"Ha...ha...ha... tentu saja boleh, Ryo...," jawab saya sambil tertawa. "Memangnya kamu mau curhat soal apa ?."
"Soal Chintya, bang...," jawab Ryo.
"Oh, soal Chintya... pacar baru kamu itu ?."
"Iya, bang."
"Memangnya kenapa ?."
"Saya lagi ada masalah, bang..."
"Masalah apa ?, orang tuanya tidak setuju ?."
"Itu juga, bang... tapi bukan soal itu yang memberatkan saya, bang..."
"Lantas soal apa yang memberatkan kamu ?."
"Soal Chintya-nya, bang..."
"Hmmmm... maksud kamu soal Chintya yang bagaimana ?."
"Soal sifat dan sikap Chintya yang belakangan ini mulai berubah, bang..."
"Berubah bagaimana ?. Apa dia mulai tidak cinta kamu lagi ?. Apa dia sudah punya gebetan baru lagi ?."
"Bukan... bukan itu, bang..."
"Hmmmm.... Ryo, terus terang saya tidak mengerti apa yang kamu maksudkan dengan "Chintya mulai berubah" itu. Karena pada dasarnya saya tidak begitu mengenal pacar kamu, berjumpa dengan dia juga kalau tidak salah... baru dua kali. Jadi, coba kamu jelaskan secara lebih gamblang, agar saya mengerti apa masalah kamu."
"Begini, bang... abang masih ingat dulu waktu saya ragu-ragu menerima cinta Chintya karena keadaan kami yang jauh berbeda, lantas abang bilang untuk bertanya kepada diri saya sendiri tentang perasaan saya yang sebenarnya kepada dia. Kemudian saya pun menuruti nasehat abang dan bertanya kepada diri sendiri. Hasilnya, saya merasa mencintai Chintya juga. Lantas kami pun jadian pada hari Valentine."
"Yaa... yaaa... saya ingat itu. Kamu SMS saya memberitahunya."
"Saya kira Chintya merasa sangat senang akhirnya kami bisa jadian. Tapi saya kira juga, meski senang, sepertinya ada sesuatu yang mengganjal perasaannya. Tadinya saya tidak mengerti apa ?, saya, sih... senang-senang saja waktu Chintya mulai membelikan barang-barang bagus untuk saya pakai. Abang lihat sendiri, kan... perubahan besar pada penampilan saya waktu kami mengantarkan undangan ulangtahun Chintya ke rumah."
"Yaa... yaaa... saya dan kakakmu saja sampai pangling melihatnya."
"Mungkin abang juga bisa lihat waktu acara ulangtahun Chintya yang di Hotel itu. Sedetikpun saya seperti tidak boleh beranjak dari sisinya. Saya jadi merasa seperti barang pajangan yang diseret kesana kemari untuk diperlihatkan kepada keluarga dan teman-temannya."
"Tadinya saya merasa bangga karena banyak yang bilang kami pasangan serasi. Yang laki-laki ganteng, yang perempuan cantik. Tapi begitu mereka tahu latar belakang saya, mulailah suara-suara sumbang bermunculan. Apalagi begitu mereka tahu juga, penampilan baru saya semuanya hasil polesan Chintya."
"Hmmmm... jadi begitu, yaa... lantas orang tua dan keluarga Chintya sendiri bagaimana ?."
"Sebenarnya orang tua Chintya tidak menyetujui hubungan kami, tapi karena Chintya anak perempuan satu-satunya di keluarga itu, saudara-saudaranya yang berempat laki-laki semua, maka Chintya jadi anak kesayangan mereka."
"Makanya meskipun tidak setuju, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena takut Chintya akan "mengamuk" kalau dihalang-halangi. Salah seorang abang Chintya bahkan sengaja datang ke kantor. Dia mengancam saya untuk jangan pernah sekalipun berani-beraninya membuat Chintya menangis !."
"Well... saya kira wajar abang Chintya berkata begitu, mengingat dia merupakan adik perempuan mereka satu-satunya, Anggap saja itu bentuk perlindungan seorang kakak terhadap adiknya."
Begitu Chintya tahu ada abangnya yang melabrak saya di kantor, gantian mereka yang dilabrak oleh Chintya. Dia bilang "Jangan ganggu pacar aku !!
"Kalau itu saya mengerti, bang... biarpun menurut saya caranya sangat tidak mengenakkan karena ngomongnya di depan orang-orang sekantor. Nahh... begitu Chintya tahu ada abangnya yang melabrak saya di kantor, gantian mereka yang dilabrak oleh Chintya. Dia bilang "Jangan ganggu pacar aku !!" kepada semua abang-abangnya."
"Ohh... ohhh... ngeri juga anak itu. Maksud saya, ngeri juga si Chintya itu."
"Naah... abang mulai tahu, kan... watak dan sifat Chintya ?."
"Hmmm... yaa... yaa... sepertinya saya mulai mengerti watak dan sifatnya. Apa itu yang jadi keberatan buat kamu ?."
"Iyaa, bang..."
"Kalau kamu tahu itu watak dan sifat Chintya, lalu apanya yang berubah ?."
"Awalnya saya belum tahu soal sifat dan watak Chintya yang keras itu. Naahhh... begitu sudah tahu pun, semula belum jadi masalah karena kerasnya dia masih ditujukan kepada keluarganya yang tidak menyetujui atau orang-orang sekitarnya yang memang banyak yang sinis memandang hubungan kami. Tadinya saya anggap itu sebagai tanda kesungguhan cintanya kepada saya. tapi begitu sikapnya itu mulai ditujukan terhadap saya, situasinya jadi mulai tidak mengenakkan."
"Hmmm... begitu, yaa..., terus yang kamu maksud dengan kerasnya Chintya itu mulai ditujukan kepada kamu apa artinya dia juga mulai suka melabrak kamu ?."
"Oh, tidak, bang... bukan itu maksudnya. Chintya justru tidak pernah melabrak saya seperti dia melabrak abang atau temannya. Sikap Chintya justru sangat manis, hanya saja kemanisannya itu bagi saya mulai terasa berlebihan sampai-sampai terasa mengganggu."
"Maksud kamu ?."
"Dia mulai mengatur-ngatur hidup saya, bang... Misalnya, dia mulai mengatur-ngatur pakaian apa yang harus saya pakai. Jika saya tidak punya pakaian yang dia maksud, dia langsung membelikannya dan itu harus dipakai pada waktu yang dia tentukan. Dia mulai mengatur-ngatur siapa yang boleh dan siapa yang tidak boleh jadi teman saya."
"Setiap pagi, sebelum berangkat kuliah ke kampusnya, dia datang ke tempat kost saya dengan mobilnya, lalu mengantar saya ke kantor. Kemudian sorenya sehabis jam kantor, dia datang lagi untuk menjemput saya. Dia juga suka menelepon saya setiap waktu cuma buat menanyakan saya ada dimana ?, sedang mengapa ?, sama siapa ?. Pagi, siang, sore, bahkan tengah malam !."
"Tadinya saya kira itu hanya bentuk perhatiannya saja kepada saya, tapi belakangan saya mulai bertanya-tanya, apa iyaa... cuma itu ?. Belakangan saya merasa perhatian berlebih yang diberikannya mulai terasa menakutkan. Menurut abang apa yang harus saya lakukan ?."
"He... he... he... Ryo, nggak disangka, yaa...?. Kamu dapat pacar cantik, kaya, cinta berat sama kamu tapi ternyata punya sifat mengerikan. Jelas sudah, pacar kamu itu termasuk type cewek possesif. Dan itu adalah jenis cewek yang jadi horror buat semua cowok. Itu adalah jenis cewek yang bakal dihindari mati-matian oleh semua cowok, kalau memang sempat tahu duluan. He... he... he..."
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar
Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)