Kemudian pak Saleh menjelaskan akan maksud tujuannya. Pak Ilham mendengarkan dengan seksama.
"Jadi pak Saleh mau pensiun ?," Tanya pak Ilham setelah pak Saleh berbicara panjang-lebar.
"Inggih den Ilham," pak Saleh.
Suasana ruangan itu kemudian senyap. Keheningan membekukan hati mereka berdua. Lukisan dan barang-barang yang ada di situ juga membisu dalam diam.
Pak Ilham menghela napas panjang. Keningnya berkerut. Ia sibuk mempertimbangkan keinginan Pak Saleh dan istrinya yang telah mengabdi di keluarganya selama tiga puluh tahun sejak jaman papanya itu untuk mengundurkan diri. Memang usia mereka sudah menginjak 75 tahun lebih. Sudah saatnya pensiun.
Sejak dari mudanya mereka berdua mulai bekerja pada pak Noto, papanya pak Ilham. Pak Saleh sendiri berasal dari Kendal dan istrinya berasal dari Solo. Logat Jawa mereka terbilang medok alias tulen. Sementara pak Ilham, meski berasal dari keturunan Yogya-Trenggalek, logat Jawanya tidak sehalus pak Saleh dan istrinya. Mungkin akibat terlalu lama sekolah di luar negeri.
Nah... yang ada di benaknya sekarang, jika pak Saleh pensiun jadi sopir pribadi lalu siapa yang akan menggantikannya ?. Mengingat selama ini pak Ilham sangat memercayai pak Saleh yang jujur. Sulit sekali menemukan sopir jujur di jaman kini. Ada sopir yang nakal dan suka korupsi, ada juga sopir gatal yang suka jahil mengganggu anak majikannya dan ada juga suka yang ugal-ugalan. Tapi Pak Saleh jauh dari semua itu.
"Mbok Juga ?," tanya pak Ilham memecah keheningan.
"Inggih, den...," istri pak Saleh, yang bertugas mengurus seluruh keperluan sandang dan pangan keluarga pak Ilham, menganggukkan kepala.
Pak Ilham menghela napas panjang.
"Kok ndak nunggu lebaran saja, pak ?," kata Pak Ilham.
"Anak-anak yang meminta kami untuk istirahat, pak...," jawab pak Saleh.
"Yaaa.... Yaaa.. yaaa... saya mengerti, " kata pak Ilham sambil manggut-manggut.
Pak Ilham menghela napas panjang. Keningnya berkerut. Ia sibuk mempertimbangkan keinginan Pak Saleh dan istrinya yang telah mengabdi di keluarganya selama tiga puluh tahun itu
Ia sangat paham maksud anak-anak Pak Saleh yang begitu mengkhawatirkan kedua orang tuanya yang sudah sepuh. Apalagi pekerjaan sopir adalah pekerjaan yang penuh resiko. Disamping itu, anak-anak pak Saleh semuanya sudah "mentas" yang membuat mereka sanggup mengurus orang tua mereka jika pensiun.
"Selama ini bapak dan mbok telah saya anggap seperti saudara sendiri. Kalau bapak dan mbok mau pensiun tentunya saya tidak bisa mencegahnya."
Pak Ilham lalu membuka laci meja kerjanya dan mengambil sebuah buku cek. Ia kemudian menuliskan sejumlah nominal yang cukup besar sebagai uang pesangon dan memberikannya kepada Pak Saleh.
"Ini, pak... sekedar tanda terima kasih dari kami atas pengabdian bapak dan mbok selama ini," kata pak Ilham.
"Matur nuwun, den," ucap pak Saleh dengan wajah cerah.
"Matur nuwun, den," ucap istri pak Saleh sama cerahnya.
"Inggih, sami-sami...," pak Ilham menjawab. "Jangan lupa kalau lebaran nanti datang kemari, yaaa... dan kalau bapak ada keperluan apapun, jangan sungkan-sungkan ngomong sama saya atau ibu," sambung pak Ilham.
"Inggih, den... mugi-mugi kebaikan Aden sekeluarga dibales sangking Gusti Allah," kata pak Saleh terharu.
"Amin-amin," kata pak Ilham mengamini.
Setelah bersalaman dan berpamitan, pak Saleh pun meninggalkan ruangan. Pak Ilham lalu menelepon sekretarisnya agar segera memasang iklan di koran untuk mencari sopir pribadi pengganti pak Saleh.
***
Beberapa hari kemudian, Seorang pemuda bertubuh agak gempal membaca iklan Pak Ilham.
Dicari : Sopir
Syarat :
* Tamatan SMA dan sederajat
* Usia min 25 thn
* Memiliki SIM A
* Pengalaman min 2 thn
* Jujur
* Berpenampilan rapi
Lamaran diantar langsung ke :
PT. Ilham Perkasa Propertindo
Jln. Gajah Mada no: 135 f
Kembangsari - Semarang Tengah
Semarang
"Alhamdulillah, akhirnya aku menemukan lowongan pekerjaan. Mudah-mudahan belum ada yang mengisi. Bismillah..." lalu ia pun bergegas menuju alamat yang tertera di kolom iklan lowongan kerja itu.
Sesampainya di alamat yang tertera pada iklan lowongan kerja itu, dia segera menuju pos keamanan.
"Kulo nuwun...," Ia menguluk salam dengan logat Jawa yang kental. "Permisi..."
"Yaaa, ada keperluan apa, mas ?," Jawab seorang satpam yang tengah berjaga di posnya.
"Maaf, pak. Numpang tanya, apa betul di sini sedang membutuhkan sopir pribadi ?," tanya pemuda itu dengan sopan sambil memperlihatkan iklan lowongan kerja di koran yang ia bawa.
"Ya, Betul," satpam itu menjawab.
"Kalau begitu, kemana saya harus mengantar lamaran ?," tanyanya lagi.
"Langsung saja kedalam, mas... biasanya kalau ada yang melamar kerja diurus sama bagian HRD, tapi kali ini karena yang diperlukan sopir pribadi, Boss yang menerima. Cuma pagi ini Boss lagi keluar. Tapi untung ada anaknya, non Citra yang hari ini lagi ngantor. Kalau mas mau melamar jadi sopir pribadi, sama dia juga bisa."
"Ooo... kalau begitu bisa saya bertemu sama beliau ?"
"Tunggu sebentar, saya telepon dia dulu."
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar
Maaf, Hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link iklan ilegal akan kami hapus. Terima kasih. (Admin)