TTM : Teman Tapi Merepotkan (part 6)

pacaran islamiDemikianlah, hari-haripun berlalu. Semenjak pembicaraan terakhir saya dan Ryo di telepon itu, dia belum lagi menghubungi saya hingga beberapa waktu lamanya.

Dalam menghadapi persoalan yang mendera mantan anak buah saya itu, saya hanya bersikap pasif saja. Meski begitu, tentu rasa penasaran tetap saja ada.

Dengan penuh minat saya menantikan kabar apa yang akan dia bawa. Tapi seminggu, dua minggu, tiga minggu bahkan hingga sebulan pun berlalu, kabar yang saya nanti-nantikan tidak juga tiba.

Entah apa yang sebenarnya terjadi, saya tidak tahu karena Ryo tidak pernah menghubungi saya via telepon ataupun berkunjung langsung baik ke kantor maupun ke rumah.

Lama kalamaan, masalah Ryo ini perlahan-lahan mengendap di dasar perhatian saya, ditimpa berbagai macam persoalan keseharian yang lebih perlu mendapat atensi saya seperti soal pekerjaan, soal rumah tangga, soal anak-anak, dll.

Sementara waktupun terus berlalu, akhirnya masalah Ryo ini pun benar-benar terlupakan. Saya dan orang rumah juga tidak pernah lagi membicarakannya. Saya berasumsi bahwa, tanpa bantuan saya akhirnya Ryo dapat menyelesaikan problem hubungan cinta yang membelitnya dengan Chintya.

Dalam rentang waktu yang cukup lama, mendekati setahun, saya sama sekali tidak pernah mendapat kabar apapun dari Ryo. Selama itupun saya juga tidak ada menghubungi dia untuk menanyakan kabarnya, karena seperti yang telah saya tulis diatas, dalam menyikapi persoalan Ryo ini, saya hanya bersikap pasif.

Meskipun pada dasarnya saya dan orang rumah sudah melupakan masalah Ryo, namun sesungguhnya rasa penasaran tetaplah ada. Dan rasa penasaran itulah yang tergambar jelas pada raut wajah kami ketika suatu malam ba'da Isya, Ryo tiba-tiba muncul kembali di rumah kami.

Rasa penasaran kami bertambah dengan aneka pertanyaan karena pada saat itu Ryo datang bukan dengan mengendarai mobil Honda Jazz seperti kemarin dulu tetapi dengan mengendarai Honda Supra Fit, yang memang kami ketahui itu adalah motornya sendiri yang cicilan kreditnya belum lunas.


Penampilannya pun berubah drastis ketimbang dahulu. Penampilannya tidak lagi elitis dibalut barang-barang berkelas, tetapi kini lebih sederhana serta terkesan lebih agamis


Penampilannya pun berubah drastis ketimbang dahulu. Penampilannya tidak lagi elitis dibalut barang-barang berkelas, tetapi kini lebih sederhana serta terkesan lebih agamis. Dan yang lebih membuat pertanyaan dalam benak kami kian membuncah adalah tentang teman wanita yang menyertai kedatangan Ryo malam itu.

Dia bukan Chintya.

Dia adalah seorang gadis yang tampak alim dan sopan serta dengan cara berpakaian yang sesuai kaidah-kaidah syar'i. Kami menduga pengaruh kuat dari karakter gadis inilah yang membuat Ryo pun kini berubah alim.

Dengan dibalut rupa-rupa pertanyaan, kami mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah. Setelah berbasa-basi menanyakan keadaan masing-masing, Ryo pun memperkenalkan gadis yang menyertainya serta mengutarakan maksud kedatangannya malam itu.

"Jadi, bang... kak... maksud kedatangan saya adalah mau memberitahukan sekaligus mengantarkan surat undangan pernikahan saya dengan Annisa yang akan dilaksanakan, Insya allah hari Sabtu besok."

Meskipun kami berdua amat terkejut oleh perkembangan yang tidak terduga-duga ini, namun tentu saja, pertama-tama kami langsung mengucapkan selamat.

"Oooohh... selamat kalau begitu. Insya Allah, kami akan datang," ujar saya.

Iseng-iseng orang rumah bertanya dimana Ryo "menemukan" Anissa ?.

Secara singkat Ryo menceritakan sejarah pertemuannya dengan Annisa adalah ketika dia diajak temannya menghadiri sebuah acara halaqah, hitung-hitung sedikit menghilangkan perasaan galau dan stress berat yang saat itu tengah melandanya, begitu kata temannya.

Dalam acara halaqah itulah dia berkenalan dengan Annisa. Perkenalan itu kemudian dilanjutkan dengan ta'aruf untuk lebih mengenal pribadi masing-masing lebih dekat. Setelah mereka berdua menemukan kecocokan, maka tanpa membuang banyak waktu lagi, Ryo dan keluarga besarnya pun datang ke hadapan orang tua Anissa untuk acara lamaran.

Dan semua proses tersebut hanya berlangsung kurang dari tiga bulan !.

"Subhanallah...!!, kalau sudah jodoh memang nggak bakal kemana," puji saya.

Singkat cerita, Ryo dan Annisa pun berpamitan. Kami berdua mengantar mereka hingga ke pintu pagar dan terus memandangi kepergian mereka sampai meghilang di belokan jalan.

Sesampainya di ruang tamu kembali, orang rumah berkata kepada saya,

"Tadi itu kenapa, yaa...?, Ryo sedikitpun sama sekali tidak pernah menyinggung-nyinggung soal ceweknya dulu yang punya mobil Honda jazz itu, yaa... bang ?.

"Maksud adek, si Chintya ?."

"Iyaa, itu dia..."

"Mungkin mereka sudah lama putus, dan abang kira putusnya juga super heboh seperti pacar-pacar Chintya yang dulu. Makanya abang juga nggak tega nyinggung-nyinggung soal itu sama si Ryo tadi."

"Jangan-jangan... pas putus, si Ryo dilempar bangku juga sama si Chintya ?."

"Mungkin juga, dek... mungkin. Mungkin itulah sebabnya si Ryo dulu katanya sempat stress berat dan sekarang sama sekali tidak mau membicarakan Chintya. Bayangkan... dilempar bangku sama cewek ?, siapa juga yang mau mengingat-ingatnya. Hahahahahahahaha....


***

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar