TTM : Teman Tapi Merepotkan (part 4)

cewek possesif 2
"Abang jangan ketawa, gitu... dooong. Saya lagi susah, nih...!," kata Ryo dengan nada merajuk ketika saya justru tertawa geli mendengar kisah "penderitaannya".

Dirajuk seperti itu saya malah tertawa terbahak-bahak.

"Ha... ha... ha... Ryo... Ryo... kamu ini... ha... ha... ha... dapat untung...?, apa malah dapat buntung...?, ha... ha... ha..."

Ryo tidak menjawab guyonan saya (yaa, iyaa... laahhh... orang lagi bete begitu....). Susah payah saya mengendalikan keinginan untuk terus tertawa terbahak-bahak mengingat teman saya yang satu ini sedang sengsara. Setelah beberapa saat, saya berhasil juga mengembalikan mood serius saya.

"Oke, Ryo... uhuk...!, uhuk...!, jadi sekarang menurut kamu apa yang mau kamu lakukan ?," tanya saya.

"Dulu waktu saya tanya... abang bilang nggak ada ruginya punya pacar tajir. Begitu saya turuti nasehat abang, jadinya malah begini," ujar Ryo yang bukannya menjawab pertanyaan saya tapi balik berkata dengan nada menyalahkan saya.

DESSHH !!, seketika perasaan saya menjadi dingin mendengar ucapan Ryo. Ini anak....

"Jadi... Ryo... sekarang... kamu... menyalahkan... saya ?," tanya saya dengan nada berat.

"Bukan...!, bukan begitu, bang...!, saya bukan mau menyalahkan abang. Saya cuma tidak menyangka kenapa jadinya malah begini ?!," jawab Ryo mencoba berkelit begitu mendengar nada suara saya yang memberat.

Saya tidak menanggapi kelitan Ryo, tapi mulai berfikir memilah dan memilih solusi macam apa yang bisa saya berikan kepadanya. Pada dasarnya masalah pasangan yang memiliki sifat possesif bukanlah sesuatu yang aneh bagi saya, karena persis di dalam rumah tangga saya ada cewek yang memiliki sifat possesif yaitu istri saya sendiri. Hanya saja, kalau bisa dikatakan beruntung... saya memang beruntung, sifat possesif orang rumah saya possesif yang positif.

"Baang... hallo, baang...!, baang....," terdengar suara Ryo di telepon yang memutus perenungan saya.

"Yaa...," jawab saya.

"Kok, diam, bang...?, abang marah sama saya, yaa...?," tanya Ryo.

"Nggak... saya lagi mikir, solusi macam apa yang bisa saya berikan sama kamu," jawab saya.

"Ooo, begitu...syukurlah... Jadi saya mesti gimana, bang ?," tanya Ryo dengan nada suara penuh kelegaan.

"Sebelum saya kasih kamu solusi, saya mau tanya sama kamu dan kamu harus jawab dengan sejujur-jujurnya."

"Baik, bang."

"Kamu masih cinta Chintya ?."

Selama beberapa detik Ryo terdiam seakan ada sesuatu yang menahannya untuk langsung menjawab pertanyaan saya.

"Mmmm... masih, bang," jawab Ryo dengan nada suara seperti ragu-ragu.

"Jawab yang tegas !," hardik saya. "Kamu masih cinta Chintya atau tidak ?!."

"Masih, bang !." jawab Ryo kali ini dengan nada yang lebih tegas.


Katakan dengan tegas sama dia bahwa kamu benar-benar mencintai dia. Katakan dengan kata-kata yang tegas, "I Love You, Chintya, I Love You So Much !


"Kalau begitu katakan dengan tegas sama dia bahwa kamu benar-benar mencintai dia. Katakan dengan kata-kata yang tegas, "I Love You, Chintya, I Love You So Much !". Naahh... apakah kamu pernah mengatakan kalimat sakti ini sebelumnya ?."

Kembali selama beberapa detik Ryo terdiam sebelum akhirnya menjawab,

"Belum, bang..."

"Lantas waktu jadian dulu, kamu ngomong apa sama Chintya ?."

"Waktu itu saya ngomong... "Iyaa.. abang mau", itu saja."

"Lhooo... kok, begitu ?."

"Lhooo... abang lupa, yaa... waktu itu, kan... bukan saya yang nembak Chintya, tapi dia yang nembak saya."

"Ohh, iyaa... saya lupa. Jadi waktu itu Chintya ngomong apa ?."

"Sambil kasih hadiah Valentine, Chintya nanya sama saya... "Baang... abang mau jadi pacar aku ?". Lantas saya jawab, "Iyaa... abang mau", trus jadian, deh...!."

Sampai disini saya tidak dapat menahan tawa mendengar penuturan Ryo tentang detik-detik peristiwa bersejarah "jadian" mereka. It's so funny because it's so simple !.

"Haa... haa... haa... haa... jadi itu yang dibilang Chintya ?. Haa... haa... haa.. saya kira dia bakal bilang "I love you, Ryo..." dengan nada super romantis. Trus, kamu jawab "I love you too, Chintya..." sama super romantisnya, biar sesuai dengan suasana hari Valentine. Nggak tahunya cuma begitu... haa... haa... haa..."

Setelah tawa saya reda (kali ini Ryo ikut tertawa karena baru menyadari lucunya moment jadian dia dan Chintya), saya kembali berkata dengan serius,

"Oke, Ryo... sebelumnya ada beberapa hal yang harus kamu fahami kenapa ada cewek yang bersikap possesive sama pacarnya. Salah satu sebabnya adalah mungkin dia pernah mengalami trauma dalam cinta. Misalnya gagal terus dalam membina hubungan cinta."

"Naah... perasaan takut gagal lagi ini membuat dia bersikap over protektif sama pacarnya karena takut kehilangan. Sikap possesif yang over protektif ini juga bisa karena si cewek terlalu sayang sama pacarnya, karena itulah dia juga jadi takut kehilangan. Naah... sampai disini kamu bisa mengerti ?."

"Bisa, bang..."

"Saya tidak tahu apakah pacar kamu itu memiliki trauma ini. Kamu tahu ?."

"Maksud abang ?."

"Maksud saya, apakah sebelum pacaran sama kamu, Chintya gagal terus dalam membina hubungan cinta ?."

"Kalau soal trauma saya kurang tahu, bang... tapi setahu saya, sebelumnya Chintya sudah pernah tiga kali pacaran dan semuanya putus."

"Tiga kali juga bisa menimbulkan trauma, apalagi kalau putusnya bukan putus secara baik-baik."

"Sama pacar Chintya yang terakhir itu, bang... putusnya heboh sekali. Katanya sampai ada acara lempar bangku segala. Katanya lagi sampai-sampai papa Chintya harus mengganti kerusakan di Cafe tempat mereka putus."

"Putus, kok... di Cafe. Yaa... begitu itu akibatnya. Trus siapa yang ngelempar bangku ?."

"Chintya, bang..."

"Waduh !!."

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar