Bila Jodoh Pasti Bertemu Kembali - Episode 24

tunisha sharma
"Huuuuhh...!, siapa, sih yang bikin berisik !. Ganggu orang kerja saja," kata Citra yang merasa kesal dan terganggu dengan gema ayat-ayat suci Al-Quran yang di lantukan Azzam.

Bak aksi spion Melayu yang sedang menyelidiki komplotan pencuri ayam, ia berjingkat-jingkat menuju kamar Joko. Lalu kedua matanya menangkap sosok pemuda berpeci dan berkoko putih duduk bersila sedang membaca Al-Quran dengan takzim di atas selembar sajadah.

"Ooo... ini dia, tho sumber masalahnya !," gumam Citra masih dengan nada kesal. Aneh memang. Ia menganggap bahwa orang yang ngaji Al-Quran adalah sumber masalah.

"Stttt !!!. Stttt !!!, Stttt !!!," desisnya sambil berkacak pinggang di depan kamar Joko.

Azzam lalu menghentikan bacaannya saat mendengar suara desis di belakangnya. Desis itu jelas telah mengganggu kekhusukannya membaca kalam-kalam Allah. Dalam hatinya ia mengira bahwa orang di belakangnya adalah Joko atau Pak Haji. Lalu tanpa merasa curiga ia menoleh ke belakang,

Dan...

Seketika ia membaca istighfar dalam hati. Ternyata yang berdiri di belakangnya adalah seorang gadis cantik bak bidadari yang tampak anggun dalam balutan cardigan warna biru tosca dengan rambut panjang yang terurai. Ia pun teringat pada ayat yang barusan ia baca.

"Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan ?. Seakan-akan biadadari itu permata yakut dan marjan".1

Ia segera menundukkan pandangan. Ia kembali teringat kepada nasihat dan pesan kiainya, Kiai Haji Mas Syafii,



Eling-elingo yo ngger, endahe wanojo iku sing dadi jalaran batale toponing poro santri lang santri agung


"Eling-elingo yo ngger, endahe wanojo iku sing dadi jalaran batale toponing poro santri lang santri agung."

"Sampeyan, kenapa ada di kamarnya Joko ?," gadis itu bertanya kepadanya. Tidak seperti Azzam yang menundukkan pandangannya dalam-dalam, gadis itu justru menatap tajam Azzam.

Azzam yang sudah rikuh dipandangi begitu semakin rikuh. Ia kian menundukkan pandangannya. Namun celakanya, pandangannya justru terpacak pada betis gadis itu yang putih bersih seakan memancarkan cahaya kemilau surgawi yang membutakan mata Azzam. Azzam semakin gelagapan. Ia sama sekali belum siap melihat seorang bidadari yang begitu menguji kekuatan cinta dan imannya kepada Allah.

"Sa-saya te-temannya Jo-Joko, m-mbak," jawab Azzam terbata-bata. Ia memang senantiasa gugup jika berhadapan dengan seorang wanita. Apalagi yang secantik gadis di depannya ini. Jantungnya berdegup kencang layaknya debur ombak laut selatan.

"Ooo. Jadi sampeyan yang bakal jadi guru privat ngaji itu, ya...?," selidik Citra masih berdiri di hadapan Azzam dengan tenang. Ia kemudian membatin."Hmmmm... lumayan ganteng juga ni ustadz."

Caranya memandang dan senyumannya yang mempesona, nyaris membuat tubuh Azzam membeku seperti arca di sebuah altar candi.

"Mas, kalau ngaji jangan keras-keras." tukas Citra memberi tahu. "Saya lagi kerja. Butuh konsentrasi penuh, ngerti sampeyan ?."

"Ba-baik, m-mbak, s-saya ngerti," jawab Azzam dengan suara semakin gugup.

Melihat kegugupan Azzam dan peluh dingin yang mulai menitik di pelipisnya, gadis itu tersenyum geli.

"Ya, sudah... santai wae, mas. Jangan ketakutan gitu. Aku nggak doyan makan orang, kok.." ujar Citra mencoba mencairkan kekakuan suasana. Sebuah senyum manis kembali tersungging di bibir ranumnya yang membuat mata Azzam semakin silau.

Gadis itu kembali ke ruang kerjanya. Dalam hatinya diliputi rasa penasaran. Sejuta pikiran mulai berputar-putar di benaknya, menelaah situasi yang mungkin harus dihadapinya ke depannya.

Jika ustadz itu ada di rumahnya, otomatis tiap ba'da shalat Maghrib akan melantunkan ayat-ayat suci dan itu pasti mengganggu pekerjaannya. Apalagi sebentar lagi dirinya harus menyusun skripsi kelulusan S1 nya.

Selama ini ia merasa tenang-tenang saja karena tak seorang penghuni di rumah ini yang membaca Al-Quran. Entah kenapa ia seperti alergi pada Al-Quran dan shalat. Dan hampir sepanjang umurnya yang 24 tahun ini ia tidak pernah shalat. Ia berargumen bahwa shalat hanyalah membuang-buang waktunya yang berharga saja.

Ada pepatah barat yang sudah sangat familiar dan dianut oleh mayoritas masyarakat yang sudah terbuai oleh kilau materialistis. Pepatah itu berbunyi, "Time is money". Waktu adalah uang. Segala-galanya uang. Waktu yang paling berharga akan terbuang percuma dengan melakukan ritual ibadah itu. Toh meski shalat,Tuhan pun tidak menggantinya dengan uang.

Apalagi waktu yang telah terbuang sia-sia tidak bisa diputar kembali. Dan yang ada di dalam pikiran Citra adalah menghasilkan mahakarya hebat. Menyusun skripsinya agar segera merampungkan kuliah dan meraih gelar sarjana arsitektur.

Apabila karyanya diapresiasi oleh para arsitek terkemuka dan sampai dibaca oleh kampus luar negeri, maka bukan tidak mungkin dirinya akan memperoleh bea siswa S2. Itulah cita-cita dan ambisinya.

Ia memang beragama Islam. Namun boleh dibilang Islam metropolitan. Yaitu orang Islam golongan kelas atas yang hidup serba modern yang tinggal di daerah perkotaan. Islam yang cara ibadahnya modern dan tergantung pada kecanggihan teknologi.

Menurut mereka, Islam tidak musti shalat. Sebab sujud di tanah pada selembar sajadah itu ibarat anjing. Hina dan rendah. Bukankah manusia adalah makhluk yang derajatnya paling tinggi ?. Tapi kenapa harus bersujud seperti anjing ?.

Tuhan memang lucu, aneh bin konyol. Dia menciptakan makhluk yang paling sempurna di antara makhluk lainnya. Namun Dia menyuruh manusia sujud. Demikian argumen mereka. Perintah Tuhan itu merupakan sebuah pemahaman yang salah dan perlu diluruskan. Selain shalat, golongan itu juga mengkonyolkan Tuhan lewat perintah puasa.

Sekali lagi, menurut mereka, orang Islam tidak musti berpuasa sebab melemahkan orang yang pekerjaannya berat atau sudah tua. Fungsi otak akan melemah jika perut dalam kedaan lapar. Tuhan itu juga tidak konsisten. Manusia disuruh makan, namun juga disuruh melaparkan perut. Sungguh benar-benar konyol dan lucu.

Itulah Islam modern yang dianut oleh Citra.

Maka dari itu ia merasa tidak harus melaksanakan semua apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Termasuk dalam berhijab. Sebab tanpa berhijab pun dirinya tidak merasa telah menggoda lelaki. Jika ada lelaki yang blingsatan melihatnya, itu bukan salahnya. Itu salahnya lelaki itu sendiri kenapa melihatnya. Dan meski tanpa berhijab pun dirinya tetap cantik dan memesona.

Sambil membuka pintu kamar kerjanya, Citra menoleh sejenak ke arah kamar Joko. Alunan ayat-ayat Al qur'an yang tadi keras dan jelas, kini terdengar sayup-sayup. Citra tersenyum kecil, dalam hatinya ia bertekad akan mengambil jarak sejauh-jauhnya dengan guru privat ngaji itu.


1. QS Ar-Rahman:56-58

Bila Jodoh Pasti Bertemu KembaliNovelet ini adalah karya Khairul Azzam Elmaliky. Novelet ini telah diterbitkan oleh DCU Book, Pengorbit Karya Fiksi Pembangun Akhlak, Semarang - Jawa Tengah. Azzam, adalah alumni Pondok Pesantren Karya Basmala Semarang, angkatan 2008. Lahir di Probolinggo, Jawa Timur, kini bermastautin di kota Pekanbaru, Riau. Sila berkenalan dengan karya-karya Azzam lainnya disini

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar