Semua mata orang yang ada di ruang tamu memandang ke arah Angga menanti penjelasan. Anehnya, Angga tampak seperti salah tingkah.
Matanya berputar-putar menjelajahi ruang tamu, namun sekalipun dia tidak berani melirik ke arah Desmita yang masih menatapnya dengan pandangan berapi akibat kasus "empang mbah Roto" tadi.
"Eeehh... anu, mas... anu..., " kata Angga tergagap menanggapi pertanyaan kakaknya.
"Anu... anu... anumu apa ?," ketus bapak Angga. "Kowe kalau ngomong yang jelas. Anu apanya ?!," lanjutnya.
"Anu, pa'e... aku sama Mita itu tadinya ndak sengaja dikejar-kejar tawon," jawab Angga.
"Ndak sengaja gimana ?. Yang namanya binatang itu cuma menyerang manusia kalau merasa terancam atau terganggu," balas bapak Angga. "Kowe sudah bikin rusak sarang mereka, tentu saja kowe sama dek Mita dikejar-kejar. Yang ditanyakan masmu tadi, kenapa kowe bisa merusak sarang mereka ?!."
"Yaaa, itu... pa'e. Ndak sengaja ngerusak " jawab Angga lagi.
"Maksud sampeyan opo, tho... le' ?. Ndak sengaja ngerusak gimana ?," tanya ibu Angga yang jelas tampak kebingungan mendengar jawaban anaknya.
Angga terdiam sejenak. Sepertinya dia tengah berusaha menyusun penjelasan yang masuk akal dan bisa dimengerti semuanya. Setelah menghela nafas dalam-dalam, dia berkata,
"Begini... seperti yang pa'e suruh, aku dodos sawit di kapling kita yang di SP 1 itu. Aku juga sudah lama tahu di kapling itu ada sarang tawonnya, makanya pohon sawit yang ada sarang tawonnya itu rencananya paling belakangan aku panen. Tadinya semua lancar-lancar saja. Aku dodos semuanya, sampai tinggal pohon yang itu. Aku sudah hati-hati ndodos supaya ndak mengganggu sarang tawonnya. Tapi akhirnya ndak sengaja akhirnya kena sarangnya juga," ujar Angga panjang lebar.
"Kalau kamu sudah hati-hati, kenapa bisa kena juga ?. Trus, kenapa bisa ndak sengaja kena ?," tanya kakak Angga.
Kembali Angga terdiam sejenak. Kali ini matanya melirik ke arah Desmita seakan memberi isyarat bahwa dialah penyebabnya.
"Waktu aku ndodos pohon itu, aku mendengar ada orang yang lewat jalan angkong. Iseng-iseng aku tengok dari jauh siapa dia, ndak taunya ada cewek cantik yang lewat. Aku fikir berani sekali dia, sendirian lewat jalan angkong ditengah-tengah kebun. Tapi sudahlah, jalan itu, khan... memang biasa dijadikan jalan pintas ke SP 3. Makanya aku lanjutkan lagi ndodosnya. Lagi begitu, tau-tau aku dengar lagi suara krosak-krosak, suara orang nerobos semak-semak. Pas aku tengok, aku lihat cewek itu lagi celingak-celinguk terus jongkok ke semak-semak. Naahh... gara-gara ngeliat ada cewek jongkok di semak-semak begitu, makanya aku ndak sengaja ndodos sarang tawonnya."
Mendengar penjelasan Angga, semuanya tersenyum lebar karena memahami apa yang sebenarnya telah terjadi, kecuali Desmita yang wajahnya justru mendadak merah padam.
"Memangnya apa yang mas lihat ?," kali ini Anna yang bertanya sambil tersenyum jail.
"Ahhh... kamu ini, sudah tahu pakai acara nanya lagi," jawab Angga.
"Beneran, lho... mas, Anna ndak tau," jawab Anna bersikeras.
"Sudah... sudah," kata ibu Angga menengahi perdebatan Angga dan Anna. "Kamu ndak usah ceriwis nanya-nanya lagi," lanjutnya sambil melirik Desmita yang sekarang menundukkan wajahnya dalam-dalam saking malunya.
Dalam suasana yang penuh kejengahan itu, tiba-tiba Adit, adik bungsu Angga, berseru sambil bertepuk tangan.
"Waaaaa... mas Angga ketahuan ngintip mbak Mita pipis !!."
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.