omongan pak As dulu ?!."

"Huuhh... pak Asril, nggak tahu aja gimana mamaku. Jadi sales mobil atau sales rokok itu musti berpenampilan seksi, pake make up setebal dempul, trus musti pake baju ketat en rok mini. Bikin paha ama betis diumbar-umbar. Belum lagi kalau duduk musti hati-hati. Kalo nggak CD kita ngablak kemana-mana. Jadi tontonan gratis orang-orang. Kalo aku bikin yang kek gitu bisa-bisa aku digantung di pohon jambu depan rumah atau nggak diaku anak sama mamaku !."

Lagi-lagi Irma tertawa terbahak-bahak, "Betul... betul... mama kamu pasti begitu," kata dia mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kamu sendiri gimana, ir...?. Sudah dapat PK ?," tanya Desmita.

Sambil tersenyum lebar Irma merogoh tasnya lalu mengeluarkan selembar kertas ukuran folio.

"Taarrraaaa...!," katanya melambai-lambaikan kertas tersebut. "Prospek aku bulan kemarin akhirnya jadi ngambil tipi. LG 29 inch. Kredit satu tahun, tiga juta, book...!."

"Tiga juta ?. Berarti kamu udah tutup target, doong... kalo nggak salah, kamu cuma kurang satu juta, khan... buat tutup target ?."

"Eaa... eaaa... bulan ini aku akhirnya tutup target juga !," kata Irma puas.

Kemudian diapun bernyanyi-nyanyi gembira. "Aku tutup target... aku tutup targeeet... Oooohh... senangnya."

"Yaasud.. selamat, yaa, ir...," kata Desmita tertawa geli melihat ulah sobatnya yang menandak-nandak kegirangan seperti anak kecil.

"Naaahh... aku udah tutup target. Kamu juga, doong... usaha'in tutup target. Biar kita sama-sama tutup target," ujar Irma.

"Haaahh... auk, aahh... gelap. Kamu enak cuma kurang satu juta. Lhaa... aku kurangnya 10 juta !. Kemana nyari PK sepuluh juta dalam waktu dua hari. Aku bukan kek bang Alfon yang top sales itu. Kalo sama dia sehh... PK sepuluh juta urusan cemen !," jawab Desmita.

"Kalo gitu, pinjam PK aja sama dia. Bang Alfon udah dari tengah bulan kemaren tutup target. Kalo kamu yang minta, bang Alfon pasti ngasih, dehh... kayaknya dia naksir kamu lho, mit...," usul Irma.

"Iiiihhh... sori menyori, deh... minta tolong sama dia. Orangnya pelit begitu. Naksir aku katamu ?. Amit-amit, tampang mesum begitu, ditambah tangannya 'ramah' banget. Rajin menjamah !," kata Desmita sambil mengernyitkan hidung.

"Hahahahaha... aku juga nggak suka sama dia. Kalo ngobrol sama aku matanya suka disayu-sayu'in. Kalo gantengnya kayak Ariel 'Noah', sih... masih lumayaan. Ini dia mirip Aziz Gagap. Hahahahaha...," kata Irma terbahak.

Keduanya lalu tertawa terbahak-bahak membayangkan salah seorang teman sales mereka yang wajahnya mirip personel OVJ itu.

Setelah reda dari tertawanya, Irma bertanya, "Okee, mit... sekarang apa rencana kamu ?."

"Nggak tahu, neh... otak aku kayaknya lagi buntu," keluh Desmita.

"Kalo gitu, gini aja...," ujar Irma. "Gimana kalo kita prospek bareng. Kita sapu jalur ini. Kamu ambil rumah yang di kanan, aku yang di kiri. Mudah-mudahan ada hasilnya. Kalo nanti aku dapat PK, aku janji PK-nya buat kamu," kata Irma mengusulkan.

"Beneran, neyh... ir. Kalo kamu dapat PK, buat aku ?," tanya Desmita.

"Iyaa... beneran buat kamu. Mudah-mudahan kamu juga dapat. Jadinya besok nggak terlalu berat lagi nutupin kekurangannya. Pokoknya kalo hari ini sukses, besok kita bikin model hari ini lagi. Prospek bareng," tegas Irma.

"Duuuhh... makasih banget, ir...," ujar Desmita sambil memeluk Irma karena terharu melihat kesediaan sahabatnya yang ingin sekali membantunya.

"Iiihhh... udah... udah... kok, jadi melo, gene...," kata Irma. "Kalo nggak begini, apa gunanya sahabat ?. One for all... All for one !," lanjut Irma sambil melakukan tos dengan Desmita.

Maka sesuai rencana, mereka berduapun memulai acara prospek bareng.

Jalur : Jalan ( istilah di perkampungan transmigran di Riau ).

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar